Wanita Pengganti Idaman William - Bab 193 Kamu Masih Ingin Mengancamku

Selesai bicara pun dia masih memendam amarah kepada Jeanne.

“Jessy, siapa dirimu sehingga berani bicara ngelantur disini!”

Emosi Jeanne seketika naik, dia tidak menyangka kalau wanita ini bahkan masih berbalik menuduh!

Ketika dia bersiap balik menyahut, suaranya malah tidak keluar, justru dia diserang duluan oleh wanita itu.

“Kalau cuma bicara saja tidak bisa, kamu harus ada bukti, hal itu bukan aku yang melakukannya, aku juga tidak mau mengakuinya!

Jeanne terkejut sampai tidak bisa berkata-kata.

Bukti?

Bukti dari mana.

Tempat dia jatuh waktu itu kebetulan sebuah sudut yang tidak terjangkau oleh kamera pengawas, dan sudah jelas tidak ada kamera pengawas disitu.

Raut wajahnya seketika memucat

Melihatnya diam tak bersuara, raut wajah Marina terlihat semakin puas

Lagipula keributan ini tidak akan dianggap apa-apa kalau tidak ada bukti.

……

Keesokan harinya, tepat pada saat Marina sedang berdendang dengan gembira, di ruang tamu ada seorang tamu yang tidak di undang.

“Sepertinya suasana hati Nona Marina sedang gembira.”

Mendengar suara tersebut Marina langsung mendongak , dan langsung mengerutkan alisnya.

“Sierra, apa yang kau lakukan disini?”

Sierra sepertinya tidak melihat ekspresi wajahnya yang tidak menyambut, malah langsung berjalan ke sofa dan duduk diatasnya.

Marina melirik, dia sedang berpikir bagaimana caranya mengusir orang ini, tapi malah mendengar ucapan yang sangat tidak ingin dia dengar, membuatnya tertegun.

“Nona Marina, aku kesini karena ingin memberitahu dirimu, kalau kemarin sebenarnya aku juga berada di taman, bahkan aku melihat bagaimana anda melakukan hal tersebut kepada Nona Jessy.”

Raut wajah Marina berubah menjadi suram sambil memandangi dia.

“Aku tidak mengerti apa yang kau bicarakan? Aku tidak menyambut kedatanganmu disini, silakan kamu pergi dari sini.”

Sierra menatapnya, lalu tertawa kecil : “Nona Marina, apabila anda lupa, maka aku punya rekamannya, mungkin bisa membantu anda mengingatnya kembali.”

Mendengar perkataannya, bagaimana mungkin dia bisa tidak tahu tujuan Sierra datang kesini, seketika amarahnya memuncak.

“Kenapa? Apa kau ingin mengancamku?”

Sierra tidak mempedulikannya, malah tertawa kecil : “Bagaimana bisa? Aku hanya ingin ngobrol dengan Nona Marina, aku ingin berteman dengan anda.”

Marina berkata dengan ketus : “Masa aku tidak tahu kalau kau ini datang ingin berteman atau datang untuk mengancamku?”

Sierra mengerutkan alis, sekilas terlihat pandangan dingin di matanya, dia bahkan tertawa mengejek : “Nona Marina, perkataanmu ini sepertinya bisa kuartikan kalau anda tidak ingin berteman denganku?”

Selesai berbicara, dia langsung berdiri.

Bagaimana mungkin Marina bisa membiarkannya pergi, sudah jelas wanita ini datang untuk mengancamnya.

Ditambah lagi di tangannya ada pegangan bukti.

Jadi mau tidak mau dia harus berkompromi dengannya, lalu memanggil Sierra : “Berhenti!”

Disaat yang sama, di rumah baru.

William memandangi Jeanne yang baru bangun, alisnya berkerut dan suaranya dingin : “Hari ini sebaiknya kau dirumah saja, luka sebelumnya juga belum sembuh sudah ditambah lagi dengan luka semalam, baik-baiklah istirahat dirumah.”

Gerakan Jeanne tertartih-tatih, lalu teringat kejadian kemarin, sambil menahan emosi dengan sikap yang teguh dia menggelengkan kepala.

“Sudahlah, dirumah juga belum tentu aku bisa istirahat, kali ini kepalaku yang terbentur, lain kali bisa jadi patah tulang, lebih baik aku pergi ke kantor, meskipun agak lelah tapi setidaknya bisa lebih aman disana.”

Dia agak marah, selesai bicara tanpa memandang William langsung berbalik dan masuk ke kamar mandi.

Memandangi bayangannya punggungnya yang lenyap dari pandangan, dalam hati William, ia tahu bahwa peristiwa kemarin membuat Jeanne marah.

Akhirnya dia tidak berkata apapun, lalu mengantarkan Jeanne ke kantor.

Jeanne juga tidak menolak, dan ikut dengannya ke kantor, seperti biasa dia turun di persimpangan jalan.

William menunggu di persimpangan jalan sambil memastikan Jeanne sudah masuk ke kantor dengan aman, baru dia berbalik dan pergi ke kantor pusat.

Baru saja dia sampai di kantor, Hans langsung menghampirinya dan melaporkan kepadanya jadwal kerja hari ini.

“Setengah jam lagi, ada rapat tingkat tinggi, jam 10.30 sudah janjian dengan Presiden Direktur dan Direktur Andi untuk makan bersama…”

William mendengarkan tanpa ekspresi, lalu ketika dia selesai berbicara, dia menyahut : “Yang aku tahu, di kantor kita ini Marina menjabat sebagai General Manager, bukan?”

Hans agak terkejut, baru menjawab : “Benar, dia sudah menjabat selama 2 tahun.”

William memberi perintah : “Bagus, informasikan kepada semua, dia akan dimutasi ke Afrika Selatan, dan bertanggung jawab atas cabang perusahaan di Afrika.”

Kali ini Hans benar-benar terkejut mendengarnya.

Namun ketika dia membaca ekspresi sang direktur yang dingin dan kelam, dia menebak sepertinya nona kelima ini telah berbuat sesuatu yang membuat sang direktur marah sehingga memerintahkan supaya Marina di tugaskan ke tempat yang sulit.

“Baiklah Tuan, saya mengerti.”

Dia mengangguk, lalu keluar dari lift dan langsung pergi mengurusnya.

Di rumah kediaman keluarga Sunarya, Marina juga telah menerima berita ini, dia tidak bisa menahan amarahnya yang meledak-ledak.

“William!”

Dia menggebu-gebu sepanjang jalan menuju kantor William, kedua tangannya menggebrak meja William dengan keras, pandangan matanya seperti api yang berkobar ketika menatap William.

William hanya menghindari pandangannya dengan dingin, dan tidak menghiraukannya, dia terus membaca dokumen ditangannya.

Marina semakin marah karena dianggap tak terlihat.

Dia langsung merebut dokumen itu dari tanggan William

William menatap dokumen yang berada di tangan dia, alisnya berkerut dan pandangan matanya dingin.

“Kukira kau seharusnya sudah tahu kenapa!”

Marina antara marah dan tertawa menjawab pertanyaannya.

“Apa yang aku tahu? Aku tidak berbuat apa-apa, kenapa kamu memindahkanku ke tempat bobrok seperti itu.”

Melihat dia yang sampai sekarang berkeras tidak mau mengaku, wajah William semakin gelap, dengan dingin berkata : “Perintah mutasinya sudah turun, kau mau tidak mau harus pergi!”

Emosi Marina semakin mendidih.

“Aku tidak mau pergi! Tidak!”

Dia menggertakkan gigi dan menatap William.

Pandangan mereka bertemu, sorot mata William penuh dengan ketegasan yang tidak bisa dibantah.

Sebenarnya Marina agak takut, tapi teringat akan lingkungan di Afrika dia pun terpaksa berusaha keras.

Dia tidak mengerti sama sekali, sebelumnya tidak ada masalah apa-apa kenapa bisa dimutasi ke tempat yang begitu bobrok.

Sambil berpikir, tiba-tiba terlintas di benaknya, sepertinya dia bisa menebak.

Mungkinkah William percaya akan ucapan Jessy si wanita jalang itu dan membantunya melampiaskan dendam?

Dan sepertinya memang begitu.

Ditambah lagi hal seperti ini bukan cuma sekali dua kali.

Dalam sekejap hatinya penuh dengan amarah, dia menggertakkan gigi dan berkata : “Meskipun aku tahu kenapa kau sengaja mau memindahkanku, apakah wanita itu mengadu padamu, William, kau bahkan lebih percaya wanita itu daripada aku!”

Mendengar perkataannya, dia menatap Marina dengan dingin.

“Kau ingin supaya aku percaya padamu bukanlah hal yang tidak mungkin, tapi setidaknya berlakulah seperti senior pada umumnya.”

Dia terdiam sebentar lalu melanjutkan perkataannya : “Waktu itu di taman hanya ada kamu dan Jessy, sedangkan luka Jessy masih belum sembuh, masa iya dia sendiri yang terjun kebawah?”

Marina merasa tertohok dan marah atas ucapan William, juga membuatnya kehabisan kata-kata.

Ditambah lagi pagi ini dia juga diancam oleh Sierra tentang hal ini, membuatnya semakin marah.

Tapi dia juga tidak boleh mengakuinya, karena kalau dia mengakuinya, sudah pasti keponakannya yang pilih kasih ini tidak akan melepaskan dirinya.

“Sudah kubilang bukan aku yang melakukannya, kenapa kau masih percaya ucapan wanita itu, kulihat kau sudah diguna-guna oleh iblis betina itu!”

Selesai berbicara dia membuang dokumen yang ada ditangannya, lalu pergi dengan emosi menggebu.

Mungkin karena dia berjalan terlalu cepat dan terlalu menggunakan tenaga, tepat pada saat akan menuruni tangga, kakinya tergelincir dan tubuhnya terdorong kedepan lalu jatuh berguling dari atas tangga.

“Aaaaaahhh….. “

Novel Terkait

Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Dark Love

Dark Love

Angel Veronica
Percintaan
5 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku CEO Misterius

Ternyata Suamiku CEO Misterius

Vinta
Bodoh
4 tahun yang lalu
My Lifetime

My Lifetime

Devina
Percintaan
3 tahun yang lalu
Cinta Yang Terlarang

Cinta Yang Terlarang

Minnie
Cerpen
4 tahun yang lalu
The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu
Pengantin Baruku

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
3 tahun yang lalu
Because You, My CEO

Because You, My CEO

Mecy
Menikah
4 tahun yang lalu