Wanita Pengganti Idaman William - Bab 474 Sebentarpun Ia Tak Bisa Menunggu

Jeanne melihat tampak belakang William pergi, segera mengejar.

Jeanne punya firasat, kalau saat ini ia membiarkan William pergi, setelahnya takutnya akan sangat amat sulit mau menemui William.

“William……”

Jeanne mengulurkan tangan mau memegang William, malah ditahan oleh Hans yang menerima perintah.

“Nyonya muda, presdir sekarang sedang emosi, Anda mau bicara apapun sebaiknya tunggu amarah presdir reda.”

Hans bicara dengan khawatir, dalam hati rasa bencinya lebih mendalam.

Saat ini Hans disuruh presdir jadi orang yang jahat, selanjutnya kalau mereka berbaikan, bagaimana nasib dia?

Terpikir sampai sini, Hans diam-diam menyalakan sebuah lilin demi diri sendiri.

Meskipun sangat takut setelah ini akan mendapat perhitungan, tapi Hans tetap melaksanakan maksud dan perintah presdir.

Jeanne melihat situasinya, sangat panik, malah juga tidak ada cara lagi, terpaksa dengan mata terbuka melihat William pergi.

Hans melihat presdir sudah pergi, baru menarik kembali tangannya, izin pergi.

Jeanne terdiam melihat William pergi, air matanya juga tidak tertahankan lagi mengalir.

Bernard melihat pundak Jeanne yang tidak berhenti gemetaran, ditambah suara isakan tangis di telinganya, hatinya sakit seperti diiris pisau.

Bernard memegang tangannya yang sakit dan berialan mendekat, “Jessy, maaf, aku tidak seharusnya emosi saat bertindak.”

Jeanne mendengar kata-kata ini, dengan air matanya samar-samar melihat Bernard.

Berkata sejujurnya, dalam hati punya kebencian terhadap Bernard, tapi lebih banyak itu ketidakpuasan terhadap diri sendiri.

Lagipula Jeanne sendiri yang sudah tahu kesalahannya apa, masih saja dilakukan, membuat marah William.

“Lupakan, masalah ini aku juga penyebabnya, aku mau pulang dulu, kamu……cek ke rumah sakit.”

Jeanne melihat sekilas tangan Bernard yang terdislokasi, meraba bibir sambil mengingatkan, setelahnya juga tidak peduli Bernard yang ekspresinya seperti mau bicara namun tidak jadi itu, berbalik badan dan pergi.

Meskipun Hans membiarkan Jeanne menunggu amarah William reda, tapi sebentarpun Jeanne tidak bisa menunggu.

Jeanne tidak mau mereka berdua susah payah berbaikan kemudian perang dingin lagi.

Walau kenyataannya selalu tidak sesuai keinginan orang.

Jeanne mencari dan pergi ke perusahaan pusat Sunarya, menggunakan identitas sebagai karyawan mau mencari William, malah diberitahu William tidak ada di perusahaan.

Jeanne berpikir William pulang ke kediamannya tidak ya, kemudian buru-buru pulang lagi.

Akhirnya di rumahpun juga tidak ada orang, seketika Jeanne agak panik.

Jeanne tidak tenang kemudian menelepon William, sesuai dugaan Jeanne sudah tidak bisa tersambung teleponnya

Di saat yang sama, di ruang istirahat VIP bandara ibukota.

“Presdir, perusahaan barusan menelepon, katanya Nyonya muda pergi ke perusahaan mencari anda.”

William dengan dingin menatap Hans, rasa dingin di matanya membuat Hans gemetaran, tidak berani lagi melanjutkan topik ini.

Tak lama kemudian, mereka berdua naik pesawat terbang pergi dari ibukota.

Semua ini tidak diketahui Jeanne.

Jeanne masih di rumah baru menghibur diri sendiri.

William hanya marah sebentar saja, tunggu sampai malam, William pulang.

Sama seperti sebelumnya, meskipun mereka sedang perang dingin, tapi William setiap hari selalu pulang.

Jeanne duduk dengan pemikiran seperti itu, berencana di sini.

Di saat Moli pulang, langsung melihat tampang Jeanne yang pikirannya teralihkan.

Saat ini Moli masih tidak tahu masalah mereka berdua di restoran, tapi melihat Jeanne tidak senang, Moli jadi senang.

Di saat yang sama Moli juga sangat penasaran, siapa yang membuat wanita ini jadi seperti ini?

Jeanne berpikir, sendirian di pojokan yang tidak terlihat, di ruang tamu dengan tenang.

Begitu saja, waktu sedetik demi semenit berlalu, hari perlahan menggelap, di luar pintu malah tidak ada pergerakan apapun.

“Nyonya muda, makan malam sudah siap, apa sudah siap makan ?”

Pengurus rumah berjalan mendekat dan bertanya.

Jeanne baru sekarang kembali sadar dari lamunannya.

Jeanne mengangkat bola matanya dengan terdiam melihat pengurus rumah, bertanya berkata: “apa William tidak pulang?”

Moli yang duduknya tidak jauh mendengar kata-kata itu, alisnya melompat.

Kelihatannya yang membuat wanita ini jadi seperti ini itu tuan, berkata seperti itu, apa mereka bertengkar?

Moli berpikir seperti itu, hatinya senang, di saat yang sama juga semakin penasaran, sebenarnya masalah apa membuat mereka berdua ribut seperti ini.

Berpikir, Moli menghubungi bawahan, menyuruh mengecek jadwal Jeanne hari ini.

Di sisi lain, Pengurus rumah juga sedang menjawab pertanyaan Jeanne.

“Tuan Muda pergi dalam perjalanan bisnis, tadi sudah telepon ke rumah dan memberitahu, bagaimana, apa Nyonya muda tidak tahu?”

Jeanne selesai mendengarnya, sepenuhnya terdiam.

Jeanne sama sekali tidak menyangka William akan langsung marah dan mempercepat waktu perginya.

Bahkan kesempatan menjelaskan saja tidak diberikan?

Berpikir seperti ini, Jeanne sangat tidak rela.

Harus tahu kalau sisa waktunya sama sekali tidak banyak, kalau ditunda begini, tidak usah bicara soal kenangan indah apa, saat pergi sebelumnya, kira-kira Jeanne juga tidak bisa bertemu William lagi.

“Pengurus rumah, aku mau pergi ke negara G, kamu bantu aku pesankan pesawat terbang dengan waktu terdekat.”

Jeanne terpikir kemungkinan-kemungkinan itu, memanggil Pengurus rumah dengan panik.

Jeanne tidak mau di waktu akhir bertengkar seperti ini, mau pergi cari William.

Pengurus rumah meskipun merasakan keanehan, tapi karena statusnya, tidak bertanya, menunduk dan melaksanakan.

Namun masalah tidak berjalan sesuai keinginan Jeanne.

Belakangan ini tiket pesawat ke negara G, juga harus besok pagi jam 6.

Jeanne meskipun panik, malah tidak ada cara, terpaksa mengangguk membiarkan Pengurus rumah memesan penerbangan.

Setelah masalah ini selesai, Jeanme memaksa diri sendiri makan sedikit, pulang kamar lebih awal, berencana mengistirahatkan batinnya, besok pergi cari William.

……

Keesokan harinya, langit belum terang, Jeanne sudah dibangungkan alarm.

Jeanne turun dari ranjang dan mandi, mengganti baju, membereskan sedikit kopernya dan keluar kamar.

“Pengurus rumah, apa mobil sudah siap?”

Setelah turun, Jeanne melihat Pengurus rumah dan bertanya.

Siapa sangka Pengurus rumah mendengarnya, raut wajahnya agak kaku.

“Ada apa?”

Jeanne mengernyitkan alis, tidak paham melihat ke arahnya.

“Jessy, kamu tidak perlu bertanya, hari ini kamu jangan harap keluar dari pintu ini.”

Pada saat ini, Moli dengan tampang marah berdiri dari sofa, Jeanne sekarang baru menyadari Moli.

“Moli, apa maksudmu?”

Wajah Jeanne menggelap, dengan suara dingin bertanya.

“Apa maksudmu? Kata-kata ini harusnya aku tanyakan pada kamu kan, membuat tuan semalu itu, di belakang tuan bertemu mantan, Jessy kamu bagaimana masih bermuka tebal menempel dan mengganggu tuan?”

Kemarin malam, Moli melalui orang bawahan, tahu masalah yang terjadi di restoran, terhadap perilaku Jeanne senang dan marah.

Senang kali ini tuan pasti akan membenci sepenuhnya wanita ini, marahnya karena tuan begitu baik, wanita rendahan tanpa disangka tidak tahu cara menghargai tuan dengan baik.

“Tuan mempercepat pergi dalam perjalanan bisnis, artinya tidak mau melihat kamu, aku berkata apa juga tidak akan membiarkan kamu membuat tuan kesal!”

Moli selesai bicara, berdiri di pintu depan, seperti sedang memberitahu Jeanne mau pergi ke luar, tidak akan bisa kecuali melangkahi Moli.

Jeanne melihat situasinya marah parah, terutama sekarang waktu pesawat terbang berangkat semakin lama semakin dekat.

Jeanne tahu sendiri tidak bisa mengalahkan Moli, jadi juga tidak berencana melakukannya sendiri, kemudian mengetik nomor di telepon genggam.

“Nona ada apa?”

Tak lama kemudian, di telepon terdengar suara pria asing bicara, ini pengawal yang sebelumnya Jeanne minta dari Julian setelah masalah sebelumnya.

“Kalian kesini.”

Jeanne dengan suara dingin memerintah.

Moli saat mendengar kata-kata Jeanne, seluruh tubuhnya jadi tegang, dalam hati juga penasaran Jeanne sedang panggil siapa.

Tapi sangat cepat, kebingungannya dapat jawaban.

Beberapa langkah kaki kuat terdengar di belakang tubuhnya Moli, Moli refleks menengok, langsung melihat di belakang tubuhnya muncul 3 pengawal dengan ekspresi dingin.

Novel Terkait

The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Predestined

Predestined

Carly
CEO
4 tahun yang lalu
Adieu

Adieu

Shi Qi
Kejam
5 tahun yang lalu
My Perfect Lady

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu
Suami Misterius

Suami Misterius

Laura
Paman
3 tahun yang lalu
Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
4 tahun yang lalu
Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
4 tahun yang lalu
Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
3 tahun yang lalu