Wanita Pengganti Idaman William - Bab 351 Kenapa Tidak Menolong

Julian mendengar ucapan ini, tatapannya terlihat senang.

“Dimana Jessy sekarang?”

Dia bertanya dengan tidak sabar, tidak aneh dia begitu terburu-buru, orang yang ia utus sampai sekarang tidak ada kabar.

“Orangnya sedang berada di Kota Timur, orang kami sudah membuntutinya.”

Pria itu menjawab, membuat Julian semakin merasa curiga.

Ekspresi wajahnya langsung menjadi serius, ia bertanya sambil mengkerutkan alis : “Jika kalian sudah menemukan orangnya, kenapa tidak menolong?”

Pria juga tidak peduli, dan mengatakan pertimbangan mereka.

“Bos kami tidak ingin Nona Jessy terluka meskipun hanya sebatang rambut, jadi sebelum kami memiliki rencana yang benar-benar matang, kami tidak bisa bergerak.”

Julian mendengar ini semua, ia merasa sangat penasaran.

Siapa orang yang begitu mempedulikan Jessy.

Namun meskipun ia sangat penasaran, ia tetap tidak mengatakannya.

Pertama, meskipun ia bertanyapun orang ini tidak akan memberitahunya.

Kedua, sekarang bukan waktunya untuk berdiskusi, sehingga ia hanya termenung sesaat lalu segera kembali ke realita.

“Kalian sekarang sudah memiliki rencana yang matang sehingga membutuhkanku untuk bekerja sama dengan kalian bukan.”

Bukan kalimat tanya, melainkan kalimat pernyataan yang Julian lontarkan dengan tegas.

Pria berpakaian hitam yang memimpin tidak mengelak.

“Benar, kami sudah memiliki rencana yang sudah kami siapkan.”

Julian mendengar ini, matanya langsung bersinar, “Rencana apa?”

“Karena kelompok yang mengincar Jessy bukan hanya satu kelompok, jadi bos kami meminta untuk membawa nona Jessy kembali, dan beliau juga tahu kalau Nona Jessy memiliki seorang kakak kembar bernama Jeanne, kami perlu anda mencarinya kembali, ketika dibutuhkan, wanita ini bisa menjadi pengganti Nona Jessy!”

Julian mendengar ini, penuh dengan rasa terkejut.

Karena dia tidak tahu kalau kondisi Jessy begitu berbahaya.

“Baik, aku akan membantumu menipu Jeanne untuk kembali, namun kamu harus menjamin Jessy tidak akan kenapa-napa!”

Dia langsung menyetujui rencana pria itu tanpa memikirkannya lagi.

Karena baginya nyawa Jeanne sama sekali tidak sebanding dengan nyawa Jessy.

“Bagus sekali, ini adalah kartu namaku, jika anda sudah mengaturnya, kami akan segera bergerak.”

Pria itu menyerahkan sebuah kartu nama berdasar hitam dan memiliki list emas, setelah menyerahkan kartu nama ia langsung berbalik lalu pergi.

Julian melihat kartu nama ditangannya lalu melihat lagi bayangan pria yang pergi menjauh itu, tatapannya terlihat begitu tajam penuh perhitungan.

Julian kembali ke mejanya, termenung begitu lama namun entah apa yang dipikirkannya, setelah sekian lama, ia mengambil ponsel lalu menelepon sebuah nomor.

Jeanne termenung di romah kontrakannya seharian, sama sekali tidak bersemangat.

Seluruh hatinya hanya dipenuhi oleh William dan Jessy.

Tadinya dia hari ini berencana untuk mengikuti William seperti kemarin, namun paginya ketika dia melihat berita di internet, mengatakan kalau beberapa terminal di kota muncul penjahat, seluruh kota masuk kedalam kondisi berbahaya, dia langsung mengurungkan niatnya.

Bukan karena ia takut pada penjahat, karena dia menebak para penjahat ini merupakan orang suruhan William yang menyamar menjadi penjahat untuk mencari Jessy.

Dan karena dia melihat gambar Hans ada ditengah gerombolan orang itu.

Mengingat seluruh kota dipenuhi oleh orang William.

Jika dia tidak hati-hati dan ditemukan oleh mereka, maka semua akan hancur berantakan.

Ketika ia merasa stres, Julian meneleponnya, membuatnya merasa sangat emosional.

“Apakah Jessy sudah diselamatkan?”

Dia menggenggam ponsel dengan erat sambil bertanya, hatinya semakin ingin tahu apakah ia masih bisa kembali?

Setelah berpisah selama sehari, ia baru menyadari kalau dia begitu merindukan William, dan lebih tidak rela lagi meninggalkannya.

Dan dia tidak berani membayangkan masa depan, dia takut dia tidak sanggup menahan rasa sakit didalam hatinya.

Sekarang mau tidak mau dia harus menyadari, dia adalah tunas yang sudah ditanamkan didalam diri William, hatinya sudah terlanjut berakar pada pria yang terlihat dingin namun berhati hangat ini.

Julian tidak tahu apa yang sedang ia rasakan, ia langsung mengatakan apa tujuannya menelepon kali ini.

“Jessy masih belum berhasil terselamatkan, namun posisinya sudah ditemukan, aku sudah menghubungi William, aku sudah bernego dengannya, kami akan bekerja sama untuk menolong orang, kamu hati-hatilah, sebaiknya jangan sembarangan keluar sehingga ditemukan oleh mereka.”

Jeanne mendengarnya akan pergi menolong orang bersama William, hatinya menjadi khawatir.

“Bahaya tidak?”

Jeanne refleks bertanya.

Julian memejamkan mata, menjawab dengan nada tegas : “Bahaya pasti ada, bagaimanapun pihak sana bukan orang yang baik, sudah, ingat ucapanku, pihakku sekarang sedang buru-buru pergi berkumpul dengan tim William.”

Setelah mengatakannya, ia berlagak akan menutup telepon.

Jeanne langsung panik.

“Tunggu, aku akan ikut dengan kalian.”

Wajahnya dipenuhi rasa khawatir, bahkan Julian saja mengatakan kalau ini berbahaya, bagaimana mungkin dia bisa tenang, Jeanne sangat khawatir William dalam bahaya.

Terutama pengalamam William terluka sebelumnya masih terukir jelas dalam benaknya.

Julian mendengar ucapannya, merasa puas karena rencananya hampir berhasil, namun ia tidak menunjukkannya, ia berkata dengan tegas : “Untuk apa kamu pergi? Hanya menyusahkan? Jangan lupa, sekarang kamu tidak mungkin bisa muncul didepan orang-orang.”

Setelah Jeanne mendengar ini, baru menyadari sesuatu.

Benar, dia tidak bisa muncul didepan orang lain, terutama didepan William.

Tapi dia khawatir……

“Tenang saja, aku tidak akan muncul didepan orang lain, hanya melihat dari jauh, jika kamu membutuhkan bantuanku, aku bisa menuruti semua rencanamu, pokoknya kelak aku akan mendengarkanmu asalkan kamu membiarkanku ikut.”

Dia tidak berani terlalu menunjukkan rasa khawatirnya pada William, ia berusaha menekan kepeduliannya, memohon dengan tulus.

Namun dia tidak tahu kalau ucapannya sudah membuat Julian menyadari semuanya, hanya berpura-pura tidak tahu saja.

Julian melihat seluruh rencananya sudah berhasil, tatapannya terlihat begitu bersinar.

Dia terdiam sejenak, ketika Jeanne memohon sekali lagi, baru menyetujuinya dengan terpaksa.

“Baiklah, aku bisa membiarkanmu ikut, namun kamu hanya boleh mengamati dari jauh, tidak boleh membuat siapapun merasa curiga!”

Jeanne merasa sangat senang, ia berterima kasih berulang-ulang kali.

“Tenang saja, aku tidak akan membuat orang lain menyadari keberadaanku.”

Julian berdehem dengan dingin, lalu berkata kalau orangnya sudah bergerak akan datang menjemputnya, lalu memutus telepon.

Setelah telepon ditutup, Jeanne langsung bangun dan bersiap-siap.

……

Disaat bersamaan, kediaman Sunarya.

Sejak semalam tidak menemukan orang, William duduk memejamkan mata untuk istirahat semalaman.

Dan didepannya diletakkan ponselnya.

Tepat disaat ini, ponsel yang tadinya hening tiba-tiba bergetar.

William mendengar ada gerakan, langsung membuka mata dengan dinginnya.

Dia melihat nomor asing dilayar ponselnya, dia mengangkat ponsel dengan wajah penuh kewaspadaan.

“Tuan William.”

Terlihat bayangan Tiano dari dalam layar ponsel, kondisi dibelakangnya dihadang oleh tubuhnya yang besar sehingga tidak bisa terlihat dengan jelas.

“Dimana orangku?”

William menatapnya dengan waspada, ekspresinya terlihat begitu dingin.

“Ternyata Tuan William masih mempedulikan istri anda, aku pikir anda tidak berencana untuk menolong orang, Semalam bergerak sehebat itu, membuatku shock berat.”

Tiano berkata dengan senyum dingin penuh peringatan.

William juga mendengar maksud lain dalam ucapannya, wajahnya berubah jadi tegas, ia bertanya dengan tegas : “Apa yang kamu lakukan pada Jessy? Dimana dia? Aku mau melihatnya!”

Tiano tersenyum kecil, ia minggir lalu memperlihatkan Jessy yang berada tepat dibelakangnya.

“Karena Tuan William tidak mematuhi peraturan, kami memberikan istri anda sedikit pelajaran, semoga Tuan William bisa mengingat pelajaran kali ini.”

Novel Terkait

Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu
Satan's CEO  Gentle Mask

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
3 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Star Angel
Romantis
4 tahun yang lalu
Terpikat Sang Playboy

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Cinta Yang Paling Mahal

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
3 tahun yang lalu
Kembali Dari Kematian

Kembali Dari Kematian

Yeon Kyeong
Terlahir Kembali
3 tahun yang lalu