Wanita Pengganti Idaman William - Bab 459 Jangan Menyentuhku

Saat Musro melihat wajah Jeanne yang marah sama persis dengan orang itu, niat jahat di hatinya semakin tidak terkendali.

Dia tertawa pelan dan berkata : "Tidak ada hal yang tidak berani dilakukan olehku di dunia ini, selain itu Direktur Sunarya sudah berulang kali mempermalukanku, bukankah kamu sebagai nyonya muda Sunarya harus memberikan kompensasi kepadaku?"

Jeanne merasa panik, dia berbalik dan langsung berlari dari sana.

"Apakah kalian tidak melihat orangnya sudah kabur? Cepat kejar dia."

Jeanne merasa tegang, dia segera mempercepat langkahnya.

Dia berencana meminta bantuan kepada Julian, namun dia tidak melihat seorangpun di sepanjang jalan, langkah kaki di belakangnya juga terdengar semakin mendekat.

"Berhenti, jangan kabur!"

Jeanne tidak berani menoleh, dia juga tidak berharap kepada Julian lagi.

Dia segera berbelok dan berencana untuk kabur keluar dari koridor yang satunya lagi.

Supir keluarga Sunarya berada di pintu depan hotel, asalkan dia bisa keluar dari pintu depan ini, maka dia dapat terselamatkan.

Dia berlari dengan sekuat tenaga, saat dia sudah hampir berlari mencapai pintu depan, tiba-tiba muncul beberapa sosok di depan matanya, dia sangat terkejut sehingga dia segera menghentikan langkahnya.

"Nyonya muda Sunarya, kamu tidak akan bisa kabur."

Musro berdiri di hadapan Jeanne, matanya terlihat sangat bertekad.

Jeanne sangat takut sehingga dia terus melangkah mundur, dari arah belakang kembali terdengar suara-suara langkah kaki, dia melihat para pengawal yang tadi mengejarnya sudah datang.

Dia tahu kalau dirinya tidak bisa kabur lagi, dia memperingatkan Musro dengan muram, "Dengan berbuat seperti ini, apakah kamu tidak takut menyinggung keluarga Sunarya dan keluargaku?"

Musro tertawa mengejek, meskipun dia tidak mengatakan apapun, namun maksudnya sangat jelas, dia tidak peduli sedikitpun.

Dia mengisyaratkan sesuatu dengan matanya kepada para pengawal yang berada di sekelilingnya, para pengawal segera menurutinya dan melangkah mendekati Jeanne.

Jantung Jeanne berdebar dengan sangat keras, seluruh tubuhnya terasa tegang.

Dia memegang tasnya dan memukulkannya dengan keras kearah pengawal yang paling dekat dengannya, di saat yang bersamaan, dia segera melarikan diri dari samping para pengawal yang mengepungnya, lalu sekali lagi berlari ke arah pintu depan.

"Tolong aku, ada orang yang mau menculikku!"

Dia berlari sembari berteriak kencang.

Musro marah dan berteriak : "Kenapa hanya berdiri saja, cepat kejar dia."

Setelah mendengar teriakannya, barulah para pengawal kembali bereaksi, mereka langsung mengejar Jeanne.

"Tolong..... Cepat kemari.... Ada......"

Jeanne berteriak meminta pertolongan sekali lagi, namun sebelum dia selesai berkata, mulutnya segera dibungkam oleh pengawal yang berhasil mengejarnya.

"Emmmhh....Emmmhh...lepaskan.....aku....."

Jeanne berusaha memberontak dengan sekuat tenaga, dia menendang dan mencakar pengawal yang menangkapnya.

Namun sayang sekali tenaganya yang kecil itu tidak berpengaruh sedikitpun terhadap pengawal yang sudah terlatih itu.

Mereka mengunci tangan Jeanne di belakang tubuhnya, membuat Jeanne merasa sakit dan terpaksa diam.

Musro melangkah ke depan Jeanne, dia tersenyum dan berkata, "Nyonya muda Sunarya, aku sudah bilang jika kamu menurut, maka kamu tidak perlu merasa kesakitan, untuk apa kamu membuatnya menjadi sulit?"

Jeanne menatapnya dengan marah, "Jika kamu berani menyentuhku sedikit saja, keluarga Sunarya dan keluargaku pasti tidak akan melepaskanmu!"

Musro tersenyum meremehkan, "Memangnya nyonya muda Sunarya tidak tahu kalau ayahmu sendirilah yang menyuruhku untuk menggantikannya mengajarimu dengan baik."

Jeanne membelalakkan matanya, rasa dingin menyebar dari ujung kakinya.

Sebelum dia kembali dari keterkejutannya, dia mendengar Musro kembali berkata : "Mengenai keluarga Sunarya, aku tidak peduli terhadapnya."

Setelah Musro berkata seperti itu, dia terlihat puas melihat ekspresi terkejut Jeanne, dia menjilat bibirnya dan berkata sambil tersenyum jahat : "Bawa pergi!"

Tidak lama setelah mereka pergi, sesosok pria masuk dari pintu depan.

Dia adalah supir keluarga Sunarya, tadi dia samar-samar mendengar suara Jeanne, namun setelah lama menunggu, dia tetap tidak melihat ada orang yang keluar, dia merasa sedikit khawatir, jadi dia masuk untuk memeriksanya.

"Bukankah ini adalah tas nyonya muda?"

Baru saja berjalan beberapa langkah, dia langsung melihat tas Jeanne yang jatuh tergeletak di atas lantai.

"Nyonya muda?"

Supir mengerutkan keningnya dan mengambil tasnya, lalu dia berteriak memanggil nyonya mudanya.

".........."

Selain suara angin, di sekelilingnya tidak terdengar suara yang lainnya lagi.

Supir tiba-tiba menyadari kalau ada yang tidak beres, saat dia baru saja ingin menelepon William dan melaporkan hal ini, dari dalam tas terdengar bunyi dering telepon.

Dia mengeluarkan ponsel dan melihat kalau William yang menelepon, dia segera mengangkatnya.

"Jessy, aku hampir sampai di rumah ayahmu, kamu...."

William mengira Jeanne ada bersama dengan Julian, jadi dia langsung pergi ke rumah Julian untuk menjemputnya. "Tuan, nyonya muda tidak berada di rumah ayah nyonya muda, terjadi sesuatu kepada nyonya muda di Royal Flower!"

Supir tidak menunggu William menyelesaikan perkataannya, dia langsung memotongnya dengan panik.

"Apa yang terjadi!"

William langsung menginjak rem secara tiba-tiba, matanya memperlihatkan tatapan membunuh.

"Saya juga tidak tahu keadaannya secara jelas, saat saya sedang berada di depan pintu utama menunggu nyonya muda, saya samar-samar mendengar suara nyonya muda, namun setelah lama menunggu, saya tetap tidak melihat nyonya muda keluar, karena itu saya langsung masuk ke dalam hotel dan memeriksanya, hasilnya saya hanya menemukan tas nyonya muda yang jatuh di atas lantai hotel."

Wajah William terlihat muram, dia memerintahkan dengan dingin, "Kamu sekarang juga pergi memeriksa CCTV hotel, aku akan tiba dalam 10 menit!"

Supir menjalankan perintahnya, setelah dia mematikan telepon, dia langsung pergi untuk memeriksa CCTV hotel.

..........

Di saat yang bersamaan, di dalam kamar hotel lantai 17.

Jeanne dibawa oleh para pengawal Musro ke dalam kamar hotel lalu pengawal itu melemparkan dirinya begitu saja ke atas ranjang, kekuatan pantulannya membuat dirinya menjadi sedikit lamban.

"Semuanya keluar dan berjaga di depan."

Para pengawal pergi meninggalkan kamar sehingga di dalam kamar hanya tersisa Jeanne dan Musro.

Musro berdiri di samping ranjang dan menatap Jeanne dari atas, tatapan matanya penuh dengan nafsu, membuat seluruh tubuh Jeanne menegang.

"Kamu jangan kemari!"

Dia mundur dengan takut lalu menatap Musro dengan waspada.

Musro tertawa, "Nyonya muda Sunarya, saat ini hanya ada kita berdua saja, jangan berpura-pura lagi."

Setelah itu dia mengulurkan tangannya kearah Jeanne dan memegang pergelangan kakinya lalu menariknya.

"Pergi!"

Jeanne sangat takut, dia menendangnya dengan sembarangan, hak sepatunya juga lepas dikarenakan hal ini, memperlihatkan sepasang kaki yang putih dan indah.

"Apakah nyonya muda Sunarya sedang berinisiatif untuk menggodaku?"

Matanya menatap sepasang kaki Jeanne dengan penuh nafsu.

Jeanne merasa kalut dan marah, "Jangan menyentuhku!"

Dia menendangnya sekali lagi dengan sekuat tenaga, dia tidak menyangka kalau akan langsung menendang batang hidung Musro.

Musro merasa kesakitan, dia secara refleks melepaskan tangannya dan menutupi hidungnya.

Jeanne menggunakan kesempatan ini untuk melompat turun dari atas ranjang dan berlari ke pintu kamar.

Saat Jeanne sudah hampir menyentuh gagang pintu, rambutnya tiba-tiba ditarik, dia merasa sangat sakit sampai menitikkan air mata.

"Aduh!"

Dia refleks mengulurkan tangannya untuk melindungi rambutnya, akhirnya dia ditarik mundur kembali.

"Dasar jalang, aku perlakukan dengan baik kamu tidak mau, malah memilih diperlakukan secara kasar!"

Musro berkata dengan muram, lalu dia melempar Jeanne kembali keatas ranjang.

Sebelum Jeanne sempat bereaksi, sebuah tamparan melayang ke wajahnya, tenaganya sangat kuat, sehingga membuat sudut bibirnya berdarah, pipinya yang putih saat ini terlihat membengkak.

Selanjutnya "Srettt", kulitnya yang putih terlihat di bawah cahaya lampu.

"Pergi, pergi!"

Jeanne merasa sangat takut, dia tidak mempedulikan rasa sakit di wajahnya, dia menahan pakaian di tubuhnya dengan erat sambil memberontak.

Saat ini dia sangat berharap William bisa tiba-tiba muncul. Namun dia tahu kalau hal itu tidak akan mungkin terjadi, karena dia tidak memberitahu William sama sekali tentang kepergiannya.

Jeanne merasa sangat putus asa, di saat dia merasa ingin mati, dari pintu depan tiba-tiba terdengar suara ribut-ribut.

Musro memperhatikan kearah suara yang terdengar dari luar kamar, dia menghentikan gerakannya dan bertanya : "Apa yang terjadi?"

".........."

Tidak ada orang yang menjawabnya dari luar, Musro mengerutkan dahinya, dia tiba-tiba merasa sedikit tidak tenang.

Dia menunduk dan menatap Jeanne, saat dia melihat matanya yang bersinar, dia mengejeknya : "Jangan mengira akan ada orang yang datang menyelamatkanmu, meskipun raja langit datang, hari ini aku tetap akan menidurimu!"

Novel Terkait

Love at First Sight

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
3 tahun yang lalu
Menaklukkan Suami CEO

Menaklukkan Suami CEO

Red Maple
Romantis
3 tahun yang lalu
1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
My Cute Wife

My Cute Wife

Dessy
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu