Wanita Pengganti Idaman William - Bab 189 Malah Mempermainkan dan Mengejek

Jeanne tidak tahu bahwa pihak Alexa masih belum putus asa dengannya, dia terus sibuk di perusahaan sampai sangat larut baru pulang.

Seharian ini, meskipun terjadi banyak perbedaan pendapat dengan Sumi, tapi secara keseluruhan termasuk lancar.

Dalam hal ini, dia lumayan puas, dia percaya bahwa tidak lama kemudian, dia dan Sumi bisa bekerja sama dengan baik.

Memikirkan ini, bibirnya memasang senyuman tipis dan mulai mengemas barang untuk bersiap-siap pulang.

Namun, saat dia menyentuh ponsel, dia terbengong tak bias mengendalikan pikirannya.

Karena dia mendapati bahwa sampai saat ini, William tidak menanyakan bahwa dia belum pulang, bahkan tidak menelpon ataupun mengirimkan sms untuknya.

Jika dulu, William sudah menelepon sejak awal.

Berpikir sampai sini, senyuman di mulutnya perlahan menghilang.

Mungkin saat ini William masih sibuk melayani Sierra!

Karena bagaimanapun mereka berdua memiliki banyak topik pembicaraan.

Dia berpikir dengan mengejek diri, lagi-lagi hati muncul rasa masam.

Ketika dia menyadari emosi dirinya tidak benar, dia segera menggelengkan kepala, dalam hatinya mulai menghipnotis dirinya sendiri.

Jeanne, jangan dipikirkan lagi, berpikir sebanyak apapun, kalian tetap tidak akan memiliki masa depan.

Daripada menderita di masa depan, mending menyerah dari awal!

Entah apakah karena hipnotis dirinya semakin efektif atau apa, dia perlahan-lahan menjadi tenang, langsung mengambil ponsel dan menelepon supir rumah, memintanya untuk menjemput dirinya.

Bagaimanapun sekarang sudah begitu malam, tidak mudah untuk mendapatkan taksi di luar, lagipula jika ada taksi, belum tentu aman juga.

“Baik, mohon nyonya muda tunggu sebentar di perusahaan.”

Jawab supir.

Jeanne merespons ‘ya’ dengan nada rendah, lalu mematikan telepon.

Kemudian dia duduk sebentar di kantor, berpikir bahwa waktunya sudah mau sampai, barulah dia turun ke bawah dan keluar dari perusahaan.

Siapa tahu baru keluar dari pintu perusahaan, langsung ditatap oleh sekelompok pria preman.

“Cewek cantik, begitu larut baru pulang kerja, apa tidak bisa dapat taksi, maukah abang yang antarin kamu pulang?”

Jeanne memandangi sekelompok orang yang kacau ini, dia pun tahu bahwa orang-orang ini adalah gangster, dia tidak berniat mempedulikan mereka, berbalik badan dan hendak masuk ke perusahaan untuk menghindar dari mereka.

Tidak sangka, dia belum berjalan dua langkah, jalan langsung dihalangi oleh orang.

“Cewek, pergi ke mana? Kamu belum menjawab pertanyaan kami.”

Pria pemimpin memandang Jeanne dengan ekspresi wajah yang cabul, matanya penuh dengan niat buruk.

Bawahannya yang di sekeliling juga ikut mengiyakan.

“Iya, lari kenapa, kalau tidak ada taksi untuk pulang, biarkan kami yang antarin kamu pulang.”

“Ya… … kalau kesepian, abang kami kebetulan bisa membantumu untuk menghibur dirimu.”

“Hahaha… …”

Mendengar kata-kata mereka yang tidak senonoh, Jeanne marah dan takut.

“Awas!”

Dia memarahi mereka dengan suara keras, tapi segerombolan gangster ini sama sekali tidak takut, sebaliknya malah mengejek dan mempermainkannya.

“Aiyo, tidak sangka, ternyata merupakan cabe rawit juga, tampaknya akan sangat kuat di atas ranjang.”

Jeanne marah hingga seluruh tubuhnya gemetaran, pada saat bersamaan hatinya juga sangat panik.

Untungnya saat ini dia melihat patroli keamanan perusahaan sedang berjalan kemari, dia segera meminta pertolongan.

“Security, sini ada orang yang membuat onar!”

Dia melambaikan tangan pada penjaga keamanan dengan ekspresi penuh kecemasan.

Dan penjaga keamanan juga menemukan keanehan di sekitarnya, segera berlari kemari.

“Siapa kalian? Buat apa di sini?”

Dia menginterogasi pada sekumpulan gangster itu.

Melihat kondisi ini, para gangster itu saling bertatapan, kemudian pada menoleh ke pemimpin mereka.

Abang gangster itu memelototi penjaga keamanan dengan ganas, memperingatkan: “Bocah, aku saranin, jangan banyak atur!”

Ketika penjaga keamanan mendengar perkataannya, dia sekilas memandang Jeanne, mengenali kartu pekerja yang ada di badannya, segera mengeluarkan walkie-talkie dan memanggil rekan di pos.

“Di pintu besar sini, ada orang yang membuat onar, kalian cepat datang, dan ingat telepon polisi juga.” Mendengar ini, mata para gangster terpintas gugup.

Melihat ini, Jeanne mengira dirinya sudah aman, saat dia merasa lega, tidak sangka pergelangan tangannya langsung dicengkeram.

Terlihat para gangster itu menarik dirinya dan hendak berlari.

Bagaimana mungkin Jeanne langsung mengikuti mereka, segera berusaha melepaskan diri.

“Lepaskan aku! Tolong.”

Dia menggunakan satu tangan lainnya untuk memukul tangan gangster, siapa tahu tangan itu juga ditahan.

Penjaga keamanan yang melihat ini, tentu saja ingin maju membantu Jeanne, tapi malah dihalangi oleh gangster lainnya.

Jeanne tidak mendapatkan bantuan, hanya bisa mengeluarkan seluruh tenaga, mencoba untuk melepaskan diri dari tahanan para gangster.

Siapa tahu tenaga gangster itu, luar biasa kuat.

Dia tetap mencengkeram tangan Jeanne dengan kuat saat Jeanne berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan diri, berjalan menuju sebuah kendaraan pribadi di tepi jalan.

Saat mereka mendekat, ada seorang gangster yang maju untuk membuka pintu mobil, dalamnya hitam gelap, membuat Jeanne sangat ketakutan.

“Tolong!”

Dia tidak sabar untuk menjerit hingga kehilangan suara, berharap ada orang baik yang lewat dan bisa membantunya.

Namun, pada waktu ini, jangan katakan orang, mobil yang lewat pun hanya beberapa saja.

Tampak sudah hampir diseret ke dalam mobil, supir rumah William sudah tiba.

Supir langsung terlihat Jeanne yang ditahan oleh orang, turun mobil dengan raut muka yang tiba-tiba berubah.

“Siapa kalian?”

Dia menginterogasi dengan nada keras, para gangster tidak tahu bahwa dia adalah supir yang dipanggil oleh Jeanne, mengancam: “kalau tidak ingin mati, cepat awas.”

Ketika supir melihat kondisi ini, tidak mengatakan apa-apa, langsung mengepal tangan dan maju untuk menyelamatkan orang.

Melihat dia bergerak, para gangster juga jengkel, pukul memukul dengannya.

Namun, mereka tidak tahu bahwa setiap supir rumah William dipilih melalui pelatihan ketat.

Walaupun semua dari mereka bergabung, belum tentu mengalahkan seorang supir.

Tidak lama kemudian, para gangster itu tergeletak di lantai dengan ekspresi menderita.

Selain ngos-ngosan bernafas, supir tidak mengalami cedera apapun.

Melihat semua orang terkapar di lantai, dia segera menghampiri Jeanne, berkata: “Nyonya muda, apakah anda baik-baik saja.”

Jeanne berdiri dengan pincang, tadi saat mereka berkelahi, entah siapa yang mendorongnya jatuh ke lantai, kulit di kakinya tergores.

“Tidak apa-apa, hanya sedikit luka gores.”

Selesai berkata, dia melihat para gangster di lantai, raut muka menjadi gelap.

“Orang-orang ini, kamu cari tali dan ikat, tunggu polisi datang, serahkan ke mereka.”

Supir menjalankan perintah, berbalik dan menyuruh penjaga keamanan mencari tali.

Setelah dia mengikat para gangster, polisi sudah datang.

Jeanne pergi ke kantor polisi dan membuat kesaksian sederhana.

“Ke rumah sakit ya.”

Dia memerintah dengan nada dingin, bukan dia manja, tapi jika pulang dengan keadaan begitu, terlihat oleh William, kiranya William juga akan membawanya ke rumah sakit.

Daripada nantinya repot, lebih baik pergi sekarang selama dia masih di luar.

Supir mengikuti arahan, mengemudikan mobil menuju ke arah rumah sakit.

Setelah pemeriksaan, tidak ada masalah, hanya saja tempat yang terluka perih menyakitkan.

Terutama ketika perawat mengoleskan obat, sakit hingga air mata Jeanne mengalir keluar.

Wajah halus itu berkerut menjadi seperti siomay, membuat perawat merasa lucu.

“Sudah, dua hari ini agak diperhatikan, jangan biarkan luka terkena air.”

Dia memperingatkan dengan tersenyum, Jeanne mengucapkan terima kasih.

Saat dia berdiri dan hendak berjalan melompat, tiba-tiba ada sepasang tangan yang memegang lengannya.

Hidungnya juga tercium aroma yang familiar.

Dia kaget dan mengangkat kepala, langsung terlihat wajah William yang tampan nan sempurna.

Hanya saja, saat ini alisnya yang bagus mengerut menjadi gumpalan.

Tapi Jeanne tidak menyadarinya, hanya sambil melihat dan menikmatinya.

“Sejak kapan kamu datang?”

Novel Terkait

Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
3 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
3 tahun yang lalu
Love at First Sight

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu
Now Until Eternity

Now Until Eternity

Kiki
Percintaan
5 tahun yang lalu
Cantik Terlihat Jelek

Cantik Terlihat Jelek

Sherin
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Nikah Tanpa Cinta

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
3 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
4 tahun yang lalu
Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Jasmine
Percintaan
4 tahun yang lalu