Wanita Pengganti Idaman William - Bab 335 Yakin Mau Menolakku ?

Apakah mau masih menyalahkannnya karena gagal bekerja sama ?

Tanpa menunggu dia mematikan telepon, Musa kembali membuka omongan: “meskipun rencana kali ini gagal, tapi tidak apa, kesempatan pasti masih ada…..”

Sierra mengerutkan alis, menelan perkataan yang baru ia dengar, dan bertanya:

“kesempatan apa?”

Musa tersenyum dan berkata, “kesempatannya? Ya apakah kira-kira Nona Munica bisa kerjasama sekali lagi dengan saya?”

Sierra awalnya berpikir dia mempunyai rencana yang bagus, akan tetapi tidak disangka hasilnya malah keluar satu kalimat tersebut, dengan nada yang tidak enak menolak : “tidak bisa!”

Sekali gagal, dia sudah sangat beresiko, jika bekerja sama kembali, kalau dia ketahuan oleh William, seumur hidup dia tidak akan pernah menikahinya.

Musa mendengar penolakan ini sama sekali tidak kaget.

Dia mengangkat alisnya dan menggigit bibirnya, “yakin Nona Munica menolakku?”

Munica menggertakan giginya serasa ingin menjawab perkataan Musa yang membuat ia terkejut dan marah.

“menurutmu kalau William mengetahui masalah ini ada hubungannya denganmu, dia bisa berpikir bagaimana?”

Sierra mendengar perkataan tersebut menggenggam erat handphone miliknya, ujung jarinya hingga memutih, wajahnya bahkan sangat tidak enak dipandang dan matanya penuh dengan ketakutan.

……

Dan pada saat yang sama, didalam kamar bangsal rumah sakit.

Nyonya Thea dan suaminya menemani William sebentar dan kemudian pergi.

Ketika mereka pergi, William memanggil Hans dan Moli.

“Moli, kamu hubungi Mogan, perintahkan mereka untuk bekerja sama dengan Hans untuk menyelidiki, dan selidiki identitas orang-orang yang kemarin malam.

Moli tidak ingin beranjak pergi, tetapi dia juga tidak berani menolak apa yang diperintahkan William, hanya bisa pergi dengan Hans.

Pada malam itu, pada saat Jeanne pergi membeli makan untuk makan malam, Hans mempunyai kesempatan untuk memberi laporan.

“presdir, saya menemukan beberapa informasi.”

“katakan.”

“yang menangkap nyonya muda kemarin malam adalah putra kedua dari Group perusahaan JK, Musa.”

William mengerutkan alis, matanya penuh dengan amarah, “JK?”

Hans merespon : “benar, Group perusahaan ini adalah transformasi dari generasi pendahulunya, latar belakangnya bukan main-main, terutama putra kedua ini, dengar-dengar hatinya kejam dan bengis, pada saat itu yang menjadi ahli waris adalah saudara tirinya, akan tetapi pada suatu hari mengalami kecelakaan mobil dan meninggal.”

William memejamkan mata, tidak berbicara sepatah kata pun.

Hans melanjutkan pembicaraan: “meskipun sampai sekarang tidak ada bukti, akan tetapi kecurigaan terbesar ada pada dirinya, semenjak kakak laki-lakinya meninggal, dia yang menduduki kekuasaan di perusahaan.

Ketika dia selesai berbicara, melihat raut wajah William seketika pembicaraannya terhenti, melihat William yang masih terdiam, dia baru melanjutkan pembicarannya: “menurut penyelidikan kami, kali ini mereka mengambil langkah besar seperti ini, memperebutkan flashdisk itu dikarenakan ada hubungannya dengan kedudukannya dalam perusahaan.

William mendengar perkataan ini menghela nafas.

“pergi selidiki perusahaan ini, industri apa yang ada didalam Negeri?”

Sambil berbicara dia menyipitkan matanya seraya berpikir: “jangan ketahuan orang lain, masih mampu untuk bertahan di posisi ini juga memerlukan kemampuan yang tidak bisa diremehkan.”

Hans mendengar kata-kata yang begitu dalam, tidak bisa menahan kegigihannya.

Dia paham bahwa presdirnya kali ini berada di posisi yang sulit dan tidak berani untuk menunda perintah: “baik, sekarang juga saya pergi menyelidiki.”

Pembicaraannya berakhir dan dia berbalik kemudian pergi, saat yang bersamaan ada Jeanne yang baru kembali dari membeli makan malam.

“Nyonya muda.”

Hans memanggil dengan sopan dan pergi ketika Jeanne menganggukkan kepalanya.

Jeanne kembali ke kamar inap, hatinya begitu sakit ketika melihat di wajah William terdapat luka.

“capek?”

Dia meletakkan makan malamnya di rak yang ada diatas kepala ranjang, bersandar di kepala ranjang dan memegang tangan William: “sudah makan malam? Aku bantu kamu membersihkan badan supaya bisa istirahat.”

William sama sekali tidak menolak.

Jeanne meletakkan makan malamnya dan berencana untuk memakannya di pagi hari, akan tetapi dihalangi oleh William.

“ya?”

Jeanne memandangnya tidak paham.

William merasa sedikit malu, alasan sebenarnya kenapa William ingin Jeanne menyuapinya sarapan adalah ingin memperlihatkan kebaikan Jeanne kepada ibunya, tetapi pada saat Jeanne menyuapinya, dia selalu merasa aneh.

“aku hanya sakit di pundak, bukan tangan, jadi aku bisa makan sendiri.”

Dia sambil berbicara mengambil piring yang ada di tangan Jeanne.

Jeanne sedikit banyak bisa paham apa yang di maksud William, hatinya bisa peka apa yang dimaksud William.

“kalau begitu kamu hati-hati jangan sampai mengenai lukamu.”

Dia berbicara lirih sambil menatap, sorotan matanya yang penuh dengan perhatian, William terenyuh melihatnya.

“oh ya, apakah kamu sudah makan?”

Jeanne tercengang dan tersenyum: “tunggu kamu selesai makan kemudian aku pergi membeli makanan.”

Dia fokus pada William, yang ditakutkan dia datang terlambat dan William kelaparan.

William mendengar ini, bagaimana Jeanne tidak peduli dengan dirinya sendiri, membuat hatinya sakit.

William pandangannya melihat kearah makan malamnya yang sangat mewah dan dia tidak bisa menghabiskannya sendirian.

“makan bersamaku.”

William selesai bicara, Jeanne tidak menolak, langsung menyuapinya.

Bagaimanapun juga dia tidak lupa kalau Jeanne tidak boleh lapar, kalau tidak penyakit lambungnya akan kambuh.

Akan tetapi Jeanne tidak pernah menyangka akan terjadi hal-hal yang seperti ini.

Awalnya membelikan William untuk makan malam malah separuhnya masuk ke perutnya sendiri.

Dirinya menjadi kesal sekaligus terharu.

“kamu sudah kenyang?”

Dia sangat khawatir kalau William tidak makan kenyang.

William melihat kekhawatiran yang ada pada wajahnya, tersenyum : “kamu pikir aku orang yang bisa membiarkan orang yang disayangi kelaparan kah?

Jeanne menghela nafas dan menggelengkan kepalanya.

William bukan tipe orang yang bisa membiarkan orang yang dia sayangi mengeluh.

Dengan demikian Jeanne merasa nyaman, “kalau begitu aku mengambil air untuk membersihkan badanmu.”

William tidak melarangnya dan duduk diatas ranjang melihat dia menyiapkan air panas.

“lepas saja pakaiannya.”

Dia memeras handuk dan ucapannya tanpa sadar kepada William.

Selesai berbicara, tidak tahu mengapa perkataan ini terdengar sangat aneh.

Tanpa menunggunya berpikir terlalu dalam, William menggunakan tangannya yang tidak sakit untuk melepas pakaian yang melekat di badannya.

“aku sudah melepasnya.”

Dia menurunkan pakaiannya sambil berkata, Jeanne menunduk dan memandangi kulit yang begitu kuning dan mulus.

Suasana hatinya tidak seperti kemarin malam yang begitu khawatir, seketika melihat tubuh yang tegap ini, wajahnya memerah dan dia memegang tangannya.

William melihat gayanya sedang tersipu malu, pipinya memerah sampai ke akar telinga bak buah persik yang matang, aromanya yang menggoda dan memikat orang untuk ingin menggigit.

William melihatnya langsung memejamkan mata dan menelan ludah.

“bukankah tadi bilang membersihkan badanku? Kenapa tidak bergerak ?”

Jeanne merespon dan tidak mengetahui pandangan matanya mengarah kearah mana, tetapi tangannya dengan kuat masih memegang handuk menyeka tubuh William.

Siapa sangka karena rasa gugupnya sampai dia tidak memperhatikan kakinya, alhasil kakinya tersandung dan badannya jatuh ke William.

“kamu ingin memberiku pelukan, ya ?”

William memegang pinggang Jeanne, dan mencium aroma yang khas, suaranya serak.

Wajahnya Jeanne lagi-lagi dibuat memerah olehnya, dan tangannya terasa panas seolah terasa

terbakar.

“siapa? Siapa yang mau memberimu pelukan!”

Jeanne kesal dan malu ingin kembali berdiri, namum William tetap memegang pinggangnya dengan erat.

Novel Terkait

Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
4 tahun yang lalu
Dewa Perang Greget

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
3 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Husband Deeply Love

Husband Deeply Love

Naomi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Istri ke-7

Istri ke-7

Sweety Girl
Percintaan
4 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu