Wanita Pengganti Idaman William - Bab 342 Semua Hal Baik Direbutnya

Hari berikutnya, Jeanne tertidur sampai siang baru bangun, tubuhnya terasa seperti habis dihantam mobil, terasa sangat sakit sampai ia menggertakkan gigi.

Akan tetapi masih belum sempat ia menyadari apa yang terjadi, ekspresi wajahnya langsung membatu.

Karena ingatan tadi malam seperti menghantamnya tiba-tiba, membuat dia ingin sekali menggali lubang untuk mengubur dirinya sendiri.

Rupanya betul minum alkohol membuat masalah. tampaknya lain kali jangan pernah minum alkohol di depan Wiliam, kalau tidak ia tidak akan tahu apa yang akan dia lakukan.

Dia beristirahat sebentar di atas ranjang, menunggu sampai rasa pegal berkurang sedikit, baru bangun untuk membersihkan diri lalu turun ke bawah.

Moli melihat Jeanne yang bangun begitu telat, terutama bekas yang muncul di tubuhnya, matanya penuh dengan tatapan iri, tidak tahan dan mencibirnya.

“Rupanya menjadi nyonya muda itu enak ya, tidak seperti Tuan rumah kami, begitu pagi langsung berangkat ke kantor, pulang malam juga tidak ada kesempatan untuk bersantai.”

Jeanne mendengar ucapan ini, langkahannya terhenti..

Dia menoleh melirik kearah Moli, menyipitkan mata, berkata sambil tersenyum dingin: “Nona Mo, aku sudah tahu maksudmu, nanti malam aku akan bicarakan dengan Wiliam.”

Setelah mengatakan ini, dia tidak lagi mempedulikan Moli, berbalik dan langsung masuk ke ruang makan.

Dan Moli karena perkataannya ini, ekspresi wajahnya berubah, namun ia juga khawatir wanita ini benar-benar membawa percakapan ini untuk diberitahukan pada Tuannya.

Setelah dia berjalan beberapa langkah ke belakang Jeanne, ia tidak dapat mengeluarkan kata-kata yang halus, hanya dapat mengigit bibirnya : ”Kamu ini selain mengadu, masih bisa melakukan apa lagi?”

Jeanne tersenyum dingin: “Nona Mo, aku bisa mengadu juga karena kemampuanku, jika mampu kamu juga boleh.”

Moli tidak menyangka kalau Jeanne bisa seperti itu padanya, tiba-tiba tidak punya kata-kata untuk membalasnya.

Jeanne melihat mukanya yang memerah, tertawa kecil, tidak mempedulikannya lagi, lalu mulai makan.

10 menit kemudian, setelah dia selesai makan, ia berencana pergi ke perusahaan sebentar, untuk memberitahu keputusannya untuk menerima wawancara.

Di perusahaan, Zoey tahu bahwa Jeanne setuju untuk diwawancara, ia menjawab sambil tersenyum: ” Jadi, kali ini kamu butuh support apa dari perusahaan, silahkan katakan saja, aku akan menyuruh orang untuk berusaha memenuhi keinginanmu.”

Bagaimanapun juga, Jeanne menerima wawancara, ada baiknya juga untuk nama baik perusahaan.

Jeanne sendiri juga tahu tentang ini, ia menerima dan menyetujuinya.

Celica tahu bahwa Jeanne telah setuju untuk diwawancarai, ia sangat marah sampai pensilnya miring, sketsa yang telah disiapkan begitu baik sampai rusak.

Hatinya penuh dengan kemarahan dan ketidakpuasan

“Apa sebenarnya yang terjadi pada Jessy sampai ia bisa seberuntung itu, kenapa hal yang baik semuanya diambil semua olehnya!”

Jeanne tidak tahu amarah dalam hatinya, setelah melapor ke Zoey, ia langsung menghubungi penanggung jawab wawancara desain.

Keduanya menentukan waktu wawancara, waktunya ditentukan besok sore.

Malam harinya, Jeanne juga melaporkan masalah wawancara pada William.

“Kalau begitu aku akan menyuruh Hans mengosongkan jadwal besok siang dan pergi bersamamu.”

William mengkerutkan alis dan menjawab.

Jeanne menggelengkan kepalanya : “Tidak perlu, aku sendiri saja, kamu sibuk uruslah urusanmu saja.”

William masih mau mengatakan sesuatu, akan tetapi masih belum berkata, Jeanne langsung berkata terlebih dahulu : “Kamu setiap hari ada begitu banyak urusan, tidak perlu mengkhawatirkanku, lagipula, bukankah kamu mengatakan bahwa beberapa orang itu sudah pergi? Seharusnya tidak ada bahaya lagi, dan lagi masih ada Nona Moli yang mengikutiku.”

Setelah William mendengar ini, akhirnya tidak lagi bersikeras.

Tapi setelah sampai selesai makan, dia memanggil Moli ke ruang kerja.

“Tuan, Anda mencari aku?”

Moli masuk ke ruang kerja dengan senang.

William melihatnya, lalu berkata dengan tegas : “Besok Nyonya akan pergi melakukan wawancara, aku tidak ingin ada insiden apa-apa lagi, jika tidak kamu sendiri yang langsung keluar negeri!”

Moli mendengar ucapan ini, senyum diwajahnya langsung berubah menjadi murung.

Dia gemetar mennggertakan giginya, kedua tangan yang terkulai disamping kakinya mengepal erat-erat.

“Ya!”

Dia mengerahkan seluruh tenaganya baru sanggup menahan seluruh amarahnya yang hampir meledak, menggertakkan gigi dan menyetujuinya.

Tampaknya William tidak menyadari keanehan dalam nada bicaranya, setelah selesai memesankan pekerjaan, ia langsung melambaikan tangan menyuruh dia pergi.

Moli berbalik dan pergi, ketika membalikkan badan, ekspresi wajahnya terlihat suram.

……

Keesokan harinya, William pergi ke perusahaan lebih awal.

Karena Jeanne sorenya ada wawancara, jadi dari pagi ia sudah di rumah untuk siap-siap.

Ketika waktu yang ditentukan tiba. Dia baru mengajak Moli berangkat menuju kantor majalah fashion.

Tidak sampai setengah jam, keduanya tiba di gedung majalah.

Dibandingkan dengan gedung Sunarya Group yang megah, gedung ini terlihat tidak begitu besar.

“Nona Jessy, sebelah sini.”

Setelah kedua orang itu turun mobil, ada asisten yang menuntun kedua orang itu masuk ke kantor.

Seiring mereka yang menghilang didalam kantor, ada sebuah mobil mewah berwarna hitam yang muncul dari persimpangan jalan.

Pria yang berada di dalam mobil itu ternyata adalah orang yang beberapa hari lalu mengintai di Keluarga Sunarya.

“Tampaknya hari ini adalah kesempatan baik untuk beraksi.”

Dia menggunakan teropong untuk melihat situasi mereka, sambil bergumam.

Dan ini semua Jeanne tidak mengetahuinya.

Setelah dia mengikuti asistennya masuk ruang direksi majalah, ia langsung bertemu editor untuk diwawancara.

Setelah basa basi sesaat, kedua orang ini masuk ke topik inti hari ini

Satu bertanya, satu menjawab, ditambah sudah punya satu kali pengalaman, Jeanne bisa menanganinya dengan baik.

Meski begitu, wawancara tetap berlangsung sampai malam.

“Maaf, telah menyita waktu Nona Jessy begitu lama”

begitu editor sudah selesai melakukan wawancara, mereka tersenyum dengan penuh rasa sungkan pada Jeanne.

“Tidak apa-apa, kalau begitu aku pulang dulu.”

Jeanne membalas sambil tersenyum.

Editor mengangguk, mengantar dia keluar dari kantor direksi : “Nona Jeanne hati-hati di jalan, setelah aku menyelesaikan naskahnya, aku akan memberitahu Nona Jeanne hari penerbitan majalah, pada waktu yang bersamaan kami juga akan mengirimkanmu sample majalahnya.”

“ Mohon bantuannya.”

Jeanne tidak menolak, Setelah mengucapkan selamat tinggal sekali lagi, ia membawa Moli pergi.

Setelah dua orang itu pergi, Moli pergi ke gedung parkiran untuk mengambil mobil, Jeanne berdiri seorang diri di persimpangan menunggu.

Pria yang awalnya terus fokus menunggu di luar, merasa sudah waktunya.

Lalu melihat dia menghentikan mobilnya didepan Jeanne, langsung membuka pintu turun dari mobil, berjalan ke arah Jeanne

Jeanne tidak menyadari bahaya sedang mendekatinya.

Dia menundukkan kepalanya dan membalas pesan dari Wiliam.

“Wawancaranya sudah selesai, sudah bersiap untuk pulang.”

Setelah pesannya terkirim, tidak ada respon, ini, membuatnya sangat kecewa.

Ketika dia berencana menyimpan ponselnya, tiba-tiba tubuhnya tertabrak, ponselnya terjatuh ke lantai.

“Maaf.”

Pria itu terlihat kesal mengambil ponselnya, meminta maaf dengan nada marah.

Jeanne melihat lelaki ini terlihat baik, namun ia tidak mempedulikannya sama sekali, menerima ponsel, “Tidak apa, aku yang bermain ponsel tidak memperhatikan, bukan salahmu.”

Dia berkata sambil menyamping, berencana membiarkan pria itu lewat.

Pria itu melihat situasi ini, melihat dengan tatapan dingin.

Dia melihat kesekeliling, sama sekali tidak ada orang yang memperhatikan kearah sini, ketika dia berencana membuat Jeanne pingsan, terdengar suara rem mobil dari belakang, membuatnya menghentikan gerakan tangannya.

Ia mendengar wanita disampingnya bertanya dengan suara heran : “William, kok kamu bisa ada disini.”

Wiliam ?

Pria itu menyipitkan matanya, melihatnya sekilas, lalu melihat Wiliam yang duduk di dalam mobil, menatap Jeanne dengan lembut.

“Kebetulan pulang kantor, jadi sekalian menjemputmu.”

Novel Terkait

Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
3 tahun yang lalu
Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
4 tahun yang lalu
After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu
Diamond Lover

Diamond Lover

Lena
Kejam
4 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu
Lelah Terhadap Cinta Ini

Lelah Terhadap Cinta Ini

Bella Cindy
Pernikahan
4 tahun yang lalu