Wanita Pengganti Idaman William - Bab 313 Dia Mau Membunuhmu

Marina memandang Jeanne dengan dingin, tatapannya itu penuh api amarah.

“Jessy, kakak iparku memberi muka pada William, sehingga tidak mempermasalahkan masalah kamu membahayakan keponakanku, tetapi ini tidak berarti bahwa kita dapat mentolerir kamu tetap tinggal di tanah keluarga kami, sadar diri donk, pergi sejauh mungkin, jika tidak, jangan salahkan kami tidak sopan!”

Selesia bicara, dia mendorong Jeanne dengan kuat.

Jeanne awalnya memang sudah bersandar di sudut dinding, begitu didorong olehnya, dia jatuh langsung ke tanah.

“Sakit ---“

Terlihat lututnya terbentur batu, kulitnya sudah robek, darah merah segar terus mengalir, dengan cepat tersapu oleh hujan, tapi itu malah mempersakit area luka.

Jeanne yang kesakitan menarik napas dingin, kondisinya sekarang tampak menyedihkan.

Namun, Marina yang melihat itu bersikap acuh tak acuh, memberi peringatan dengan sikap merendahkan: “Ingat perkataanku, jika aku tahu kamu masih tidak tahu malu dan tetap tinggal di sini, jangan salahkan aku bertindak kasar!”

Selesai itu, dia mendengus dan pergi.

Jeanne melihat dia masuk ke rumah Sunarya dengan sombong, air yang membasahi wajahnya sudah tidak bisa dibedakan apakah itu air mata atau air hujan, mengaburkan matanya.

Dia menyangga pada dinding dan berdiri dengan susah payah, lalu memandang vila yang terang di depannya dan akhirnya pergi dengan terpincang-pincang.

Marina berdiri di belakang pintu, melihat sosok Jeanne yang semakin jauh, matanya penuh kepuasan.

Sampai pada sosok Jeanne menghilang dari vila, barulah dia berbalik dan kembali ke rumah baru.

Sedangkan Jeanne yang meninggalkan vila itu berdiri di persimpangan, tidak tahu ke mana dia harus pergi.

Akhirnya, dia yang kedinginan dan sedih hanya bisa kembali ke rumah sewaan tempat dia dan ibunya tinggal bersama.

Dia sekilas mandi, kemudian tergeletak di tempat tidur dengan kelelahan fisik dan mental, tetapi dia malah tidak bisa tidur, seluruh pikirannya mengkhawatirkan kondisi William.

Tidak tahu berlalu berapa lama, barulah dia tertidur.

Menjelang tengah malam, dia demam tinggi, wajah yang awalnya pucat menampilkan merah yang tidak normal.

Jeanne secara samar-samar tahu bahwa dirinya mungkin sakit, tetapi dia tidak bisa membuka mata, kelopak mata bagai seberat ribuan kilo, dia yang tak bertenaga pun lanjut tertidur pingsan di tempat tidur.

……

Keesokan harinya, rumah Sunarya.

William terbangun dari keadaan pingsan, memandang langit-langit di atas kepalanya dan bengong.

Ingatan semalam memutar kembali di benaknya.

Moli yang terus memperhatikan menemukan bahwa dia telah sadar, dengan kaget memanggil: "Tuan, anda sudah bangun!"

Ketika kata-kata itu dikeluarkan, anggota keluarga yang duduk di sofa dan memejamkan mata mereka untuk beristirahat langsung pada membuka mata, berjalan ke tempat tidur.

“William, akhirnya kamu bangun.”

“William, apakah tubuhmu masih ada bagian yang tidak nyaman?”

Nyonya Thea dan Marina menghampiri William dan bertanya dengan penuh perhatian.

Deric mengangguk dengan senang di samping: “Baguslah kalau sudah bangun.”

Sierra merasa dirinya sendiri tidak memiliki kesempatan untuk berbicara. Berkata dengan tersenyum dan dewasa: "Paman, bibi, kalian berbicara dulu dengan William, aku akan pergi menyuruh kepala pelayan memanggil dokter, sekalian membuatkan sedikit makanan untuk William."

Nyonya Thea sangat puas dengan tindakannya ini, mengangguk sambil tersenyum, "Kalau begitu merepotkan Nona Sierra ya."

Senyuman Sierra semakin lembut, berbalik badan dan pergi memerintah kepala pengurus rumah tangga.

Melihat ini, Marina menyeringai.

Wanita ini benar-benar tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk berpenampilan baik.

Dia sekadar mengkritiknya di dalam hati, lalu mengabaikannya dan kembali memperhatikan William.

Melihat sosok ibunya yang cemas, William menenangkan, "Ma, jangan khawatir, aku baik-baik saja."

Sambil bicara, dia melihat sekeliling dan menemukan bahwa Jeanne tidak berada di dalam ruangan, tidak bisa menahan diri untuk bertanya, "Di mana Jessy? Kenapa tidak ada di sini?"

Nyonya Thea tidak menyangka begitu putranya bangun langsung mencari wanita murahan itu, seketika raut muka menggelap.

“Jangan bahas dia!”

Dia memarahinya, tatapan yang melihat William terdapat semacam keluhan mengapa putranya begitu bodoh.

“Sampai sekarang kamu masih mempedulikannya?”

Mendengar itu, alis William berkerut.

Tampaknya selama dia pingsan, terjadi sesuatu yang tidak diketahuinya.

"Ma, jika Jessy membuatmu marah, aku di sini meminta maaf padamu, bagaimanapun, jika semalam tidak ada Jessy, aku mungkin sudah mati."

Dia mencoba untuk memperbaiki hubungan mereka berdua, tetapi tidak sangka setelah mengeluarkan perkataan itu, Nyonya Thea semakin marah.

“William, apa yang kamu katakan? Wanita murahan itu menyelamatkan kamu? Kamu tertipu, dia itu mau membunuh kamu!”

William mengerutkan alis, ekspresi mendingin, dengan tidak senang berkata: “Kenapa dia mau membunuhku? Siapa yang bilang?”

Nyonya Thea dikejutkan oleh suara dinginnya, terbengong sejenak, secara naluriah menoleh ke Moli.

Jantung Moli gemetar, tapi tetap memberanikan diri untuk melangkah maju.

“Tuan, semalam taman bunga padam listrik, anda mengalami shock, aku ingin membawa anda pulang untuk diperiksa dokter, tapi nyonya muda terus memelukmu dan tidak membiarkan aku membawamu pulang.”

Implikasinya adalah bahwa keterlambatan dalam perawatannya yang disebabakan oleh Jeanne sama dengan membahayakannya.

Raut muka William seketika memburuk.

Kenapa semalam Jeanne tidak mau melepaskannya, walaupun dia pingsan, tapi masih ada sedikit kesadaran.

Dia tahu bahwa pada saat itu, Jeanne sedang melakukan tindakan pertolongan pertama padanya.

Lagipula jika pada saat itu membiarkan Moli membawanya pergi dan menunggu dokter datang, dalam selang waktu itu, kondisinya mungkin menjadi lebih serius.

Meskipun dia mengerti orang tuanya peduli dengannya, tapi hatinya merasa khawatir.

"Kalau begitu apakah kamu tahu jika membiarkan membawa aku pergi, kondisiku akan menjadi lebih buruk!"

Sambil bicara, pandangannya beralih ke Nyonya Thea: “Dan juga, Jessy menghalangi kalian adalah untuk menyelematkanku, bukan membahayakanku.”

“Bagaimana mungkin?”

Nyonya Thea dan Marina tersentak, sama sekali tidak percaya.

William memberi mereka tatapan dingin dan berkata: "Bukannya tadi aku sudah bilang? Jika bukan karena pertolongan pertama Jessy, aku sudah mati."

Mendengar itu, Nyonya Thea dan Marina saling bertatapan, tidak tahu apa yang harus dilakukan.

Melihat situasi ini, William bertanya lagi: “Jadi, sekarang kalian seharusnya memberi tahu aku di mana Jessy?”

Ketika kata-kata itu dilontarkan, semua orang diam, tidak ada yang berani berbicara, mereka bahkan tidak berani melihat William.

Melihat ini, William segera turun dari ranjang.

Nyonya Thea cemas: “William, kamu ke mana?”

William mengabaikannya, langsung berjalan ke depan pintu dan memanggil Merry.

Dia tahu biasanya Merry paling menurut pada Jeanne, juga pelayan yang paling membela Jeanne.

“Tuan, syukurlah anda tidak apa-apa.”

Merry sangat senang ketika melihat William, segera berkata: "Tuan muda, Anda harus percaya pada nyonya muda, dia tidak akan membahayakan Anda, Anda cepat mengirim orang untuk membawanya kembali."

Ekspresi William langsung berubah, bertanya dengan nada dingin: “Apa yang terjadi?”

Merry menceritakan tentang apa yang terjadi semalam dengan terpatah-patah.

"Nyonya besar mengira nyonya muda mau menyakitimu, jadi mengusir nyonya muda keluar dari rumah. Saat itu sedang hujan, nyonya muda mengkhawatirkanmu, sehingga terus berjaga di luar pintu. Kemudian, Nona Marina marah, dia secara pribadi pergi mengusir nyonya muda, aku melihat nyonya muda terluka. Dia pergi sendirian dengan terpincang-pincang. "

Nyonya Thea dan Marina tidak menyangka pelayan kecil itu berani mengatakan apa yang sebenarnya terjadi semalam, mereka memelototi Merry dengan ganas.

Merry menyadari pandangan mereka, dia terpana dan wajahnya penuh ketakutan.

William tentunya juga menyadari gerakan mereka, raut muka seketika berubah menjadi sangat seram!

Novel Terkait

His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Hanya Kamu Hidupku

Hanya Kamu Hidupku

Renata
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
4 tahun yang lalu
Pernikahan Kontrak

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
4 tahun yang lalu
Menunggumu Kembali

Menunggumu Kembali

Novan
Menantu
4 tahun yang lalu