Wanita Pengganti Idaman William - Bab 226 Kekejamannya

Hari itu juga, Julian mengatur akomodasi Jessy dengan baik, lalu mencari kesempatan menelepon Jeanne.

“Jessy sudah pulang, kamu harus berhati-hati di keluarga Sunarya, jangan biarkan orang menemukan masalah, kalau ada masalah mendadak, kamu sendiri harus cerdas, jangan buat orang lain curiga.”

Jeanne mendengar Jessy sudah pulang, dirinya terkaku, hatinya semakin tidak tenang.

Dia sama sekali tidak memperhatikan lagi kata-kata yang dikatakan Julian, sampai Julian mematikan telepon, barulah dia perlahan sadar kembali.

Pria ini meneleponnya, tidak hanya untuk memberi tahunya bahwa Jessy sudah pulang, tapi juga menyuruhnya agar mempersiapkan mental untuk mengurus masalah-masalah yang disebabkan Jessy.

Memikirkan ini, hatinya bagai tersumbat kapas, pengap hingga panik.

Jeanne, jangan pikirkan lagi, bukankah sudah sejak awal mengetahui kekejaman pria ini?

Dia menggeleng-gelengkan kepalanya, menghempaskan kesedihan di dalam hatinya, kembali bekerja.

Melalui kesibukan ini, dia perlahan-lahan melupakan ketidaksenangan yang dipengaruhi Julian, dia pun gembira dengan hasil perusahaan yang bagus.

Karena toko pertama berhasil, beberapa hari ini perusahaan berturut-turut membuka lagi beberapa toko baru, penjualannya juga tidak buruk.

Boleh dikatakan, merek baru mereka kali ini sangat berhasil.

Melihat hasil demikian, seluruh dapartemen desain pun antusias.

“Direktur Jessy, hari yang begitu bagus, mending kamu pergi cari manajer umum dan minta dana untuk merayakan keberhasilan, biarkan semua orang bersenang-senang.”

Sumi melihat semua orang yang penuh kesenangan, mengajukan saran pada Jeanne.

Jeanne melihat semua orang memandangnya dengan tatapan senang, dia juga tidak menolak.

Karena bagaimanapun keberhasilan kali ini memang harus dirayakan.

“Oke, aku pergi sekarang.”

Dia sambil berkata, dia juga sambil berjalan ke arah kantor Zoey.

Sedangkan Zoey tahu maksud kedatangannya, sama sekali tidak membantah, malah memujinya berpikir dengan totalitas.

“Memang harus dirayakan, begini saja, kamu langsung minta dana dari departemen keuangan, pesan ruangan VIP hotel Shengon, undang semua staf perusahaan.”

“Baik.”

Jeanne menerima perintah dan hendak pergi mengurus, tapi belum berjalan dua langkah, dia dipanggil lagi oleh Zoey.

“Ohiya, Direktur Jessy, kamu tanya presiden apakah mau ikut atau tidak.”

Jeanne terbengong sejenak, secara naluriah ingin mengatakan kenapa manajer tidak bertanya langsung secara pribadi, akhirnya dia melihat mata Zoey yang seperti menertawakannya, seketika dia tanggap.

Dia hampir lupa, manajer merupakan orang yang tahu identitasnya dengan William.

“Aku sudah tahu.”

Dia keluar dengan segan, kembali ke dapartemen desain.

Setelah dia menyebarkan berita tentang makan bersama malam ini, barulah kembali ke kantor dan menghubungi William.

“Kenapa?”

Sangat cepat, melalui telepon terdengar nada suara William yang dingin.

Meskipun nada suaranya tidak lembut, tapi malah membuat ketidaktenangan yang tersembunyi di hati Jeanne melonggar.

“Itu, karena kerja sama dengan RC sudah sukses? Jadi Manajer berencana mengadakan pesta perayaan, ingin bertanya apakah kamu mau datang atau tidak?”

Dia merespons dengan nada rendah, tidak menyadari bayangan yang terpantul dari cermin terlihat begitu senang.

“Ehm, aku tahu, aku akan pergi.”

……

Malam hari, hotel Shengon.

“Wow, ini benar-benar hotel berbintang lima, dekorasi, harga, jika bukan karena traktiran perusahaan, takutnya seumur hidup ini aku tidak akan bisa datang sekali pun.”

"Memang, kedepannya kita harus bekerja keras, penghargaan seperti ini pasti tidak sedikit."

Banyak staf berjalan di belakang sambil membahas dengan suara kecil.

Jeanne menguping dengan tersenyum, lalu mencari pelayan dan melaporkan nama ruangan yang sudah mereka pesan.

Semua orang mengikuti pelayan berjalan ke ruangan.

Baru duduk beberapa saat, William pun datang.

“William, sini.” Celica melihat situasi, langsung melambaikan tangan pada William.

William secara naluriah memandang ke arah Jeanne, terlihat kedua sisi Jeanne ada orang.

Sedangkan semua orang tahu Celica sangat dekat dengan presiden mereka, jadi saat Celica berkata, ada orang dengan tanggap menyerahkan tempat itu.

Akhirnya tidak ada cara lain, William hanya bisa duduk di samping Celica.

“Kak senior.”

Dia menyapa dengan sopan, tidak tahu apakah kesengajaan Celica atau bukan, dia berpura-pura sangat dekat, mengambil segelas anggur dan bercanda dengannya: “sebagai peran utama di acara malam ini, apakah terlambat harus menghukum sendiri minum tiga gelas?”

William sama sekali tidak terasa aneh, dia tersenyum mengambil gelas anggur.

“Benar yang dikatakan kak senior, aku telat, jadi harus dihukum.”

Selesai berkata, dia menghabiskan anggur yang ada di gelas, lalu menuangkan lagi tiga gelas.

“Presiden benar-benar kuat minum, tampaknya malam ini kita juga bisa ikut minum.”

Sumi dengan menawan mengambil gelas anggur dan hendak cheers dengan William melalui jarak udara.

******(arti jarak udara adalah toss tanpa gelas bersentuhan—karena kejauhan  )********

Tapi William seperti tidak nampak, meletakkan gelas anggur dan mengumumkan pada semua orang: “beberapa waktu ini, kalian telah sibuk, perusahaan bisa memiliki hasil yang begitu baik, pastinya karena pengorbanan kalian, malam ini semuanya jangan segan, makan dan nikmati pesta sepuasnya, perusahaan yang traktir.”

“Terima kasih, presiden!”

Semua orang merespons dengan senang.

Segera seluruh orang mulai makan dan minum.

William juga kembali duduk, secara naluriah memandang ke arah Jeanne.

Alhasil belum melihat orangnya, dia sudah ditarik oleh Celica untuk mendiskusikan masalah kerja.

Entah apa yang didiskusikan kedua orang, keduanya tertawa-tawa, tatapan William juga melembut, pandangannya melihat Celica dengan tak berdaya.

Tingkah itu, orang luar menganggap seperti pacar yang sabar pada kekasihnya yang tidak masuk akal.

Waktu sesaat itu, banyak orang yang salah paham, membuat orang berbicara dengan Celica pun mulai menjadi lebih hormat.

“St st st, tampaknya desainer Celica adalah pacar presiden kita, tidak mungkin salah lagi.”

“Iya, aku mendengar bahwa presiden kita tidak tertarik dengan wanita, sudah lama di perusahaan, selain nona Alexa kemarin, aku hanya pernah melihat Nona Celica yang bias membuat presiden bersikap lembut.”

“Mendegar perkataan kalian, aku rasa desainer Selis mungkin akan menjadi nyonya Presdir kita.”

Mereka semakin membahas semakin semangat, Jeanne yang mendengar merasa lucu, dengan tak berdaya menggelengkan kepalanya.

Dia sama sekali tidak mengikuti diskusi itu, tapi menyantap makanan dengan diam dan tenang.

Sesaat kemudian, dia merasa sedikit mengantuk, berencana pergi ke kamar mandi untuk mencuci muka.

Siapa tahu baru saja membuka pintu, kebetulan bertemu dengan wajah yang persis sama dengan dirinya.

Dia terpaku, sedangkan pihak seberang jelas juga terkejut, terbengong di tempat asal, terus menatapnya.

Saat ini, Jeanne sudah kembali sadar.

Hatinya sudah memiliki tebakan tentang orang yang ada didepannya.

Takutnya orang ini adalah orang yang baru saja pulang tidak lama, Jessy.

Memikirkan ini, dia secara tidak sadar menilai Jessy dengan cermat.

Terlihat wajahnya mengenakan makeup yang elok, penampilannya terlihat begitu cerah dan angkuh, punggungnya yang tegak itu menampakkan kesombongan yang dibawa sejak lahir.

Sedangkan kedua matanya melihat orang seperti selalu dengan pandangan meremehkan, sangat cocok dengan kata sombong nan angkuh.

Saat bersamaan ketika Jeanne sedang menilai Jessy, Jessy juga sedang menilainya.

Bersamaaan, Jessy juga sudah bisa menebak wanita yang ada didepannya adalah Jeanne.

Keningnya agak mengerut, dengan tatapan penuh kritikan sambil menilai Jeanne dari atas ke bawah, matanya sama sekali tidak menutupi rasa merendahkan.

Jeanne menyadari kondisi, mengerutkan alis, hendak mengatakan sesuatu, mata terlintas orang yang ada di belakangnya.

Terlihat Julian yang entah kapan muncul di koridor, tangannya menenteng tas wanita, tidak perlu menebak juga tahu itu tas milik Jessy.

Jeanne melihatnya sedikit merasa hina, dia memperlakukan anak perempuan yang satu lagi, benar-benar sebagai ayah yang patuh.

Belum menunggu dia menyapa, Julian juga menyadari keberadaannya, seketika sedikit kaget.

“Kenapa kamu bisa di sini?”

Novel Terkait

CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
The True Identity of My Hubby

The True Identity of My Hubby

Sweety Girl
Misteri
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Dalam

Cinta Yang Dalam

Kim Yongyi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Mr Huo’s Sweetpie

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
4 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
5 tahun yang lalu
My Charming Wife

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
4 tahun yang lalu
Awesome Husband

Awesome Husband

Edison
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Gadis Penghancur Hidupku  Ternyata Jodohku

Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku

Rio Saputra
Perkotaan
4 tahun yang lalu