Wanita Pengganti Idaman William - Bab 434 Mementingkan Pasangan Daripada Teman

Dokter Nanda dengan santai bersandar di depan pintu dan menatap kedua orang di kamar dengan penuh ejekan.

Pada saat itu, dengan panik sambil menyeka air matanya, Jeanne dengan terburu-buru melepaskan diri dari pelukan William.

Seketika pelukan William pun kosong yang tersisa hanyalah perasaan kecewa.

Pandangan mata Jeanne mencerminkan atmosfer terganggu dan menunjukan ekspresi tidak sukanya kepada Dokter Nanda.

“Tidakkah kamu tahu untuk mengetuk pintu terlebih dahulu? Sungguh tidak sopan.”

Dokter Nanda mendengar kata-katanya dengan pandangan terkejut.

Dia memastikan pandangannya kepada William seolah dia sudah mengenalnya dari awal.

Tentu saja, William juga tidak nyaman dengan keberadaannya.

"Apa yang kamu lihat?" Bukankah kamu datang untuk check-up? Berdiri disana terus emang kamu satpam?"

Dokter Nanda berdehem dan berkata, "Ya, pernikahan ini tidak sama, lebih mementingkan pasangan dari teman."

Jeanne saat itu sangat malu tetapi juga tak ingin pergi sehingga dia hanya berdiri dengan muka yang memerah.

William yang memang tak kenal malu dan bermuka tebal pun langsung berkata pada Dokter Nanda.

“Aku menghabiskan begitu banyak uang untuk mempekerjakan kamu, tapi tidak untuk mendengar kata-kata mutiaramu, ayo cepat periksa lukanya.”

Dokter Nanda terdiam mendengar ancaman dari mulut William dan segera bergegas memeriksa lukanya.

“Buka bajumu.”

Seketika ekspresi Dokter Nandan pun serius.

Sembari memerintahkan William untuk melepas bajunya Dokter Nanda mengeluarkan alat-alatnya.

Ketika melepaskan baju ekspresi William seketika meringis, mungkin itu karena luka yang tergesek oleh bajunya.

Jeanne yang melihat itu pun merasa tak tega dan bergegas membantu William.

Beberapa menit kemudian, pakaian William sudah sepenuhnya terlepas dan yang tampak hanyalah perban yang menempel, melihat itu mata Jeanne pun kembali memanas. “Pasti sangat sakitkan?”

Dia pun kembali membantu melepaskan perban yang melekat di badan William, dan ketika perban terlepas tampak luka menganga yang mengerikan, seketika sorot mata Jeanne pun dipenuhi dengan kesedihan.

Dokter Nanda pun hanya menatap mereka tanpa mengganggu.

“Itu hanya tampak mengerikan.”

William mengatakan itu untuk menghibur Jeanne agar dia tidak khawatir.

Jeanne menggigit bibir bawahnya tidak percaya pada kata-katanya.

William pun tersenyum ketika mulai diperiksa.

"Pemulihannya cukup cepat, tapi lebih baik jika tidak diperban, dan beberapa hari ini lebih baik istirahat dirumah akan lebih cepat sembuh."

Kata Dokter Nanda setelah selesai memeriksa lukanya.

Setelah mendengar Dokter Nanda Jeanne pun berkata "Kamu harus mendengarkan Dokter Nanda untuk istirahat dirumah."

Matanya menatap tegas kepada William. Sesaat William berpaling dengan muka tak setuju.

William pun menatap Dokter Nanda dan menyetujui keputusan Jeanne untuk istirahat dirumah.

“Baiklah, aku akan istirahat dirumah.”

Lalu, terdengar derap langkah kaki gaduh dari luar.

“William, aku mendapat kabar kamu terluka. Bagaimana lukanya?”

Nyonya Thea terburu-buru masuk dan duduk di samping tempat tidur dengan khawatir dan penuh tanda tanya.

Ketika melihat luka di badan William seketika dia pun berteriak panik "Bagaimana bisa luka begini? Siapa yang melakukannya?"

Kakek David dan Deric berjalan pelan memasuki ruangan. Ketika sampai di ruangan, mereka terkejut melihat luka William. Ekspresi mereka pun berubah marah.

“William, apa yang terjadi disini?”

Kakek David pun bertanya dengan suara berat.

“Apalagi yang bisa terjadi? Pasti gadis ini yang mencoba untuk membunuhnya, sudah kubilang untuk mengusirnya, tapi kamu tidak pernah mendengarkan aku, lihatlah sekarang masalah terjadi lagi, dia adalah pembawa sial!”

Tanpa menunggu respon dari William, Nyonya Thea langsung berbalik berjalan melangkah cepat menuju Jeanne dengan tatapan benci dan menghabisinya saat itu juga.

Jeanne yang terkejut dan langsung mundur beberapa langkah, tetapi tak bisa terhindar dari jambakan dan pukulan dari Nyonya Thea.

“Berhenti!”

Ketika kakek David melihat keadaan itu pun ekspresinya langsung berubah marah dan menegur.

Ekspresi William berubah dan menjelaskan: “Ma, ini tidak ada hubungannya dengan Jessy. Cepat lepaskan dia.”

Bagaimanapun Nyonya Thea tetap tidak mendengar ucapan William, atau dia memang tidak ingin mendengar. Apapun yang terjadi dia harus mengusir Jessy.

Sayangnya, idenya tidak berjalan sesuai dengan kenyataan.

“Deric, kamu masih tidak bergerak mengusir menantu! Apa harus aku yang bergerak?”

Kakek David menegur keras.

Deric ketakutan dan ekspresinya pun berubah tegang. Dia langsung bergerak menarik Nyonya Thea.

“Jangan ribut lagi, apakah kamu mau papa marah?”

Dia sudah sangat berusaha, tapi Nyonya Thea tidak juga mau berubah, ditambah lagi dari apa yang dia dengar, dia hanya bisa marah dan menatapnya tajam.

Jeanne pun langsung tidak dihiraukan.

Pada saat itu dia dalam keadaan kebingungan.

Rambut berantakan, baju yang kusut karena ditarik barusan, dan ada beberapa bekas cakaran di pipi putihnya. Pada saat ini, keadaannya tampak serius.

William melihat situasi seperti ini, ekspresinyapun murung.

“Kakek, tolong bawa pulang papa mama dan aku akan menjelaskan semuanya setelah aku sembuh.”

Dia pun mempersilahkan tamu untuk pergi, secara natural kakek tidak ada alasan untuk menolak.

Jika dia tetap disitu, dia takut akan malah menimbulkan kemarahan.

“karena marah dia bahkan memukul menantunya sendiri, apakah ini didikanmu?”

Dia menegur Nyonya Thea, menatap Tuan Deric dengan galak, tatapan seolah-olah menasehati mereka.

Pada saat itu Deric berakhir dengan ekpresi cemberut tanpa mengatakan apapun.

Kakek David melihat itu dan menjadi lebih marah lagi. Dengan marah mengatakan: “Ikut aku!”

Nyonya Thea tidak terima, tetapi melihat ekspresi Kakek David seperti itu dia tidak berani untuk membantah. Dia menatap lama Jeanne dengan pandangan marah, seakan-akan tak berhenti mengancamnya.

Jeanne melihat itu, tapi merasa sangat tak berdaya.

William yang melihat keadaan ini pun menggenggam tangannya dalam diam.

Ketika semua orang telah pergi, dia pun membawa Jeanne untuk diperiksa Dokter Nanda.

“Ini tidak apa-apa, cukup oleskan salep saja, tidak akan meninggalkan bekas.”

Selesai memeriksa, Dokter Nanda memberikan satu botol obat salep dan pada saat itu juga merasa terkejut.

Bisa dikatakan, setelah kejadian itu pandangannya pun berubah.

William pun tidak melewatkan ekspresi terkejut dari pandangannya dan dengan santai berkata: “Harusnya sudah tidak ada masalah, Nanda, kamu sudah boleh pergi, jika ada yang diperlukan aku akan memanggilmu.”

Melihat ekspresi William yang tidak menunjukan kekhawatiran, Dokter Nanda pun segera membereskan alatnya dan pergi.

Setelah Dokter Nanda pergi, William pun menggiring Jeanne untuk duduk di sampingnya.

“Maaf.”

Dia melihat luka yang tercermin dari muka Jeanne, seakan-akan menyiratkan rasa maaf yang sangat dalam, sehingga tidak tau apa yang harus dikatakan.

Walaupun luka ini disebabkan ibunya tetapi dia juga tidak bisa menyalahkan ibunya, tetapi dia juga tidak bisa membiarkan ini Jeanne menerima hal ini.

“Tidak apa, aku mengerti.”

Jeanne juga mengerti akan posisinya, menggerakkan sudut bibirnya menjawab, lubuk hatinya sudah sangat menderita.

William melihat itu, dan mengusap pelan bibirnya dan mengambil salep dari tanganya. Dia berbisik: “Duduk aku akan mengoleskan obat.”

Jeanne ingin menolak, tapi William memaksa.

Ketika Moli datang, melihat situasi seperti itu.

Pada dasarnya dia senang melihat Jeanne dihajar oleh Nyonya Thea, tapi dia tidak mengira untuk melihat pemandangan yang menghangatkan hati seperti ini.

Novel Terkait

Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Dewa Perang Greget

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Mata Superman

Mata Superman

Brick
Dokter
4 tahun yang lalu
Anak Sultan Super

Anak Sultan Super

Tristan Xu
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu
The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Hello! My 100 Days Wife

Hello! My 100 Days Wife

Gwen
Pernikahan
4 tahun yang lalu