Wanita Pengganti Idaman William - Bab 304 Menggila Karena Cinta

Moli berusaha sekuat tenaga untuk melawan para pengawal, tetapi para pengawal ini hanya defensif dan tidak menyerang, sengaja menunda waktunya, sehingga dia sama sekali tidak bisa pergi menyelamatkan Jeanne.

Oleh karena itu, dia pun hanya bisa melihat Jeanne dibawa pergi oleh orang-orang ini tanpa bisa berbuat apa-apa.

Seiring dengan kepergian Jeanne, para pengawal yang menghalangi Moli juga bergerak secara terlatih memundurkan diri.

Moli memandang para pengawal itu pergi dan malah tidak bisa mengejar mereka, seluruh wajahnya mengekspresikan kepanikan serta kedinginan.

Sekarang dia hanya berharap tuan akan memberi kesempatan padanya untuk menebus kesalahannya.

Dia menunduk, mengeluarkan ponsel dan memerintah bawahannya untuk memeriksa siapa orang-orang yang membawa pergi Jeanne.

Dalam waktu kurang dari sepuluh menit, sudah diterima panggilan dari bawahan untuk melapor.

"Ketua, sudah ketemu, arah kepergian mereka adalah rumah Delores, kami sudah mengirimkan orang ke sana."

Moli sekadar merespons 'ya', lalu mematikan telepon dan melakukan panggilan ke William.

"Ada apa?"

Tidak lama kemudian, terdengar suara dingin William dari telepon.

Mendengar itu, hati Moli agak gemetar, tapi akhirnya dia tetap menyampaikan masalah yang terjadi.

"Tuan, nyonya muda diculik."

Mendengar perkataan itu, William yang awalnya cuek seketika menjadi dingin nan kejam.

"Apa yang terjadi? Orang itukah yang melakukan ini."

Moli menggelengkan kepala untuk menyangkal: "bukan mereka, bawahanku sudah menemukan bahwa ada kemungkinan pihak Delores yang melakukan ini, arah kepergian mereka adalah menuju ke rumah Delores."

Suasana hati William memburuk ketika mendengar perkataan itu.

"Aku sudah tahu, kamu suruh bawahanmu tetap menjaga di sana, aku akan segera ke sana."

Selesai berkata, dia langsung mematikan telepon.

Namun, dia tidak bergerak, sebaliknya malah menatap ponsel, seolah-olah sedang menunggu panggilan telepon dari seseorang.

Tidak lama kemudian, ponsel berdering lagi.

Dia melihat nomor asing yang muncul di layar ponsel, tatapan berkilauan, menekan tombol angkat.

"William Sunarya, sekarang Jessy ada di tanganku, kalau kamu tidak menginginkan sesuatu terjadi padanya, segera lepaskan Alexa!"

Terdengar suara ibu Alexa yang suram.

William menyipitkan mata dengan penuh bahaya, dia paling tidak suka diancam oleh orang.

Tapi mengingat bahwa Jessy masih di tangannya, dia akhirnya tetap setuju.

"Aku bisa lepaskan Alexa, tapi kamu harus jamin orangku tidak akan disentuh sehelai rambut pun!"

Ibu Alexa mendengus dengan dingin, meremehkan: "William, kamu seharusnya jelas, sekarang kamu tidak layak untuk bertukar syarat denganku!"

Kemudian, dia langsung memutuskan panggilan.

William melihat telepon yang dimatikan, tatapannya menjadi gelap.

Dia segera mendatangkan Hans dan mulai membuat perencanaan.

Pada saat bersamaan, di rumah Delores.

Setelah mematikan telepon, Nyonya Lexi Delores langsung pergi ke ruang tamu.

Jeanne dilempar ke lantai dalam keadaan terikat.

"Nona Jessy, aku benar-benar terlalu meremehkan kamu."

Dia memandang Jeanne dengan posisi seperti ratu yang memandang bawahan.

Melihat dia, Jeanne seketika mengerti mengapa dirinya diculik.

Kemungkinan berhubungan dengan masalah Alexa.

Fakta memang seperti apa yang diduga olehnya.

Terlihat Ibu Alexa berjalan ke depan Jeanne dengan sikap yang angkuh, membungkuk dan mencengkeram dagu Jeanne, lalu tersenyum dingin dan memandang Jeanne dengan tatapan yang menghina: "memang berpenampilan seperti pelakor, tidak heran kenapa putriku bisa kalah bersaing denganmu."

Jeanne kesakitan karena cengkeramannya, berusaha melepaskan diri dari tangannya.

"Nyonya Delores, kamu menculik aku ke sini, apakah tidak takut akan berurusan dengan keluarga Sunarya?"

Dia menahan kegelisahan di hatinya dan mencoba untuk berunding dengan Ibu Alexa.

Siapa sangka Ibu Alexa sama sekali tidak terpengaruh.

"Berurusan? Tampaknya nona Jessy masih belum memahami kondisi sekarang, karena kamu, keluarga kami sudah sejak awal bertentangan dengan keluarga Sunarya."

Berkata sampai sini, matanya membakar api amarah.

Pada saat Jeanne belum tanggap, suara tamparan yang nyaring langsung terdengar di seluruh gudang.

Terlihat kulit yang putih lekas memerah dan bengkak, seketika rasa sakit menyebar dari pipi.

"Kalau bukan karena kamu yang mengacaukan seluruh masalah, bagaimana mungkin hubungan keluarga kami dan Sunarya bisa menjadi seperti ini, Alexa juga tidak akan menggila karena cinta dan akhirnya melakukan hal-hal yang tak termaafkan!"

Ibu Alexa menatap Jeanne dengan sambil menggertakkan gigi, tatapannya itu bagai akan menghancurkan seluruh tubuh Jeanne.

Apalagi ketika teringat putrinya sendiri, karena wanita ini, putrinya hamil diluar pernikahan dan ayah dari anak bahkan tidak diketahui, api amarah di hatinya pun semakin memanas.

Sesudah mendengarkan kata-kata Nyonya Delores, Jeanne hanya merasa sudut pandang mereka berkebalikkan.

Tidak pernah tahu bahwa mereka sendiri yang menghancurkan keluarga orang lain masih bisa bertingkah begitu percaya diri dan seakan-akan dirinya benar.

Dia tidak bisa menahan tawa cibiran, "aku akhirnya paham kenapa pandangan Alexa bisa begitu ekstrim, tidak mengenal tobat, bahkan bangga akan dirinya yang menjadi pelakor, ternyata karena dimanjakan oleh Nyonya Delores tanpa membedakan benar atau salah, Nyonya Delores, aku sangat penasaran, apakah benar bahwa Alexa adalah putri kandungmu sendiri? Kenapa kamu malah membahayakannya?"

Wajah Ibu Alexa pucat sesudah mendengarkan sindiran dari Jeanne, kemarahannya mencapai puncak.

"Kamu cukup pintar berbicara."

Dia menatap Jeanne dengan tatapan gelap, wajah penuh kebahayaan.

Jeanne juga jengkel kenapa tadi dirinya mengucapkan kata-kata itu.

Melihat Ibu Alexa bersikap demikian, dia agak ketakutan.

Dia juga tidak tahu apakah pihak William sudah mendapat kabar bahwa dia diculik.

Intuisinya berkata, hari ini wanita ini pasti tidak akan dengan mudah melepaskannya.

Kenyataan memang sesuai dugaannya.

Saat ini, Ibu Alexa hanya ingin membalas semua penderitaan yang dirasakan oleh putrinya itu kepada Jeanne.

Dia memerintah pelayan untuk mengambilkan cambuk, memandang Jeanne dengan tersenyum dingin.

“Aku ingin melihat, jika aku menghancurkan wajahmu ini, modal apa lagi yang kamu miliki untuk merayu para pria, apakah William masih juga menginginkanmu?”

Selesai bicara, dia mengambil cambuk dan melambaikannya ke wajah Jeanne.

Jeanne terkejut, menghindar secara naluriah.

Meskipun wajahnya terhindar, tapi cambuk itu malah menyebat di bahunya.

“Sakit sekali---“

Rasa sakit yang serius membuatnya tak tertahankan untuk berteriak, air mata langsung mengalir keluar, wajahnya juga menjadi pucat.

Tampangnya ini malah semakin mendorong niat Ibu Alexa untuk menyiksanya.

“Begitu saja sudah sakit, masih ada yang lebih menyakitkan! Hari ini aku akan membalas dendam untuk Alexa!”

Matanya terkandung sinar dingin, berkata dengan nada kejam.

Mendengar perkataan itu, hati Jeanne bergemetar.

……

Pada saat bersamaan, di perusahaan Julian yang bersituasi kacau.

Julian mengadakan rapat dadakan, saat dia sedang berbicara, asistennya mengetuk pintu dan masuk.

“Ada apa?”

Dia bertanya dengan tidak sabar.

Asisten bergegas mendekatinya, membungkuk dan membisik padanya.

“Dia diculik di depan pintu rumah Sunarya, apakah kita mau mengirimkan orang untuk menyelamatkannya?”

Tentu saja yang dimaksud dia adalah Jeanne.

Raut muka Julian penuh kedinginan ketika mendengar kata-kata itu.

Sesuai logika, sekarang Jeanne berperan sebagai Jessy, terjadi hal seperti ini, dia seharusnya segera muncul dan memberi pertolongan.

Namun, teringat kesombongan wanita itu ketika bertelepon sebelumnya, dia membatalkan niatnya untuk menolong.

Ini juga saatnya bagi wanita sialan itu untuk diberi sedikit pelajaran agar tidak melupakan identitasnya.

“Tidak usah, pihak Sunarya pasti akan bertindak, kalian hanya perlu terus mengawasinya.”

Dia memerintah dengan suara rendah, asisten mengangguk.

Ketika asisten hendak keluar, Julian seperti teringat sesuatu, menghentikannya, “Oh ya, jika ada yang mencariku, katakan saja bahwa aku sedang dalam perjalanan bisnis ke luar kota.”

Asisten mengangguk, lalu pun pergi.

Seiring dengan kepergiannya, Julian kembali mengoordinasi rapat.

Novel Terkait

Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
4 tahun yang lalu
Satan's CEO  Gentle Mask

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Menunggumu Kembali

Menunggumu Kembali

Novan
Menantu
5 tahun yang lalu
Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Jiang Muyan
Percintaan
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku CEO Misterius

Ternyata Suamiku CEO Misterius

Vinta
Bodoh
4 tahun yang lalu
Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
5 tahun yang lalu