Wanita Pengganti Idaman William - Bab 90 Resiko Nyawa

Bab 90 Resiko Nyawa


Mendengar kata-kata ancaman itu, bagaimana mungkin Jeanne tak tahu kalau Alexa berencana untuk ngadu lagi.


“Alexa, kenapa sih kamu masih kayak anak kecil saja, tidak bisa menang terus pulang cari orang tua, tidak tahu malu ya?” Jeanne menyindir balik, membuat raut wajah Alexa memburuk. Tapi kata-katanya itu belum selesai sampai di situ saja.


“lagipula, ada satu hal yang dede Alexa takut salah lapor, ini tuh rumahnya William,dan aku itu nyonya di rumah William, sedangkan kamu, hanya seorang tamu yang tinggal di sini, masih mau membuat marah orang, takutnya sih salah tempat ya, atau bisa dibilang, sudah berkali-kali tapi dede Alexa masih belum belajar juga ya?”


Selesai bicara, Jeanne melihat Alexa yang badannya bergetar saking marahnya, kemudian ia tertawa kecil, pergi meninggalkannya.


Alexa tentu saja tidak melewatkan barusan kejadian tidak mengenakkan yang lewat sekilas di depan matanya, ia kemudian mempelototi tampak belakang Jeanne yang pergi sambil menggertakkan giginya.


“Jessy, tunggu saja kamu, aku sama sekali tak akan membiarkanmu lepas begitu saja!”

Jeanne sama sekali tak tahu bahwa setelah ia berjalan pergi, kebencian Alexa terhadapnya sudah sampai setinggi apa. Setelah masuk ke perusahaan, ia langsung memasuki sikap profesional kerjanya.


Sampai sore hari, asisten pribadi Alexa memberitahu kalau ada meeting penting dadakan, semua orang harus berhenti bekerja, pergi ke ruang meeting.


Baru saja Jeanne masuk ke ruang meeting, ia sudah langsung merasakan tatapan yang dingin dan tajam. Tanpa sadar Jeane melihat menelusuri ke asal tatapan itu, ternyata ia melihat sepasang mata Alexa yang menatapnya dengan jahat, membuat di alam bawah sadarnya Jeanne jadi merasa tak aman.


Wanita ini tiba-tiba mengadakan sebuah meeting, tak mungkin ia terpikir lagi mau menggunakan cara jahat apa untuk membalas aku kan? Sambil Jeanne menebak-nebak, ia juga sambil duduk di posisinya.


Alexa dapat merasakan sebuah rasa tak aman dari tatapan mata Jeanne, ia tertawa dingin dan bibir merahnya agak tersenyum. Segera setelahnya Alexa menarik kembali tatapannya, melihat kalau orang yang datang sudah kurang lebih lengkap, kemudian menepuk tangan dan bangkit berdiri dari posisi utamanya.


“semuanya, kali ini aku mengadakan meeting dadakan penting ini, untuk memberitahu kalian semua, sample baju yang pertama, perlu diserahkan lebih awal.”

Saat Alexa mengumumkan itu, semua orang jadi terkejut dan gugup.


Awalnya karena tak ada dirinya, banyak orang yang masih belum menemukan bahan kain yang cocok, apalagi kalau mau dibuat jadi baju.


“kepala pengawas, bukannya ini terlalu mendesak?”

“iya, aku bahkan belum menemukan bahan kain yang tepat.” 

“aku juga nih, aku masih kekurangan beberapa jenis bahan kain, tidak bisakah tenggat waktunya kembali seperti sebelumnya?”


Komentar orang bertubi-tubi terdengar, semuanya berharap tenggat waktunya tidak diubah. Meskipun Jeanne tidak ikut dalam diskusi komentar tersebut, tapi dalam hatinya ia juga berharap kalau tenggat waktunya bisa kembali seperti sebelumnya.


Sayang sekali masalahnya tetap akhirnya berkebalikan dari keinginan mereka. “semuanya, aku tahu kesulitan kalian, tapi ini bukan keputusan dariku, semua keputusan dari atasan!”


Alexa menjelaskan dan tak mau mengalah: “lagipula aku percaya kalau dengan kemampuan kalian, pasti bisa mengatasi kesulitan tersebut dan menyelesaikan sesuai tenggat waktu yang ditentukan.”

Mendengar itu keputusan dari atasan, mereka semua menatap wajah satu sama lain, akhirnya malah tenang dan patuh.


Melihat hal itu Alexa, mata Alexa berbinar dengan kepuasan, kemudian membicarakan beberapa kalimat lagi soal pengumpulan bajunya, baru membubarkan meeting.


Seiring dengan kepergian Alexa, sisanya juga ikut berbondong-bondong keluar.


Jeanne kepikiran kalau bajunya sendiri juga kekurangan beberapa jenis bahan kain, setelah keluar dari ruangan meeting, ia langsung pergi ke pabrik kain keluarganya.


“nona besar.” saat penanggungjawab mendengar laporan dari pekerja, ia buru-buru lari keluar dari kantor kepala pabrik untuk menyambut.


“pak kepala pabrik tak perlu mengurusi aku, setelah memilih beberapa bahan kain aku akan langsung pergi.”


Melihat kepala pabrik, Jeanne mengangguk tersenyum.


“nona butuh kain bahan apa bisa telepon langsung ke kami, mana perlu nona datang ke sini dan memilih sendiri.”


Kepala pabrik tidak menerima teleponnya Jeanne, malah memujinya.


Jeanne sambil berjalan ke arah ruang pabrik, sambil menjawab: “tidak masalah, aku lebih tenang kalau memilih bahannya sendiri.”


Sembari berbincang, mereka berdua sampai ke ruang pabrik, Jeanne malah melihat bahan kain yang ada di jalur produksi yang tak mau diperlihatkan padanya, membuat Jeanne mengernyitkan alisnya.


“terakhir kali saat aku datang, bukankah aku sudah bilang kalau kualitas kain bahan ini sangat buruk, sama sekali tak bisa digunakan untuk membuat pakaian, kenapa kalian masih memproduksinya?” Jeanne bertanya dengan sangat kesal, penanggung jawab takut sampai gemetaran dan mengelap keringat dinginnya.


“ini.......perintah dari direktur Julian.”


Jeanne terdiam, ia tak menyangka kalau itu perintah dari Julian. Jelas-jelas sebelumnya Jeanne sudah mengingatkan Julian, kalau ada masalah di bahan kainnya, kerja sama antara keluarga mereka bisa dihentikan kapan saja, masa sih Julian sama sekali tak mendengarnya. Berpikir seperti itu, Jeanne kemudian mengeluarkan telepon genggamnya dan menelepon Julian.


“aku sekarang sedang ada di pabrik kain, aku melihat kalau bahan kain berkualitas buruk yang sudah aku eliminasi kemarin masih diproduksi.”


Julian yang mendengar kalimat tersebut dalam telepon, kedua matanya sedikit ia pejamkan, ia sudah bisa menebak alasan Jeanne meneleponnya.


“jadi?” 


“jadi kamu benar-benar mau menjual kain bahan yang berkualitas rendah ini ke William?” 


Jeanne marah sekali karena nada bicara Julian yang sudah jelas tahu tapi masih bertanya itu.

“apa yang tidak boleh? Pada saat awal membeli bahan, kalau tak bisa terjual, kamu tahu betapa banyak rugi yang harus ditanggung perusahaan?”


“yah, aku tidak tahu akan rugi berapa banyak, juga aku sebenarnya tak ingin tahu, tapi ada satu hal, kamu harus tahu jelas, jangan sampai pada saatnya nanti kamu menyalahkan aku karena tidak mengingatkanmu, William itu tidak percaya padaku, jadi dia sudah mencari orang lain yang bertanggung jawab untuk memeriksa kualitasnya, kamu mau menipu dengan bahan kain berkualitas buruk ini, sama sekali tak akan bisa lolos pemeriksaan!”


Jeanne juga jadi sangat emosi karena tindakan Julian yang brengsek itu, setelah ia membalas memberontak, langsung saja ia mematikan teleponnya.


“nona……” 


Penanggung jawab tersebut memanggil dengan suara pelan melihat Jeanne yang emosinya meledak-ledak. Jeanne menyimpan kembali telepon genggamnya, menatap dingin sejenak, lantas langsung pergi saja tanpa bicara apapun. Di jalan pulang, Jeanne sudah lumayan menenangkan diri.


Dari sifat Julian tadi, jelas dia sudah berniat kuat untuk menjual kain bahan itu ke William, jadi untuk masalah ini dia pasti tak akan melupakannya begitu saja.


Memang sudah sesuai dugaan, sesampainya Jeanne ke rumah William, tak sampai satu jam setelah itu, Jeanne mendapat sebuah pesan singkat dari Julian.


Tanpa sadar Jeanne membuka pesan singkat di teleponnya, foto mamanya muncul secara mengejutkan, di bawahnya juga ada kalimat ancaman yang menyertai foto itu.


Apa kamu mau coba dan lihat, kondisi mamamu kalau tak bisa mendapat pengobatan?

Setelah Jeanne membaca kalimat tersebut, ia sangat marah sampai seluruh badannya gemetar, tanpa berpikir panjang ia langsung menelepon Julian. Dengan cepat, telepon tersebut diangkat.


“Julian, beraninya! Kalau sampai terjadi apa-apa padanya, aku tak akan membiarkanmu begitu saja!” Jeanne pada saat itu, benar-benar ingin sekali pergi menemui Julian dan meresikokan nyawanya sendiri. Sayang sekali Jeanne tak bisa, siapa suruh mama masih ada dalam kendali Julian.


Namun Jeanne malah tidak tahu, suara marahnya itu kebetulan sekali terdengar pembantu wanita yang ada di depan pintu, buru-buru lari menuju kediaman utama untuk melaporkanya kepada Alexa.


“nona Alexa, aku dengar kalau nona muda sepertinya bertengkar dengan papanya.”

Pembantu itu memberitahu secara ringkas apa yang ia sendiri dengar, Alexa yang mendengarnya jadi sangat terkejut.


Harus diketahui kalau Julian itu sangat memanjakan putrinya, hampir semua orang tahu akan hal itu, bisa dibilang ia akan memenuhi segala permintaan Jessy.


Kalau begitu kenapa bisa tiba-tiba berantem? Sembari berpikir, Alexa juga melontarkan pertanyaan dari mulutnya.

“kamu ada dengar mereka berantem karena apa tidak?”


Pembantu itu ragu untuk sesaat, ia menggelengkan kepala dan berkata: “aku tak terlalu jelas mendengarnya, aku hanya mendengar nona muda bicara soal kain bahan apa dan apalah, juga membahas soal kalau misalkan tiba-tiba ada masalah, harus meresikokan nyawanya.” Selesai bicara, pembantu itu melihat ke arah Alexa dengan sangat hati-Hati.


Alexa malah penuh dengan ketidakyakinan.

Tidak peduli dari sisi manapun, ia selalu merasa kalau Jessy tak seharusnya bicara dengan papanya menggunakan nada bicara semacam itu.


Pembantu wanita terpercaya Alexa pada saat itupun tak bisa menahan diri dan menambahkan: “nona, bicara soal hal ini aku belakangan juga merasa kalau si Jessy itu berubah jadi aneh sekali.”

Novel Terkait

Pengantin Baruku

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
4 tahun yang lalu
Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
5 tahun yang lalu
Dewa Perang Greget

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
4 tahun yang lalu
I'm Rich Man

I'm Rich Man

Hartanto
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu
Anak Sultan Super

Anak Sultan Super

Tristan Xu
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu
Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
4 tahun yang lalu