Wanita Pengganti Idaman William - Bab 39 Atas Nama Jessy

Bab 39   Atas Nama Jessy


 William jelas telah salah paham, tetapi Jeanne bahkan tidak punya kesempatan untuk membela dirinya.


 Jeanne mengusap dahinya dan kembali ke kamar tanpa tahu apa yang harus dilakukan.


 Dia duduk di tempat tidur dengan memeluk lutut untuk waktu yang lama sebelum akhirnya dia tertidur.


 Hari berikutnya dia dibangunkan oleh telepon dari Julian ayahnya.


 "Halo?" Jeanne dengan suara lemah menjawab telepon.


"Bagaimana kabarnya? Sejauh mana kemajuannya?


Suara ayahnya terdengar tidak senang, ayahnya  merasa gerakannya dia terlalu lambat.


Cepat, cepat, ayahnya selalu mendesaknya setiap hari!


Jeanne bangun dan duduk. Sudah tiga hari ini ayahnya selalu menelepon dia.


Ayahnya juga sangat memandang rendah dia.


Apa dia sekali perintah, orang harus langsung patuh dan melaksanakan perintah itu?


Demi menenangkan Ayahnya sementara. Jeanne mencoba melunakkan suaranya. "Aku sudah berusaha mencari peluang, tetapi segalanya tidak berjalan baik dan lancar."

 

"Tidak terlalu lancar? Apa kepalamu tidak ada isinya? Tidak bisa berbuat apa-apa?"


 Suara ayahnya tidak senang. " Jeanne, aku sudah memberimu cukup waktu."


"…………..." Jeanne marah sampai tidak bisa membantah.


Dia merendahkan hatinya dan menyarankan, "Aku akan terus ajukan ke William, tetapi atas namamu dia tidak percaya, bisakah kita mengubah rencananya?"


 "apa?" Suara ayahnya tidak bisa terdengar amarah atau kegembiraannya.


"Untuk menjadi pemegang saham atas nama saya, saya pikir mungkin lebih mudah baginya untuk menerima itu."


Jeanne akhirnya mengeluarkan idenya.


 Saat ini, dia tidak bisa memikirkan cara yang lebih baik untuk membantu ayahnya mendapatkan saham terlebih dahulu.


Dengan keheningan di ujung telepon, Jeanne tampaknya benar-benar mempertimbangkan rancana ini.


Seiring waktu berlalu, Jeanne menunggu dengan sedikit tidak sabar, dan suara dari ayahnya terdengar, "Ya! Tapi tidak dapat menggunakan namamu. harus menggunakan nama Jessy.”


Tepat ketika Jeanne hendak bernapas lega, dia melanjutkan, "Jangan mencoba hal-hal yang tidak berguna, apalagi bermain trik. Ini semua buat Jessy,kamu tidak bisa mengambil satu sen pun."


Jeanne hanya bisa tertawa kecut, Ketika dia ingin membantah,


Terdengar bunyi jepret, hanya menyisakan suara yang sibuk tanda telepon sudah ditutup.


Dapat dilihat bahwa jika tidak ada keperluan, Ayahnya tidak akan menghubunginya.


Menatapi teleponnya, reaksi diwajah Jeanne menunjukkan jejak ketidakberdayaan.


Saat ini, dia hanya bisa menebalkan mukanya untuk mencari William.


Jeanne mengenakan pakaiannya dan menatap langit ternyata masih awal.


Setelah sedikit ragu, dia pergi ke kamar sebelah.


Kamar William sebenarnya hanya dibatasi satu dinding dari kamarnya.


"Will?Wiiliam?"


Jeanne berdiri di pintu kamar tamu dan mengetuk beberapa kali, tetapi tidak ada yang menjawab.


Apakah masih marah?


Jeanne berkata dengan lembut, "Aku ingin berbicara denganmu tentang sesuatu. Bolehkah aku masuk?"


Tidak ada yang menjawab lagi.


Beberapa pelayan yang sedang membersihkan di lantai dua menundukkan kepala ketika mereka mendengar ada suara.


 Mereka takut mendengar apa yang tidak seharusnya mereka dengar.


Jeanne bingung dan bertanya kepada pelayan yang lewat, "Apakah melihat Tuan Muda pergi?"


Dia selalu bangun terlambat. Ketika dia bangun di pagi hari, William biasanya sudah tidak ada di rumah.


Dia tidak bisa menahan perasaan sedikit tertekan ketika memikirkan itu.


 "Nona Muda, saya baru saja datang, tidak melihat tuan muda, dan tidak tahu apakah dia sudah keluar."


Suara pelayan itu pelan, dan bisa mendengar bahwa dia sangat berhati-hati dalam berbicara.


 Itu sebabnya tidak bisa menanyakan dan mendapatkan jawaban apa pun .


"Yah, kamu lanjut sibuk saja." Jeanne mengangkat tangannya dan berpikir dalam hatinya, "Apakah sudah pergi?"


 Berdiri di pintu, dia tidak rela pergi.


Letakkan tangan di pegangan, dan dengan sekali menekan, pintu terbuka secara tak terduga.


Setelah sedikit ragu, Jeanne mendorong pintu dan masuk.


Cahaya di kamar masih menyala, dan terdengar suara air yang menetes datang dari kamar mandi.


Ternyata belum pergi.


Jeanne menutup pintu, dan beberapa kali dia ingin berteriak memanggil William, tetapi merasa itu tidak pantas. Akhirnya dia hanya duduk di tempat tidur dan menunggunya.


Sekitar setengah jam, ketika Jeanne mulai mengantuk, dia mendengar suara pintu kamar mandi terbuka dan tiba-tiba berdiri dengan terkejut.


 William keluar hanya dengan selembar handuk. Bentuk tubuhnya sangat bagus, ototnya kencang dan kuat. Gerakan dia mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil , membuat garis-garis urat di badannya terlihat jelas dan sempurna ,sepanjang perut bagian bawahnya, sangat menggoda. Jelas bahwa dia sering berolahraga.


Tiba-tiba melihat pria yang setengah telanjang keluar dari kamar mandi, wajah Jeanne memerah, beberapa kali tidak berani langsung menatapinya.


 Melihat Jeanne, William sedikit terkejut. "kenapa kamu datang ke kamarku?"


"Kamu.........."


Kepala Jeanne langsung blank, dan pandangannya menyapu kulit putih yang terlihat di badannya, hanya terasa panas di wajahnya.


William tidak bisa menahan diri , mengangkat alisnya dan bertanya lagi. "Ada urusan apa?"


Dia memainkan rambutnya dengan santai, dengan kaki yang panjang dan kuat, dan datang ke arahnya, matanya yang hitam dengan sedikit pertanyaan.


Jeanne masih berusaha tidak gugup,William sudah berdiri di depannya.


Aroma hormon pria yang kuat, langsung menyerbu ke wajahnya.


 Jeanne meraih selimut di sekelilingnya, menurunkan alisnya dan berkata, "Aku ingin berbicara denganmu. Ini tentang pekerjaan. Aku tidak ingin diam di rumah."


Dia gelisah dan suaranya sedikit cemas.


 Kerjaan melulu dibahas!


Tidak mudah menangkap peluang untuk berbicara.


Bagaimana dia bisa mundur sekarang? Dan dia juga tidak bisa lagi.


Jeanne mengumpulkan keberanian dan berkata, "William, jika ayah saya tidak layak masuk saham, dapatkah saya mengambil bagian atas nama saya?"


Mata sejernih air, memohon dan menatap William.


William menatapnya sejenak. Wajahnya yang memang tampan, tetapi sekarang menjadi suram.


 Dia mencibir. " Jeanne, kamu dan Julian benar-benar penuh perhitungan. Kalian ayah dan anak berdua. Siapa yang masuk bagian saham bukannya sama saja?


Saat dia berbicara, dia mendekati telinganya, hampir kata demi kata terdengar jelas, "Tidak perlu membicarakan ini lagi! Perusahaan ini tidak memerlukanmu!"


 Suara itu disertai dengan sindiran dan penghinaan!


Jeanne mengawasinya punggungnya yang tegak dan berjalan ke ruang ganti dengan pahanya yang panjang.


Langkahnya tenang dan kuat, tetapi dia sedang jengkel ,karena Jeanne masih bisa merasakan suasana hatinya.


Hatinya terasa dingin, Jeanne melangkah mundur dan jatuh di tempat tidur.


Sambil tersenyum pahit, dia berkata, "Sepertinya masalah ini tidak dibicarakan lagi."

 

Dia menarik sudut bibirnya, bangkit dari tempat tidur, membuka pintu dan keluar, hanya menyisakan bunyi klik pintu yang menutup.

Novel Terkait

Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Now Until Eternity

Now Until Eternity

Kiki
Percintaan
5 tahun yang lalu
Menaklukkan Suami CEO

Menaklukkan Suami CEO

Red Maple
Romantis
4 tahun yang lalu
Unperfect Wedding

Unperfect Wedding

Agnes Yu
Percintaan
5 tahun yang lalu
My Charming Wife

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
4 tahun yang lalu
Menantu Hebat

Menantu Hebat

Alwi Go
Menantu
4 tahun yang lalu
Love and Trouble

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
4 tahun yang lalu
The True Identity of My Hubby

The True Identity of My Hubby

Sweety Girl
Misteri
4 tahun yang lalu