Wanita Pengganti Idaman William - Bab 133 Bekas Luka

Bab 133 Bekas Luka

Ketika Tante Marina mendengar perkataan ini, sekujur tubuhnya membeku, meskipun api amarah berkobar dalam matanya, namun ia hanya bisa menahannya.

"Jessy, jangan sampai aku mendapatkan bukti kejahatanmu, kalau tidak, aku tidak akan melepaskanmu!"

Dia memberi peringatan keras, memelototi Jeanne dengan tatapan sadis, lalu pergi tanpa menoleh.

Jeanne sama sekali tidak memperdulikan apa yang ia katakan, melihatnya sudah pergi, ia pun meminta para pelayan untuk bubar.

Mengenai Perkelahian kali ini, tidak butuh waktu lama informasi sudah sampai ke telinga William.

"Presdir, baru saja mendapat kabar kalau nyonya muda dan nyonya Marina berkelahi."

Hans masuk ke ruangan melapor dengan tergesa-gesa.

William terkejut mendengar kabar ini, ia sama sekali tidak dapat membayangkannya.

Bagaimanapun sejak dia mengenalnya, Jessy adalah orang yang berpikiran dingin dan tenang, tidak mungkin melakukan hal seperti itu.

"Kenapa mereka.... berkelahi."

"Dengar-dengar nyonya Marina mengatakan hal yang sangat tidak enak didengar, membuat nyonya muda sangat marah sehingga turun tangan memukulnya."

Hans menceritakan apa yang terjadi dengan simple, membuat William yang mendengarnya merasa kesal juga lucu.

Pertama merasa kesal karena Tante Marina tidak mengindahkan peringatannya untuk jangan membuat masalah lagi, kedua akhirnya ia merasa Jessy memang seorang wanita yang angkuh dan tidak suka dirugikan seperti yang tertulis di data yang ia dapatkan.

"Dia tidak terluka kan?"

Dia menahan tawa dengan susah payah, bertanya setelah berdehem.

Seiringan dengan dilontarkannya perkataan ini, Hans terkejut.

Merasa ada sesuatu yang berbeda dari diri presdirnya ini, namun di teliti lagi, juga tidak bisa menemukannya.

Dan dia juga tidak ingin memikirkannya lagi, menjawab, "Nyonya muda tidak terluka, malahan nyonya Marina yang dibuat babak belur olehnya."

William mendengar Jeanne tidak terluka, seketika merasa lega, tidak lagi memperhatikan masalah ini, menanyakan masalah pekerjaan.

Saat sedang berbicara, Hans tiba-tiba teringat sesuatu, "Hampir saja lupa, Tuan Nathan mungkin akan datang ke negara kita dalam waktu dekat."

Tuan Nathan adalah Nathan Zimer, psikolog pribadi William.

Gerakan William terhenti, lalu berpesan, "Baiklah, tunggu ia tiba, buat janjilah dengannya."

Hans mengiyakan, leduanya lanjut membicarakan masalah pekerjaan.

……

Keesokan harinya, saat Jeanne sedang sarapan, terdengar suara kepala pelayan.

"Tuan muda."

Mendengar apa yang diucapkan kepala pelayan, Jeanne refleks meletakkan peralatan makannya lalu berjalan keluar.

Ia melihat William berdiri dengan gagah di ruang tamu.

"Bukankah kamu sedang dinas?"

Dia bertanya dengan heran, mendengar suaranya William melihat kearahnya.

"Iya dinas, namun hanya mengecek ke kota Lin, ditambah hari ini masih ada rapat, makanya pulang."

Mendengar penjelasan William, rasa kaget dalam hatinya perlahan memudar, mengangguk dengan ekspresi datar.

Sebaliknya William menyadari tangannya yang terbungkus kain perban, bertanya dengan alis mengkerut, "Tanganmu kenapa?"

Jeanne reflek melihat kearah tangannya, mengibaskan tangannya dengan wajah santai.

"Oh, tidak apa, hanya tercakar anjing saja."

Mata William menyipit, menatapnya lurus, teringat perkelahian yang dilaporkan Hans semalam.

Bukannya ia mengatakan kalau Jessy tidak terluka?

Dalam hati ia menyalahkan Hans yang tidak becus bekerja, disaat yang bersamaan mengangkat tangan Jeanne untuk memeriksanya.

Memang tercakar beberapa luka kecil, untungnya tidak dalam lukanya, setelah semalam lukanya sudah mulai menutup.

Jeanne melihat wajah pria yang sedang memperhatikannya dengan jarak yang begitu dekat, hatinya bergetar.

“Sudah kukatakan tidak apa, untuk apa dilihat?”

Dia menarik kembali tangannya dengan wajah merona, mundur dengan canggung. William merasa tangannya tiba-tiba kosong, entah kenapa ada rasa hampa yang mendera hatinya.

Dia mengangkat kepala melihatnya, melihat wajah Jeanne yang memerah, sadar kalau dia sedang merasa malu, diikuti oleh menghilangnya rasa hampa yang tadi ia rasakan, maju dengan wajah menggoda.

“Kelihatannya belakangan ini nyalimu menjadi lebih besar ya, beraninya menyebut iparmu sebagai anjing, lain kali jangan sampai aku mendengar ucapan ini lagi.”

Setelah ia mengatakannya, tersenyum kecil, melewati Jeanne naik ke lantai atas.

Jeanne tertegun sesaat, kemudian menyadari apa maksud perkataannya.

Dia berbalik dengan heran, William sudah tidak terlihat lagj di lorong lantai atas, namun senyuman diwajahnya sulit untuk ditutupi.

Kelihatannya ia mengetahui perkelahian antara dirinya dan Tante Marina semalam.

Bahkan bukan hanya tahu, ia juga tidak berniat membuat perhitungan dengannya, ada apa ini?

Setelah ia berfikir sesaat, tidak juga menemukan penyebabnya, ia mengangkat bahu berniat untuk menyerah, lalu mengikutinya kembali ke kamar.

Didalam kamar, ia mendengar suara air dari dalam kamar mandi, mengetahui William sedang mandi, ia tidak memperdulikannya, langsung berjalan menuju meja kerja.

Dia menyalakan komputer, login QQ.

***QQ adalah media sosial seperti Whatsapp***

Sebenarnya ia tidak terlalu menggunakan aplikasi ini, namun karena tidak pergi ke kantor, juga perlu menyelesaikan beberapa pekerjaan kantor, mau tidak mau dia menjadi terbiasa menggunakannya.

Siapa tahu baru saja login, notifikasi percakapan tidak berhenti berkedip.

Begitu membuka notifikasi, ketua kelasnya saat di SMA dulu sedang membuka diskusi di forum percakapan.

“Ada apa ketua kelas?”

Kelihatannya ketua kelasnya terus menunggu balasannya, begitu mendapat balasannya, ia langsung membalas pesannya.

“Oh ratuku, akhirnya QQmu online juga, aku sudah menunggumu berhari-hari.”

Melihat reaksinya, alis Jeanne mengkerut dan bertanya, “Ketua kelas ada perlu apa?”

“Awalnya ingin mengajakmu ikut reuni, sebagian besar murid di kelas kita sudah kembali, kami terus meneleponmu tapi tidak aktif, bertanya pada teman yang lain juga menjawab tidak bisa menghubungimu.”

Jeanne mengetahui hal ini, mengerucutkan bibirnya.

Sekarang dia sebagai Jessy, meskipun handphonenya yang dulu masih ada, namun tidak dapat digunakan.

Dia tidak ingin membahas tentang masalah ini, sehingga mengalihkan pembicaraan dengan menanyakan tentang acara reuni.

“Ketua kelas, acara reuni yang kamu katakan kapan diadakannya?”

“Haiihh … Besok, ingat untuk datang, alamatnya di Yi He Yuan No. 32.”

Ketua kelas berpesan padanya di telepon, meskipun Jeanne tidak bermaksud untuk ikut.

Awalnya hanya asal bertanya untuk mengalihkan topik, tidak berencana untuk pergi.

Bagaimana pun statusnya sekarang tidak cocok untuk ikut serta dalam acara seperti itu, jika tidak sengaja membocorkan jati dirinya, maka semua akan kacau berantakan.

“Ketua kelas, untuk hal ini mungkin aku harus meminta maaf, besok aku ada urusan tidak dapat hadir.”

Dia menolaknya, ketua kelas hening sesaat, tidak lama kemudian, kabar ini seolah membuat heboh semuanya, satu per satu pesan berdatangan.

“Jeanne, kamu jangan tidak datang, jarang-jarang semua bisa berkumpul, lagipula restoran tempat kita kumpul kali ini dibuka oleh salah seorang teman kita, baru buka beberapa hari, dan juga tidak ada orang lain, kita hanya datang untuk mencicipi menunya, kamu tidak setega itu pada teman sendiri ya kan?”

Jeanne baru berniat lanjut menolaknya, namun kabar berikutnya membuat gerakannya terhenti.

Melihat di forum obrolan mucul ‘ancaman’ dari ketua kelas.

“Jeanne, kalau kamu tidak datang, jangan salahkan aku jika pada saat itu aku mengajak yang lainnya mencegatmu, sebelumnya ada seorang teman yang melihatmu disekitar gedung Jingde, seharusnya kamu bekerja disekitar sana ya kan?”

Mengetahui hal ini, ia terkejut, tidak menyangka ada yang melihatnya.

Ketika berfikir, alisnya juga ikut mengkerut.

Ia tidak dapat membiarkan temannya datang dalam kondisi seperti sekarang, kalau sampai rencana ini gagal, bukan hanya tidak mendapat apa-apa, masih harus menghadapi masalah besar.

Bukan hanya kemarahan keluarga Sunarya, bahkan Julian juga tidak akan melepaskannya.

“Baiklah, aku akan hadir.”

Setelah mempertimbangkan dengan matang, akhirnya ia memberikan tanggapan.

Novel Terkait

Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu
Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
4 tahun yang lalu
Loving Handsome

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
3 tahun yang lalu
Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu
Beautiful Love

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Mata Superman

Mata Superman

Brick
Dokter
3 tahun yang lalu
Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu
Get Back To You

Get Back To You

Lexy
Percintaan
4 tahun yang lalu