Wanita Pengganti Idaman William - Bab 211 Tidak Ada Hubungan Dengan Pria Ini Lagi

Bab 211 Tidak Ada Hubungan Dengan Pria Ini Lagi

Frustrasi yang dialami Jeanne, pada saat ini akhirnya perlahan mulai menghilang juga.

Dia tidak bisa menahan diri untuk melihat pria di sampingnya dan melihatnya berdiri tegak di bawah cahaya malam.

Penampilan wajah tampannya yang sempurna terlihat lebih misterius dibawah cahaya malam, yang akan membuat orang sangat terobsesi.

Ketenangan malam, tetapi suasana tersebut dirusak oleh angin sepoi-sepoi.

Saat malam semakin larut, angin laut terasa makin lama makin kuat bertiup.

Jeanne hanya mengenakan seragam kantor yang tipis dan tidak bisa menahan dingin sama sekali.

Setelah beberapa saat, Jeanne bersin terus menerus.

"Hatchiiiiiiii…….."

Ketika William mendengar suara bersin itu, dia sedikit mengerutkan kening dan melepas mantelnya dan menyerahkan kepadanya.

"Pakailah. Jangan sampai masuk angin."

Jeanne melihat pakaian di depannya dan tidak berpura-pura lagi untuk menolaknya.

William membantunya memakai mantelnya dan memperhatikan tubuh mungilnya terbungkus mantel lebar. Hatinya tampak dipenuhi dengan kehangatan.

"Ayo pergi. Ini sudah mulai larut. Sudah waktunya untuk istirahat."

Dia sambil mengatakan itu sambil mengambil inisiatif untuk menggandeng tangan Jeanne berjalan pulang.

Jeanne mengikutinya dengan perasaan bingung, kemudian matanya menatap ke tangannya yang sedang digandeng pria ini, dari hidungnya masih bisa kecium aroma khusus yang hanya dimiliki oleh pria itu.

Tidak dapat dipungkiri bahwa pada saat ini, dia sangat enggan jika suasana seperti ini akan berlalu, Jeanne tidak ingin melepas pria di sampingnya ini.

Tapi dia tahu bahwa jika Jessy kembali di masa depan, dia tidak akan ada hubungan lagi dengan pria ini.

Dia memikirkannya. Hatinya terasa disayat dengan pisau, yang membuatnya sulit bernapas.

William membawanya kembali ke rumah dan menemukan bahwa wajahnya tidak dalam suasana hati yang benar. Dia mengerutkan kening dan bertanya, "Ada apa denganmu?"

Menengok ke belakang, Jeanne dengan cepat menyembunyikan wajahnya, "Tidak apa-apa."

Setelah itu, dia mendesak, "Bukankah tadi bilang mau istirahat? kamu cepat pergi mandi.

William menatapnya dalam ketika dia mendengarnya mengatakan itu.

Sesudah itu, dia tidak mengatakan apa-apa lagi dan kembali ke kamarnya.

Jeanne mengawasinya menghilang di pintu masuk koridor, dan segera membuang senyum di wajahnya.

Ketika dia datang ke bar di ruang tamu, dia tidak bisa menahan diri untuk membuka sebotol anggur dan meminumnya.

Berharap dia bisa menggunakan alkohol untuk melumpuhkan ingatan dirinya dan tidak membiarkannya berpikir terlalu banyak.

Dia tidak minum lama, tetapi melihat waktu terus berjalan.

Tetapi hanya beberapa gelas sudah cukup untuk membuatnya mabuk.

Belum lagi anggur yang biasa diletakkan di lemari anggur oleh William, semuanya adalah anggur yang berkualitas baik, dan sangat kuat kadar alkoholnya.

Dia terhuyung-huyung kembali ke kamar, tepat pada waktu itu melihat William yang baru selesai mandi, rambutnya masih basah.

"Yah ... Kenapa kamu tidak mengelap kering rambutmu? Aku akan membawakanmu pengering rambut.”

Dia menatap William dan perhatiannya muncul tanpa dia sadari.

Setelah itu, dia juga pergi mencari pengering rambut.

William menatap penampilannya yang jelas-jelas mabuk dan mengerutkan kening. Dia mencoba mengatakan sesuatu. Jeanne telah menemukan pengering rambut dan berjalan kearahnya.

"Kenapa kamu masih berdiri di sana? Datang dan duduklah di sini. Aku akan membantu mengeringkan rambutmu."

Dia duduk di samping tempat tidur dengan William, dan tidak peduli apakah dia setuju atau tidak, dia mulai mengeringkan rambut William dengan pengering rambut.

Melalui cermin meja rias yang berada di depannya, William bisa melihat wajahnya yang serius. Jari-jarinya yang putih dan ramping terus mengacak-acak rambutnya yang tebal. Kekuatannya yang nyaman membuat kerutan aslinya berangsur-angsur menghilang, dan pikirannya larut dalam kenyamanan. Membuat dia memikirkan sesuatu yang dia tidak bisa jelaskan.

Dia bisa merasakan ada yang salah dengan Jessy malam ini, bahkan dia punya inisiatif dan aktif terhadapnya.

Dia tidak tahu apa yang Jessy pikirkan, dan matanya bersinar. Tiba-tiba, dia meraih pergelangan tangannya yang penuh kasih sayang dan menariknya ke dalam pelukannya. Dia menundukkan kepalanya dan bertanya, "Ada apa denganmu?"

Jeanne menatap wajah tampan pria ini dengan dekat, dan sepasang mata hitamnya yang membuat hatinya melekat erat pada pria ini, seolah-olah dia terpikir sesuatu, dan tiba-tiba tertawa.

Dia melepaskan pengering rambutnya dan duduk di pelukan William, memeluk lehernya.

Dan kedekatannya yang tiba-tiba, dengan keharumannya yang unik, membuat William menegang sejenak, dan matanya yang gelap menatap Jeanne mencoba menebak apa yang terjadi dengannya.

"Apakah kamu tahu apa yang sedang kamu lakukan?"

Dia bertanya dengan suara serak.

Jeanne menatapnya dengan senyum konyol dan tiba-tiba mendekati telinganya dan berbisik, "Tentu saja, aku menginginkan kamu ..."

Saat dia berbicara, dia menatap William seolah sedang menggoda dan merangsangnya dengan diam-diam.

Bagaimana William bisa menolaknya? Dalam sekejap saja, binatang buas yang tidur di tubuhnya dibangunkan olehnya.

William langsung memutar tubuh Jeanne, Jeanne sudah ditekan dengan tubuhnya, seperti serigala yang lapar meraih bibir Jeanne yang menggoda dengan buas.

Jeanne mengubah karakter sebelumnya dan merespons dengan antusias, merangsang dan minta William melakukannya sekali lagi dan lagi, sampai akhirnya dia kelelahan dan tidak mampu lagi baru melepaskan dirinya.

......................

Keesokan harinya, Jeanne terbangun dalam keadaan bingung, merasakan sakit diseluruh tubuhnya, kepalanya bahkan lebih sakit.

Terutama di pipinya, merahnya terlihat tidak normal.

William melihatnya, mengerutkan kening.

"Kamu demam."

Jeanne tertegun dan menyentuh dahinya dengan tangannya.

"Sepertinya benar-benar demam."

Dia menatap William dengan bingung seolah dia tidak tahu harus berbuat apa.

William yang ditatap begitu dekat, hatinya melunak. Dia berkata dengan lembut, "Kamu harus beristirahat di rumah hari ini. Aku akan keluar dan melihat apakah ada obat penurun panas."

Setelah itu, dia berjalan keluar dari ruangan.

Tidak lama, dia sudah kembali dengan secangkir air hangat dan obat.

"Kamu minum obat dulu, dan kemudian aku akan meminta dokter keluarga untuk datang kesini."

Jeanne minum obat, tetapi menolak idenya. Dia tidak ingin merepotkannya.

"Terima kasih, tetapi dokter keluarga tidak usah panggil kesini. Aku akan tidur setelah minum obat. Jika panasnya tidak turun, baru panggil dokter kesini."

Ketika William melihatnya bersikeras, dia mau tak mau harus setuju.

Namun demikian, William tetap menelepon pengurus rumah tangga ke rumah baru dan memintanya untuk mengirim beberapa orang untuk merawat Jeanne. Dan meminta dia membawa beberapa pakaian dan kebutuhan sehari-hari yang biasa digunakan olehnya dan Jeanne, biar mereka bisa bekerja di sini.

"Tuan Muda, Tenang saja, aku akan mengaturnya."

Pengurus rumah tangga menerima perintah,menutup telepon dan mulai menyiapkannya.

Satu jam kemudian, pengurus rumah tangga bersiap-siap untuk pergi, mencoba menghindari Alexa yang kembali dari luar.

Dia melihat apa yang ada di tangan pembantu rumah tangga, yang biasa digunakan oleh William dan Jeanne, dan segera melangkah maju untuk menahan dan bertanya.

"Pengurus rumah tangga, apakah kamu akan pergi ketemu dengan Kak William? Apakah kamu tahu di mana Kakak William sekarang?”

Pengurus rumah tangga tidak bisa menyangkal, tetapi menjawab dengan suara dingin: "Ya, Tuan Muda mengatakan karena Nona Alexa menyukai rumah itu, dia akan memberikannya kepada Nona Alexa. Dia membawa Nyonya Muda tinggal diluar dan meminta kami mengurusnya hari ini."

Setelah Alexa mendengar ini, wajahnya menghitam seolah-olah bisa meneteskan tinta dan matanya penuh amarah.

Namun, tidak peduli betapa marahnya dia, pengurus rumah tangga setelah menjawab, langsung melambaikan tangan kepada pelayan lain untuk mengikuti dia pergi.

Ketika mereka pergi, seluruh rumah baru tiba-tiba menjadi kosong.

Alexa memandang rumah kosong itu, dadanya berfluktuasi karena marah.

Dapat dikatakan bahwa ini pada dasarnya berbeda dari apa yang dia harapkan.

Dan dia tidak menyangka bahwa William harus begitu kejam padanya, bahkan mempermalukan dia.

Tiba-tiba, hatinya dipenuhi amarah dan keengganan untuk menyerah begitu saja.

Ini pasti Jessy wanita jalang itu yang menghasut Kak William untuk pindah keluar!

Novel Terkait

Satan's CEO  Gentle Mask

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Lelah Terhadap Cinta Ini

Lelah Terhadap Cinta Ini

Bella Cindy
Pernikahan
5 tahun yang lalu
Perjalanan Cintaku

Perjalanan Cintaku

Hans
Direktur
4 tahun yang lalu
My Cold Wedding

My Cold Wedding

Mevita
Menikah
5 tahun yang lalu
Half a Heart

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
4 tahun yang lalu
1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu