Wanita Pengganti Idaman William - Bab 501 Lempar Batu Sembunyi Tangan

Malam itu, Jeanne menemani William bekerja di ruang kerjanya.

Jeanne memegang dagunya sendiri dan menatap William yang sedang bekerja keras.

William tidak bisa mengabaikan mata Jeanne yang menyala-nyala menatapnya. "Kenapa kamu menatapku terus?"

Jeanne mengedipkan matanya, menekan suasana kacau di hatinya, tersenyum dan berkata, "karena kamu terlihat tampan, apakah aku mempengaruhi pekerjaanmu?"

"Tidak." William menjawab santai.

"Kalau tidak, ya udah, silakan lanjutkan pekerjaanmu. Aku akan menunggumu di sini."

Jeanne tahu bahwa sikapnya tadi tidak normal. Setelah itu, dia mengambil majalah keuangan dan pura-pura membacanya.

William hanya mengangkat sedikit sudut mulutnya, dan tidak bertanya lagi. Dia fokus melanjutkan pekerjaannya.

Ruang kerja menjadi tenang kembali.

Jeanne tidak bisa menahan diri untuk melihat ke atas melalui majalah yang dia pegang ketika dia mendengar suara gesekan ujung pena di atas kertas.

Di bawah cahaya lampu putih yang menyala, William mengenakan pakaian rumah. Wajah kalau dilihat dari samping terlihat sangat sempurna, tidak sedingin biasanya. Ujung mulutnya yang lembut dan anggun dengan senyum tipisnya yang menggoda.

Jeanne menatapnya dengan kasih sayang, menggambar wajah William di hatinya, seolah-olah dia ingin mengukir orang itu di hati selamanya.

Jeanne berpikir bahwa semua ini dia lakukan secara diam-diam, tetapi Jeanne tidak tahu bahwa William sebenarnya juga menyadari dan melihat gerakan kecilnya sejak lama. Pada saat yang sama, William jelas bingung.

William tidak tahu mengapa, merasa bahwa Jeanne malam ini sangat lengket padanya.

William menatap Jeanne sekilas tanpa ketahuan, setelah itu matanya terus memproses dokumen di meja kerja.

Kemudian, William akhirnya selesai memproses dokumen.

William memutar lehernya yang kaku, menatap Jeanne dan mengerutkan keningnya.

William melihat Jeanne sudah tertidur di sofa, dan majalah keuangan menutupi wajahnya.

William berjalan ke arah Jeanne dengan langkah ringan dan dengan lembut mengambil majalah yang menutupi wajah Jeanne.

Pada saat ini, wajah tertidur pulas Jeanne, seperti bayi, muncul di mata William.

Pipi agak merah, dan bibir halus sedikit terbuka. Ini seperti mengundang orang untuk menciumnya.

Mata William menjadi gelap dan menelan ludah tanpa sadar. Cara dia mengontrol dirinya, yang selalu dipuji sebagai atasan, tampak sangat rentan saat ini.

Tidak tahu apakah matanya William terlalu panas menatapnya. Jeanne terbangun dalam tidurnya, Bulu matanya yang panjang bergetar, dan matanya terbuka sedikit dan masih bingung.

Jeanne memandang pria di depannya, dan kemudian dia berkata, "kamu sudah selesai?"

"Yah, aku sudah selesai. Ayo kita kembali ke kamar dan beristirahat."

William mengulurkan tangannya, dengan suara serak dan menarik Jeanne dari sofa.

Jeanne dengan patuh membiarkan William menggandengnya menuju kamar tidur.

Di kamar tidur, ketika William hendak berganti pakaian dan membersihkan dirinya, dia menemukan Jeanne duduk di tempat tidur dan mengintip dirinya dengan mata seperti tadi di ruang kerja.

William mengerutkan kening, berbalik dengan tiba-tiba, dan menggenggam tangan Jeanne.

Jeanne jadi takut dan bingung.

Dia menatap mata William, berpura-pura tenang, dan bertanya, "ada apa?"

William memandangnya dengan rasa ingin tahu, "Kamu agak aneh malam ini."

Jeanne jelas kaget.

Jeanne menunduk, berpura-pura tenang dan tidak mengerti, "apa yang aneh denganku?"

William menyipitkan matanya dan menatap Jeanne dalam-dalam.

Jeanne merasa tidak nyaman, dan mendesak, "Kamu cepat pergi mandi. Aku masih menunggu kamu untuk membahas desain mode dengan kamu."

William menatapnya dalam-dalam dan akhirnya pergi ke kamar mandi tanpa mengatakan apa-apa lagi.

Beberapa menit kemudian, keduanya sudah berada di tempat tidur.

Untuk menutupi ketidaknormalannya, Jeanne mengeluarkan catatan kerjanya yang biasa dan meminta saran William.

William pura-pura tidak melihat keanehan Jeanne dan mengobrol dengannya.

Suaranya dalam dan menenangkan, seperti suara pria dengan cello di kamar tidur.

Jeanne mendengarkan fokus, tetapi sebenarnya pikirannya tidak ada di sana.

Jeanne menatap wajah tampan William dengan bingung, tetapi emosi di matanya tidak bisa disembunyikan.

"Ada apa denganmu?"

William sekali lagi menemukan bahwa pikiran Jeanne terganggu, jadi dia berhenti berbicara dan menatap langsung ke wajah Jeanne.

Jeanne tiba-tiba menatap mata gelap William.

"Apa masalahnya?"

Hatinya kosong dan matanya melayang, tetapi Jeanne tidak berani melihat William.

William tersenyum, meletakkan buku catatan di tangannya, meluruskan badan Jeanne dan memintanya untuk melihatnya langsung. "Jangan mencoba membodohi aku. Kamu sangat aneh malam ini. Kamu tadi mengintipku. Kamu tidak fokus ketika berbicara dengan aku. Katakan padaku apa sebenarnya yang terjadi."

Jeanne sedikit kesal. Dia pikir dia telah menutupinya dengan baik. Tanpa diduga, William ternyata menyadarinya.

Tapi Jeanne tidak bisa mengatakan yang sebenarnya ...

Jeanne memandang William dengan pandangan yang rumit, memikirkan sedikit waktu yang tersisa, dan sama sekali tidak bisa menutupi perasaannya.

Dia tersenyum, "kamu adalah suamiku, aku ingin menikmati ketampanan kamu saja."

William tertegun, dan hatinya penuh dengan tanda tanya, antara percaya dan tidak percaya, terutama ketika Jeanne menyebut kata suaminya, membuat hatinya jadi hangat.

Tapi dia masih menatap Jeanne dengan ragu, "Hanya itu?"

Jeanne tahu bahwa William belum sepenuhnya menghilangkan keraguannya dan menawarkan ciuman kilat padanya, "Ya, seperti ini."

Sentuhan lembut yang kilat, aroma unik Jeanne langsung tercium.

William menunduk dan menatap Jeanne sekilas.

William tidak ingin bertanya lebih jauh dan memaksanya untuk menjawab, bagaimanapun, nanti dia juga akan tahu.

William mengulurkan tangannya dan memeluk Jeanne kembali ke pelukannya. Sesudah itu posisi mereka berputar, pria diatas, wanita dibawah, dan napas mereka bersentuhan.

"Lempar batu sembunyi tangan, kamu sudah membuatku panas dengan apimu, lalu kamu mau kabur, bukankah itu sedikit tidak bertanggung jawab, ya kan?"

Kata terakhir William keluar dari suara hidung, seperti kait kecil, yang membuat hati Jeanne bergetar.

Tanpa menunggu Jeanne membuka mulutnya, bibirnya William sudah mendarat di bibir Jeanne.

Ciuman lembut membuat Jeanne mengaitkan tangannya ke leher William secara tidak sadar.

Setelah beberapa saat, suhu di ruangan itu menjadi panas.

Bulan yang keluar yang awalnya terlihat dari jendela, begitu malu sampai bersembunyi di awan.

Tidak tahu berapa lama akhirnya pertarungan mereka di ruangan itu berakhir. Udara penuh dengan napas kenikmatan pasangan ini.

Jeanne berbaring di tempat tidur, merasa lelah dan bingung. Dia bahkan tidak bisa menggerakkan jarinya .

Tetapi ketika Jeanne merasakan William yang berada di sampingnya bangun, dia tiba-tiba terbangun dan mengulurkan tangan dengan gelisah untuk menahannya. "Kamu mau kemana?"

William merasakan kegugupannya, meskipun dia bingung, dia menenangkannya. "Aku akan menuangkan segelas air. Kamu istirahat dulu."

"Tuang air, ha ha, aku tunggu kamu."

Jeanne baru sadar reaksinya tadi berlebihan, dan dia hanya tertawa garing.

William menatapnya dalam-dalam, tidak mengatakan apa-apa, dan berbalik untuk pergi.

William ke ruang tamu dan menuangkan segelas air.

Meskipun Jeanne berusaha menutupinya, perilakunya yang tidak normal dan antusiasme yang berbeda malam ini membuat William yakin bahwa Jeanne pasti ada sesuatu yang sedang disembunyikan darinya.

Tetapi tentang apa, William tidak bisa menahan diri untuk bertanya-tanya dalam hatinya.

Jika dia bisa menebaknya dengan benar, itu seharusnya terkait dengan kepulangan Jeanne ke rumah keluarga Gunarta beberapa hari yang lalu.

Novel Terkait

Harmless Lie

Harmless Lie

Baige
CEO
5 tahun yang lalu
 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
4 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
Hanya Kamu Hidupku

Hanya Kamu Hidupku

Renata
Pernikahan
4 tahun yang lalu
The Serpent King Affection

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
5 tahun yang lalu
Rahasia Seorang Menantu

Rahasia Seorang Menantu

Mike
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
4 tahun yang lalu