Wanita Pengganti Idaman William - Bab 131 Selalu Mendukungnya

Bab 131 Selalu Mendukungnya

Setelah Jeanne dan William pergi, Julian juga mencari alasan untuk pergi.

Dalam sesaat di ruang tamu hanya tersisa Nyonya Thea dan Tante Marina.

Nyonya Thea sangat marah, dia melihat Tante Marina disampingnya, berkata dengan nada kesal, “Kamu lihat apa yang sudah kamu lakukan, bukankah kamu bilang tidak akan ada kesalahan?”

Tante Marina merasa bersalah setelah mendengar ucapan itu.

“Awalnya memang sudah berjalan lancar, siapa yang tahu lidah Jessy menjadi begitu tajam saat berbicara.”

Dia membela diri dengan tidak senang, “Lagipula, masalah ini memang tidak ada urusannya denganku, aku melakukan ini demi membantumu, takutnya William akan marah padaku sebagai bibinya, sekarang kau malah menyalahkanku.”

Setelah Nyonya Thea mendengar ucapannya, lalu mengingat sikap putranya, benar-benar membuat sakit hati dan sakit kepala.

“Sudahlah, sudahlah, kamu pulang saja sana.”

Tante Marina mendengar perkataannya, pergi dengan wajah cemberut.

Setelah ia pergi, Nyonya Thea duduk di sofa mengerutkan alis.

Satu sisi memusingkan Jessy yang sulit diusir, juga tidak tahu harus bagaimana menghadapi keluarga Alexa.

Memikirkan semua masalah ini, kepalanya sakit hingga urat di keningnya berkedut.

“Nyonya, anda masih memikirkan kejadian semalam?”

Pada saat ini, Bibi Wang menghampiri.

Dia adalah orang kepercayaan Nyonya Thea, kejadian semalam, dia tahu dengan jelas.

“Ehm.”

Nyonya Thea meliriknya sesaat, tidak tahu apakah sekarang ia membutuhkan seseorang untuk menumpahkan isi hatinya, dia mengeluarkan semua kata-kata yang mengganjal dihatinya.

“Coba kamu katakan, tadinya sudah direncanakan dengan baik, tidak habis pikir pada akhirnya semua menjadi seperti ini, dan lagi William juga, jelas-jelas sudah melihat kalau wanita itu bukanlah wanita yang baik, masih saja membantunya, benar-benar membuatku kesal.”

Bibi Wang terus mendengarkan dengan hormat, hingga Nyonya Thea selesai berbicara, ia baru mulai membuka mulut.

“Nyonya, sebenarnya anda tidak perlu begitu marah, jangan merusak tubuh anda dengan emosi.”

Dia berbicara sambil memantau ekspresi Nyonya Thea, lalu berkata dengan hati-hati, “Aku tahu nyonya ingin wanita itu meninggalkan tuan muda, tapi kita tidak perlu terburu-buru seperti itu, bahkan apapun tidak perlu dilakukan, tunggu waktunya tiba, wanita itu akan kehilangan muka untuk tetap tinggal di keluarga Sunarya.”

Nyonya Thea mendengar perkataan ini, tersirat rasa ingin tahu dimatanya.

“Kenapa kamu bisa berkata seperti itu?”

Dia bertanya dengan penasaran, bibi Wang mengungkapkan pendapatnya.

“Nyonya, anda lupa, dulu tuan besar meminta tuan muda menikahi wanita untuk apa? Karena ingin ia mempunyai anak, namun sudah begitu lama, dia masih belum hamil juga, anda juga tahu tuan besar sangat memperdulikan hal ini, sekarang dengan sup anda, hamil adalah hal yang mustahil untuknya, jadi, asalkan wanita itu terus tidak mengandung, tidak perlu nyonya turun tanganpun, tuan besar tidak hanya akan memperdulikan hal ini, takutnya tuan besar lah yang akan mengusirnya sendiri.”

Setelah mendengar penjelasannya, Nyonya Thea merasa apa yang dikatakannya masuk akal.

“Benar, untuk apa aku terburu-buru.”

Dia sudah paham, perasaan pun menjadi lebih lega.

Setelah memuji bibi Wang, ia kembali ke kamarnya untuk beristirahat.

Disaat yang bersamaan, Jeanne dan William yang sudah pergi kembali ke kamar mereka.

William melihat Jeanne yang terdiam di belakangnya, membuka bibirnya yang tipis, “Perkataan barusan tidak perlu dimasukkan kedalam hati, itu karena mereka semua panik.”

Jeanne tersadar dari lamunannya, meliriknya.

Meskipun tidak suka ucapan terakhirnya, namun mengingat kejadian tadi, dia tidak sanggup menahan diri untuk tidak bertanya, “kau… Kenapa tadi membantuku?”

William meliriknya sesaat, mengerutkan alis, “Aku bukan membantumu, hanya berbicara berdasarkan kenyataan, seperti yang kau katakan, semua yang terjadi terlalu kebetulan, iya kan?”

Jeanne mendengar apa yang ia ucapkan, membisu.

Meskipun sedikit kecewa, namun tetap saja tidak dapat mengacuhkan rasa senang dihati.

Bagaimanapun, pria ini selalu membantunya.

William sama sekali tidak tahu apa yang ia pikirkan, melihatnya kehabisan kata-kata, mengungkapkan keinginannya untuk pergi.

“Kantor masih ada urusan, aku pergi dulu.”

Setelah mengatakannya, tanpa menunggu Jeanne merespon, berbalik lalu pergi.

Jeanne melihat bayangannya pergi, ada kelembutan di matanya yang bahkan ia sendiripun tidak menyadarinya.

Hingga William tidak terlihat lagi, dia baru menarik pandangannya lalu berbalik kembali ke kamar.

Semalam bergulat hingga malam, hari ini juga bangun pagi sekali, sekarang dia juga sudah sangat Lelah, berencana untuk tidur lebih awal.

Dan disisi lain, sesaat setelah William kembali ke kantor, Hans mengetuk pintu lalu masuk.

“Presdir, pelayan yang semalam anda cari sudah saya temukan.”

Begitu mendengar perkataan ini, tangannya terhenti, mengangkat kepala dan bertanya, “Tertangkap dimana?”

“di sebuah terminal di Chengxi, sepertinya sedang ingin kabur.”

Hans menjawab dengan hormat, setelah William mendengarnya, matanya langsung menyipit dengan wajah tegas.

“Sudah berhasil mengetahui siapa yang memerintahkannya?”

Mendengar pertanyaan ini wajah Hans membeku.

“Sudah berhasil ditanyakan….”

Dia ragu untuk mengatakannya, melihat alis William mengkerut semakin dalam.

“Katakan!”

Satu kata yang dingin, mengandung kemarahan, membuat sekujur tubuh Hans tegang, tergesa-gesa menyebutkan siapa dalangnya.

“Presdir, yang memerintahkannya adalah nyonya Marina.”

Mendengar kabar ini wajah William berubah tegas, seolah sudah menebaknya sejak awal, tidak terlalu kaget.

Hans yang melihatnya terheran-heran.

Tanpa menunggu pikirannya berfikir yang tidak-tidak, William sudah menurunkan perintah.

“Bekukan semua kartunya, tanpa persetujuanku, seluruh toko dibawah naungan perusahaan kita dilarang membiarkannya berhutang.”

“Baik!”

Hans menerima perintah, lalu keluar dari kantor untuk menjalankan tugas yang diberikan.

William melihatnya keluar dari pintu, sorotan matanya penuh dengan kemarahan.

Awalnya ia mengira peringatannya dapat menghentikan Tante Marina, namun siapa sangka malah membuatnya semakin menjadi!

Tante Marina tidak tahu kalau semua kartunya sudah dibekukan.

Setelah keluar dari rumah, menahan emosi yang begitu besar hingga malam namun tidak tahu harus bagaimana mnghilangkannya.

Akhirnya ia mengajak beberapa teman yang sering minum bersamanya untuk minum di bar.

Sekelompok orang ini entah sudah minum berapa banyak, semua terlihat agak mabuk.

Marina melihat waktu sudah larut sehingga berencana untuk membubarkan mereka.

“Aku pergi bayar dulu, kalian tunggu sebentar.”

Tante Marina berjalan sempoyongan ke meja kasir bar, mengambil selembar kartu kredit dari dompetnya, “Mau bayar!”

Kasir menerima dengan hormat, setelah melakukan beberapa prosedur, ekspresinya berubah kaku.

“Maaf nona, kartu anda sudah dibekukan, apakah anda masih ada kartu yang lain?”

“Apa yang kau katakan?”

Alis Tante Marina mengkerut, sulit mempercayai apa yang baru saja ia dengar.

Mau tidak mau kasir mengulangnya sekali lagi.

“Maaf nona, kartu anda tidak dapat digunakan, apakah anda mempunyai kartu yang lain?”

“Bagaimana mungkin, jangan-jangan kamu yang salah saat menginputnya!”

Tante Marina bertanya sambil memukul meja.

Kasir tersentak.

Pada saat bersamaan, temannya memburu dibelakangnya.

“Marina, sudah belum? Kami mau pulang.”

“Kalian pulang saja duluan.”

Tante Marina menjawab, melirik kearah kasir sambil menyimpan kartu kreditnya lalu mengganti dengan yang lain.

“Gesek yang ini.”

Kasir segera menerimanya, menginput nominalnya dengan segera.

Hasilnya sama dengan sebelumnya.

Tante Marina tidak percaya, ia keluarkan semua kartu di dompetnya, namun hasilnya sama semua.

Hingga akhirnya kasir sudah tidak sabar lagi.

“Nona, bisakah anda memberikan kartu yang bisa dipakai?”

Novel Terkait

Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
4 tahun yang lalu
Because You, My CEO

Because You, My CEO

Mecy
Menikah
4 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
4 tahun yang lalu
Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Rahasia Seorang Menantu

Rahasia Seorang Menantu

Mike
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu
The Break-up Guru

The Break-up Guru

Jose
18+
4 tahun yang lalu