Wanita Pengganti Idaman William - Bab 462 Terlalu Mempedulikannya

Di telepon, Hans berkata dengan amarah menggebu-gebu, “Presdir, Julian ini bersikeras ingin mengeluarkan penaggung jawab Yansen ini, bukankah dulu dikatakan kalau dia sangat menyayangi Nyonya muda? Sudah terjadi hal seperti ini, dia bukannya membantu Nyonya muda malah ini membantu pengecut itu!”

Karena terlalu kesal, ucapan Hans tidak sehati-hati biasanya.

Ekspresi wajah William langsung menjadi serius, “Kamu sudah mengatakan kalau ini hanya kabar burung, kenyataannya seperti apa tidak ada yang tahu, lagi pula yang ada di depannya sekarang adalah keuntungan, orang bisa berubah karena keuntungan.”

“……..”

Hans tidak bisa membantah, “Jika begitu terus, ketika Julian kehabisan akal, apakah dia akan mencari Nyonya muda?”

William menyipitkan mata dengan penuh bahaya, berdasarkan sifatnya yang hanya mementingkan keuntungan, hal ini mungkin sekali ia lakukan!

……

Keesokan paginya, Jeanne dan William bangun bersama.

William memanfaatkan kesempatan ketika Jeanne masuk ke kamar mandi untuk mengambil ponsel Jeanne yang berada di laci lemari samping ranjang dan memasukkannya ke dalam kantong.

Jeanne sama sekali tidak tahu kalau ponselnya sudah diambil, setelah mandi ia menyuruh William mandi, “Sikat gigi sudah kusiapkan diatas wastafel, pasta gigi juga sudah aku oleskan.”

William mengangguk lalu menuju kamar mandi, ketika melewati Jeanne, ia mencium keningnya dulu sebelum masuk ke kamar mandi.

Jeanne merasakan sentuhannya yang lembut dan hangat, tatapannya penuh kebahagiaan, namun ia malah mendorong William dengan malu-malu, ”Bau sekali, masih belum sikat gigi.”

William mendengar ucapannya yang bertolak belakang dengan isi hatinya, berkata dengan suara yang begitu lembut dan merdu : “Kenapa, sekarang sudah bisa mulai protes tentang aku?”

Dia menangkap Jeanne dengan tidak senang seolah ingin menciumnya sekali lagi.

Jeanne meronta manja.

Tidak lama, ada suara percikan air yang penuh asmara dari dalam kamar.

Setengah jam kemudian, William keluar dengan segar, Jeanne berada disampingnya, kedua pipinya memerah, terutama bibirnya, begitu penuh dan merah.

“Tunggu dulu, aku lupa mengambil ponsel.”

Jeanne berkata sambil kembali ke kamar, “Loh, dimana ponselku?”

William berjalan menghampiri seolah tidak tahu apa-apa, “Kenapa?”

“Ponselku hilang, aku ingat jelas meletakkannya disini.”

“Mungkin kamu lupa meletakkannya dimana, kamu pakai ponselku saja dulu, nanti aku suruh pelayan untuk membantumu mencarikan.”

William mengeluarkan ponselnya.

Jeanne melihat ponsel berwarna putih silver didepannya, merasa agak heran, “Kalau aku memakai ponselmu, nanti kamu bagaimana?”

“Aku masih punya satu ponsel pribadi.”

Jeanne tidak menolak lalu turun kebawah untuk sarapan.

Setelah makan, William mengantar Jeanne ke kantor cabang, baru kembali ke kantor pusat.

Setelah sibuk satu pagi, dia baru ingat kalau ponsel Jeanne ada padanya, dia mengeluarkan ponsel yang berada di kantongnya dan menyalakan ponsel tersebut.

Siapa yang menyangka begitu ponselnya aktif, telepon Julian langsung masuk.

William menatap layar dengan tatapan penuh curiga, setelah beberapa lama baru mengangkatnya.

“Kenapa lama sekali mengangkat teleponnya?”

Begitu telepon tersambung, Julian langsung berkata dengan tidak sabar.

William mengkerutkan alis, sikap Julian memang tidak seperti yang dikatakan orang kalau ia sangat menyayangi Jessy.

Tatapannya penuh dengan rasa curiga, ia menjawab dengan dingin, “Ini aku.”

“Will, William?”

Julian tidak percaya, lalu melihat nama dilayarnya sekali lagi.

William menjawab dengan singkat dan dingin.

Julian merasa khawatir, “Haha, ternyata William, kenapa ponsel Jessy bisa ada di kamu?”

“Dia lupa bawa.”

“Begitu, kalau begitu nanti aku hubungi dia agak malaman saja.”

Ketika Julian akan mematikan ponsel, William memanggilnya.

“Kamu tidak perlu mencari Jessy lagi, orang itu tidak mungkin kulepaskan.”

Julian tersentak, ia tahu kalau William sudah menebak tujuannya, ia juga tidak menyembunyikan lagi, “Aku tahu Musro berbuat salah padamu, namun didunia bisnis tidak ada musuh abadi, untuk apa bersaing dengan uang?”

Wajah William langsung berubah serius, ia mengangkat sudut bibirnya dengan sinis, “Julian, jadi ini yang disebut putri kesayanganmu, kelihatannya sekarang tidak seperti itu.”

“………….”

Julian disindir sampai tidak bisa mengatakan apapun.

William juga tidak peduli, ia lanjut berkata, “Ini merupakan peringatan pertama dan yang terakhir dariku, Jessy bukan alat yang bisa kamu manfaatkan sesukamu, kamu terus menerus memanfaatkan Jessy, aku sudah bersabar sekali selama ini, masalah kali ini, aku tidak mungkin lepaskan begitu saja, kamu jangan harap bisa memanfaatkannya lagi!”

Julian menggenggam ponsel dengan erat, ia cukup terkejut mendengar ucapan William.

Apakah William menyadari sesuatu?

“William, apakah kamu salah paham? Atau Jessy ada mengadu padamu, aku………”

Ekspresi Julian langsung berubah, ia berusaha membela diri, namun dia belum sempat menyelesaikan ucapannya William sudah memotong ucapannya.

“Julian, kamu sama sekali tidak pantas menjadi ayah Jessy!”

Setelah mengatakan ini, William langsung mematikan telepon.

Ekspresi wajah Julian seketika menjadi buruk sekali, entah apa yang terpikirkan olehnya, ia menyimpan ponsel lalu menuju kediaman Gunarta.

Di kediaman Gunarta, Julian menemui Jessy dan menceritakan apa yang dibicarakan di telepon tadi.

Jessy terkejut, “William benar-benar berkata seperti itu?”

Julian mengangguk, berkata dengan khawatir : “Jessy, menurutmu mungkinkah William menyadari sesuatu?”

Jessy mengetatkan bibir dan berpikir sejenak, tidak berapa lama, ia menggeleng : “Seharusnya dia belum menyadari apapun, kalau tidak dia tidak mungkin hanya memberi peringatan seperti ini untukmu.”

Setelah mengatakannya, ia menyipitkan matanya dengan penuh kesurigaan : “Pa, apakah kamu tidak merasa kalau William terlalu mempedulikan Jeanne?”

Julian sekarang baru paham, “Maksudmu William benar-benar jatuh cinta pada Jeanne?”

“Mungkin.”

Jessy berkata sambil tersenyum picik, “Jika benar-benar jatuh cinta merupakan hal yang sangat bagus, dengan begitu kita bisa lebih memanfaatkan wanita ini, memanfaatkannya secara maksimal!”

“Benar sekali.”

Julian setuju dengan ucapannya, namun ia memikirkan masalah Yansen juga Musro, ia kembali mengkerutkan alis, “Namun yang terpenting sekarang adalah masalah Yansen.”

Tatapan Jessy menjadi begitu dalam, seolah memiliki sebuah ide, dan berkata : “Untuk sementara masalah Yansen tidak terlalu buru-buru, William sudah memberi peringatan pada kita, dalam waktu singkat rencana kita tidak akan dibiarkan berjalan lancar, untuk sementara kita perhatikan kondisinya dulu selama dua hari, lalu mencari waktu untuk mencari Jeanne, masalah ini memprlukan bantuannya.”

Disaat bersamaan, perusahaan fashion Sunarya Group.

Jeanne dan Celica sedang bekerja sama membuat sampel baju yang mereka desain.

Setelah selesai, mereka hanya perlu mengirimkannya kepada klien, jika semua lancar mereka sudah bisa memulai produksi.

Proses pembuatan pakaian mereka sudah sampai tahap finishing, Jeanne menjahit dengan sangat hati-hati, ia menjahit kain renda dibagian pinggang, lalu mundur selangkah dan melihat hasil karyanya dengan bangga.

“Sempurna!”

Celica meliriknya sesaat, lalu melihat baju yang sudah jadi didepannya, dia harus mengakui, meskipun Jeanne orang yang menyebalkan, namun dalam hal desain ia memiliki kemampuan yang setara dengannya.

Novel Terkait

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Tere Liye
18+
4 tahun yang lalu
Gadis Penghancur Hidupku  Ternyata Jodohku

Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku

Rio Saputra
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
3 tahun yang lalu
My Tough Bodyguard

My Tough Bodyguard

Crystal Song
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Behind The Lie

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
3 tahun yang lalu
Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Shuran
Pernikahan
4 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
3 tahun yang lalu
Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
3 tahun yang lalu