Wanita Pengganti Idaman William - Bab 370 Menjadi Pacarnya Sudah Lebih Dari Cukup

Jeanne dan William kembali ke ruang makan.

Mereka berdua sarapan, lalu William pergi ke kantor.

Sekitar sepuluh menit kemudian dia sudah tiba di kantor.

Baru saja duduk, Hans sudah berjalan masuk.

“Presdir, wanita penghibur itu sudah diantar ke Goclub, sekarang mau diapakan?”

William mendengarkan lalu sambil memejamkan mata memberikan perintah : “Atur pekerjaan apa saja untuk dia, lalu awasi dia.”

Dia sepertinya terpikir sesuatu, lalu menambahkan : “Awasi dia dengan ketat, laporkan segala gerak-gerik dan tingkah lakunya padaku.”

Hans sudah mengerti perintah Presdirnya.

Namun dia melihat ekspresi wajah Presdirnya yang tidak bisa ditebak, dia juga tidak banyak bertanya dan langsung pergi menjalankan perintah.

Wanita penghibur itu diamankan di kamar tamu bar Goclub.

Tadinya Pamela mengira dia akan dipelihara oleh William disini.

Tapi belum selesai dia berpikir, pintu kamar sudah diketuk.

“Ada apa?”

Dia bertanya kepada karyawan Goclub yang tersenyum ke arahnya di depan pintu.

“Nona, Presdir tahu anda tidak akan pergi kemana-mana jadi dia mengatur sebuah pekerjaan untuk anda, ini adalah seragam kerja anda, jadi tugas anda adalah menyiapkan minuman di area Ruang Lavender.”

Seiring dengan perkataan pengawas itu, ekspresi wajah wanita penghibur itu yang tadinya tersenyum berubah menjadi kaku, raut wajahnya menunjukkan rasa tidak percaya.

“Apa yang kamu katakan?”

Pengawas itu melihat keterkejutan si wanita, dan menebak kalau dia akan menolak, jadi dia menambahkan : “Nona, ini adalah keputusan Presdir, kalau anda keberatan maka silakan anda utarakan sendiri ke Presdir.”

Dia membayangkan kalau William akan datang, dan raut wajahnya berubah menjadi sangat kesal.

Tapi dia tidak berani pergi mencari William, karena kalau melihat karakternya, apabila tidak puas maka sudah pasti dia akan diusir.

Bahkan dia juga tidak berani membuat marah pengawas ini.

Juga karena hal ini, dia memendam amarahnya, lalu berusaha tersenyum sambil mengantar pengawas itu pergi.

“Aku sudah tahu, dan kapan akan mulai kerja tolong beri aku waktu sebentar.”

Mendengar jawaban dia, sang pengawas merasa ada yang janggal.

Meskipun wanita ini berpakaian dengan cepat, tapi sang pengawas tetap saja merasakan ketidakpuasan si wanita.

Dia memandang dengan curiga tapi tidak bertanya, kemudian dia memberitahukan jam kerja lalu pergi.

Setelah pengawas pergi, raut wajah si wanita berubah menjadi sangat menyeramkan.

Beberapa hari kemudian, pekerjaan dia sehari-hari adalah menjadi bartender yang menjual dan meracik minuman keras.

Tidak sedikit orang yang mengagumi kecantikan dan menggodanya.

Tentu saja, itu membuat dia takut tapi tidak membahayakan dirinya, tapi dia saking marahnya sampai muncul niat ingin membunuh orang.

Lelaki itu mengaturkan pekerjaan bartender ini untuk dirinya,.

Sebenarnya, dengan mengandalkan penampilannya yang cantik, bisa jadi pacarnya saja sudah beruntung, lelaki ini malah acuh tak acuh, membuatnya semakin kesal.

Apalagi ditambah dengan identitasnya sekarang, kalau dia mau mencoba mendekati lelaki itu sekali lagi, sepertinya sangat susah.

Disaat dia sedang kesal, tak disangka justru kesempatan malah datang.

Hari ini, William akan datang untuk membahas bisnis, dan kabar ini didengar oleh wanita penghibur yang sedang meracik minuman, dia tidak mempedulikan para tamu yang sedang menunggunya dan pergi mencari William.

“Tuan, akhirnya kamu datang juga.”

Wanita itu berusaha merayu William, sorot matanya penuh dengan kegembiraan.

Sambil berbicara dia berusaha mendekati William.

William memberikan tatapan dingin hingga membuat wanita itu berhenti.

“Tuan…”

Dia memanggil dengan nada sedih.

William tidak menghiraukannya, lalu berbalik dan memasuki ruangan VIP.

Si wanita langsung buru-buru mengikuti William.

Hans yang melihat dari belakang kaget tak terkira.

Dan satu lagi yang membuat dia semakin tercengang, wanita itu mengikuti Presdir masuk ke dalam ruang VIP, sang Presdir memberikan pandangan peringatan untuk tidak mendekati dirinya, kemudian membiarkan dia duduk di sebelahnya.

“Tuan, apakah anda mau minum?”

Sudah diperingatkan kalau dia tidak boleh mendekat, justru dia malah menggunakan cara lain untuk membuktikan kehadirannya.

William melihat dia sedang menuang wine, lalu memejamkan mata dan memberi perintah dengan suara dingin : “Menjauh dariku.”

Sekali lagi dia diusir, wanita penghibur merasa tidak tahan.

Lelaki ini, sebenarnya dia ini tidak mengerti akan perasaan suka atau berpura-pura tidak tahu, cuek juga, bagaimana dia bisa mendapatkan istri?

Dia hanya bergumam dalam hati tapi raut wajahnya tidak menunjukkan apapun, kemudian dengan patuh dia menjauh dari William.

Hans yang melihat dari jauh, semakin bertambah curiga.

Dia tidak tahu apa yang dipikirkan oleh Presdir, disatu sisi terlihat seperti mencampakkan wanita itu, tapi juga tidak mengusirnya keluar, malah membuat orang salah mengira untuk mendekat.

Jadi sang Presdir ini tidak bisa menghindar dari godaan kecantikan wanita ini, lalu ingin memetik bunga liar ini?

Tunggu dulu, sepertinya bukan begitu.

Kalau memang begitu, harusnya Presdir tidak memilih tempat ini.

Karena pasti Nyonya Muda bisa jadi sedang berada di sekitar sini.

Benar, Jeanne sedang berada di sekitar sini.

Hari ini adalah hari pertama dia kembali ke kantor setelah luka-lukanya sembuh.

Zoey menyambutnya, dan mengadakan acara makan-makan untuknya.

Jeanne pun tahu kalau William sedang menjamu tamu.

Karena pada saat pulang kerja, dia telah menerima sms dari William.

Bersama dengan rekan kerjanya, dia pergi ke ruangan VIP yang telah dibooking.

Zoey tidak ingin melewati ruangan tempat William berada, justru malah aneh melihat Hans berdiri di depan pintu,

“Asisten Hans, sedang apa anda disini?”

Sambil bertanya Zoey melihat ke arah pandangan Hans, dan di dalam ruangan itu dia melihat William, tiba-tiba dia merasakan kejutan.

Tapi ketika dia melihat wanita cantik disamping William, wajah yang tadinya tersenyum tiba-tiba menjadi kaku, lalu menatap Jeanne dengan tatapan seolah-olah tidak percaya.

Sebelumnya telah diberitahu kalau di kantor cabang hanya dia dan Celica yang tahu identitas asli Jeanne yang sebenarnya, selebihnya tidak ada yang tahu.

Saat ini dia melihat di samping Presdir ada seorang wanita bartender, dia khawatir kalau Jeanne melihatnya maka akan ada masalah.

Yang bersama dengannya melihat pemandangan ini adalah Celica.

Meskipun Celica iri dengan wanita yang duduk disamping William, tapi lebih banyak lagi kesenangan diatas penderitaan orang.

Dia memandang ke arah Jeanne, Celica ingin tahu apa yang akan Jeanne lakukan.

Jeanne juga merasakan pandangan mereka, dia berjalan masuk dengan wajah tanpa ekspresi.

“Presdir juga sedang disini menjamu tamu ya?”

Dia bertanya dengan nada suara ringan.

Hans tertegun mendengar ucapan Celica.

Kekhawatiran Hans dan Zoey pada awalnya sama, dia sangat khawatir kalau Jeanne tidak bisa mengendalikan diri lalu menerobos masuk.

Sekarang melihat Jeanne yang begitu tenang, hatinya pun lega, tapi disaat yang bersamaan juga dia merasakan ada yang tidak beres.

Tapi bagian mana yang tidak beres, dia sama sekali tidak terpikirkan, akhirnya dia mengusir pikiran itu dari kepalanya, dan memberikan Jeanne penjelasan, juga tidak menambah kesalahpahaman Nyonya Muda.

“Ya benar, Presdir sedang menjamu tamu, hari ini ada Presdir dari Group Feneri yang sudah janjian untuk membahas kerja sama setengah tahun kedepan. “

Dari kata-katanya, Presdirnya bukan sengaja datang kesini untuk menemui wanita ini.

Jeanne juga mendengar nada menegaskan dalam nada bicaranya, tapi tidak berkomentar apa-apa.

Tapi Albert dan Douglas yang berada di belakang mereka dan mendengar perkataan ini, merasa ada yang tidak beres.

Kalau Presdir mereka pergi menjamu tamu, sebenarnya tidak perlu menjelaskan ke pada karyawannya secara mendetail.

Pada saat mereka sedang ragu-ragu, tidak tahu apa yang terjadi di dalam ruangan VIP itu, wanita penghibur itu tiba-tiba berdiri dan bersulang kepada William.

Dan entah kenapa William juga tidak menolak ajakan bersulang dari wanita penghibur itu.

Ekspresi wajah Jeanne berubah melihat pemandangan itu.

Hans juga melihatnya, dan merasa speechless melihat pemandangan itu.

Terutama ketika melihat raut wajah Jeanne yang menegang dan tanpa ekspresi, membuat kepalanya semakin pusing.

Novel Terkait

After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu
Hello! My 100 Days Wife

Hello! My 100 Days Wife

Gwen
Pernikahan
3 tahun yang lalu
My Enchanting Guy

My Enchanting Guy

Bryan Wu
Menantu
3 tahun yang lalu
My Perfect Lady

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu
My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu
Penyucian Pernikahan

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu
 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu