Wanita Pengganti Idaman William - Bab 404 Bahkan Dewi-pun Tidak Tertarik

Beberapa hari berikutnya, masalah terus berkembang.

Sebelumnya sudah dikatakan kalau ada orang yang sedang menggiring opini publik untuk memfitnah William dan Sunarya Group.

Dan seiring berjalannya waktu, opini yang bermunculan semakin parah.

Terutama fans Sierra, labih gencar lagi menyerang kolom komentar di website Group Sunarya.

“Pria sampah, tidak pantas memiliki cinta dewi kami!”

“Jangan mengira karena kamu kaya jadi bisa mencelakakan Sierra kami, segera minta maaf pada dewi kami atau kami tidak akan melepaskanmu!”

“Aku ingin tahu seberapa buta William itu, sampai tidak tertarik pada dewi Sierra kami!”

Jeanne yang berada dirumah melihat semua ucapan ini, sangat marah.

Dia tidak tahan dan membuktikan kalau William sudah menikah, ia menunjukkannya di internet namun tidak ada yang percaya.

“Fix, yang diatas otaknya bermasalah.”

“Orang bodoh bertambah satu, beraninya memfitnah dewi kami sebagai pelakor, siapapun bisa menjadi pelakor, yang pasti tidak mungkin dewi kami.”

“Memang, jika benar William sudah menikah, bagaimana mungkin tidak ada berita tentang ini, pasti semua beritanya sudah tersebar dimana-mana, ini pasti hanya Hoax untuk membersihkan nama baik pria sampah ini!”

Jeanne membaca semua ucapan yang menyerang ini, tidak tahu harus bagaimana menghadapinya.

Bagaimanapun masalah ia menikah dengan William hanya diketahui oleh beberapa orang saja.

Mengingat ini, ia sangat kesal, terutama ketika melihat netizen di internet yang membuat group untuk menyerang William, membuatnya kesal sampai hampir muntah darah.

Dan karena hal ini, membuat moodnya sepanjang hari buruk sekali, apapun yang ia lakukan serasa tidak beres.

Malamnya ketika William pulang, tentu saja langsung menyadari ada yang tidak beres pada dirinya, ia bertanya dengan terheran : “Kenapa? Bad mood?”

Jeanne melihatnya, tidak tahu harus bagaimana menceritakan kejadian tadi siang, lalu berpikir sejenak, dia sudah lelah seharian dikantor, tidak perlu membuatnya pusing dengan masalah remeh seperti ini.

“Tidak apa, hanya kurang enak badan saja.”

Ia asal mencari sebuah alasan untuk menutupinya, namun ia lupa dengan kecerdikan William.

“Tidak enak badan? Kalau begitu aku akan memanggil Dokter Nanda untuk memeriksamu.”

Setelah mengatakannya, ia mengangkat ponsel berlagak ingin menelepon.

Bagaimana Jeanne bisa membiarkannya memanggil dokter kemari, ia segera menghentikannya.

“Tunggu.”

Dia menarik William, lalu menatap wajahnya yang tersenyum, ia sadar sudah masuk dalam jebakannya.

“Baiklah, suasana hatiku memang sedang buruk.”

Apa daya, ia hanya bisa mengakuinya.

William mendengar ini, langsung mengkerutkan alis, “Siapa yang membuatmu tidak senang?”

Jeanne menggeleng.

“Tidak ada yang membuatku tidak senang, hanya opini di internet yang membuatku kesal.”

Dia berkata lalu menceritakan apa saja yang ia lihat di internet.

William tidak tahu harus sedih atau senang, namun ia merasa tersentuh.

Bisa dikatakan, ia tidak mengira Jessy akan bertengkar dengan para netizen di internet karena dia, ini sama sekali tidak sesuai dengan Jessy yang ia kenal.

Namun mengingat Jessy yang ada disisinya berbeda 180 derajat dari Jessy yang diceritakan, ia merasa heran, namun tidak memikirkannya.

“Hal ini tidak perlu dipedulikan, hal kecil seperti itu sama seklai tidak ada apa-apanya untukku.”

Dia menenangkan Jeanne.

Namun Jeanne tetap merasa tidak tega.

William melihatnya seperti ini, matanya langsung berbinar, seolah mengingat sesuatu, ia berkata dengan nada menguji : “Atau kamu ingin mengumumkan pernikahan kita?”

Jeanne tercengang, dia sama sekali tidak menyangka William akan bertanya seperti ini.

Dan masalah mengumumkan atau tidak bukan dia yang bisa memutuskannya.

Meskipun akhir-akhir ini dia sengaja melupakan beberapa masalah, namun ia tetap ingat kalau dia bukanlah Jessy yang asli.

Dia tidak tahu apa maksud William mengatakan hal ini, ia mengkerutkan bibirnya sambil bertanya dengan hati-hati : “Sekarang mengumumkannya? Atau biarkan saja, karena nanti mereka pasti akan tetap salah paham.”

William mendengar ucapannya, menatapnya dalam-dalam, ada rasa tidak puas dalam tatapannya.

Dia bisa menlihat, Jeanne agak menhindari masalah ini, namun ia tidak mengatakannya, mengangguk dan setuju.

“Em, sesuai apa yang kamu katakan saja.”

Melewati topik ini, keduanya mengobrol santai sebentar, suasana juga menjadi jauh lebih nyaman.

Setelah makan, keduanya jalan-jalan ke taman.

Meskipun ada sedikit rasa tidak senang, namun aura yang terpancar diantara mereka tetap begitu harmonis.

Moli melihat dari jauh dengan tatapan penuh rasa iri.

Tuannya yang begitu lembut, sama sekali tidak pernah ditujukan padanya sekalipun.

Meskipun dia terluka, tuannya hanya bertanya sebagai formalitas saja.

Semakin dipikir dia merasa semakin tidak berarti.

Bahkan merasa dirinya sama sekali bukan apa-apa dihadapan Tuannya, sama seperti Sierra.

Dia tidak rela, juga takut.

Takut suatu hari tuannya tahu perasaannya, lalu memperlakukannya seperti dia memperlakukan Sierra.

Dan dia seperti kerasukan, begitu pikiran ini muncul langsung sulit untuk ditepis.

Dia berpikir, apa yang harus ia lakukan untuk menjamin tuannya tidak membuangnya.

Atau mungkin, musuh dari musuhmu adalah teman.

Dan ini semua tidak diketahui oleh Jeanne juga William.

Setelah mereka jalan-jalan, lalu naik ke lantai atas dan lanjut bekerja.

……

Keesokan harinya, setelah William dan Jeanne selesai sarapan, langsung berangkat kerja.

Yang ada di ruang makan hanya Moli dan Jeanne.

Moli mendengar suara mobil dari luar, tahu kalau tuannya sudah pergi, tatapannya berpindah kearah Jeanne.

Jeanne merasakan tatapannya, langsung mengkerutkan alis.

“Ada apa?”

Dia bertanya dengan datar.

Moli berdiri dan berkata dengan angkuh : “Jessy, jangan mengira tuan berpihak padamu jadi bisa mengusirku suatu hari nanti, aku tidak akan membiarkanmu melakukan itu!”

Setelah mengatakannya, ia langsung berbalik dan pergi.

Jeanne melihat dirinya yang pergi begitu saja merasa orang ini sangat aneh.

Sejak kapan ia ingin mengusirnya pergi?

Jika bukan karena dia sudah pergi, Jeanne ingin sekali menambahkan, gila itu penyakit, harus diobati!

Tentu saja masalah kecil seperti ini William tidak tahu.

Begitu tiba dikantor, ia langsung fokus kedalam pekerjaannya, tidak berhenti meeting dan meeting.

Setelah sibuk sejak pagi, ia baru bisa beristirahat ketika jam makan siang.

“Presdir, Mogan sudah kembali.”

Tidak lama ketika dia sedang makan, Hans masuk sambil mengetuk pintu, dibelakangnya ada Mogan yang tinggi dan besar.

Melihat ini, William terlihat heran.

Dia melambaikan tangan meminta Hans keluar, lalu meminta Mogan duduk.

“Kapan kembali? Kenapa tidak bilang dulu?”

Dia bangkit dan duduk diseberang Mogan.

Mogan berkata dengan tegas : “Awalnya aku ingin memberitahu kakak, namun diluar negeri sangat kacau, banyak orang yang memperhatikanku, dan aku mendapatkan informasi banyak organisasi yang diam-diam menyelinap masuk kemari, aku takut mereka datang karena mengincarmu, sehingga datang diam-diam, aku berencana melihat situasi disini, jika aman, aku akan langsung kembali.”

William tahu dia kembali karena dia, tentu saja tidak akan mengejar alasannya lagi.

“Baiklah, malam kamu kembalilah denganku, dan kebetulan kamu sudah lama tidak melihat Moli, jika dia melihatmu, dia pasti akan sangat senang.”

Mogan mengangguk, mengingat luka yang diderita Moli, meskipun malam sudah bisa bertemu, ia tetap tidak tahan untuk bertanya.

“Aku dengan Moli sempat terluka, tidak ada masalah bukan?”

William menjawab : “Tidak apa-apa, harusnya sudah cukup membaik.”

Mogan mendengar ini, merasa lega dan menantikan perjumpaan mereka nanti malam.

Novel Terkait

Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Summer
Romantis
4 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
4 tahun yang lalu
Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
4 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
3 tahun yang lalu