Wanita Pengganti Idaman William - Bab 4 Aku Akan Memberimu Pelajaran

Bab 4 Aku Akan Memberimu Pelajaran


Jeanne menggertakkan gigi saking marahnya, lalu melempar telepon genggamnya dengan kencang ke sofa. di saat itu juga telepon genggamnya kembali berbunyi, tanda adanya pesan singkat. Jeanne berdiri diam di posisinya dalam waktu yang cukup lama, baru mengambil kembali telepon genggamnya walau masih ogah-ogahan.


Selanjutnya Jeanne melihat di layar, ada sebuah pesan yang berisikan: Jes, datanglah ke paviliun sejenak, mau ya? pengirimnya nomor yang belum tersimpan.


Telepon genggam ini kan milik Jessy, orang itu memanggil Jessy dengan begitu akrab, pasti dia kenalan Jessy.


Meskipun Jeanne bingung siapa orangnya, tapi ia juga tidak pikir panjang, segera merapihkan sedikit bajunya lalu pergi ke tempat mereka janjian.


Paviliun ini, berada di sebuah bukit di bagian belakang belakang villa. Meski katanya keluarga William hidup dengan mewah dan mendirikan sederet villa di sini, tapi di sebelah tetap saja ada area villa yang luas.


Orang-orang yang bisa tinggal di sini, semuanya adalah orang kaya raya di ibukota. Maka dari itu saat datang kesini, Jeanne bisa melihat banyak pohon mahal yang tinggi besar, juga kerumunan bunga yang bermekaran.


Sekitar 15 menit kemudian, Jeanne sampai ke paviliun, tapi ia malah tidak melihat orang yang mencarinya itu. Saat sedang kebingungan, tiba-tiba ia mendengar ada langkah kaki di atas lantai batu yang perlahan tapi pasti mendekat.


Jeanne mengangkat wajahnya dan melihat ke arah sana, mendapati sebuah bayangan yang tinggi berjalan mendekat dengan santainya. Jas berwarna silver, dipasangkan dengan baju berwarna putih, tampang yang rupawan dan menunjukkan bahwa ia terpelajar, dengan aura yang berkelas dan luar biasa.


Orang tersebut juga membawa sebungkus hadiah besar yang sangat indah. Saat akhirnya Jeanne bertemu orang tersebut, semuanya menjadi gawat. karena, orang tersebut ternyata Bernard!!!


Saat Jeanne mengenalinya, Bernard sudah sampai tepat di hadapannya, dengan senyuman hangat di bibir Bernard, dan matanya yang menatap dalam-dalam dengan ramah.


Bernard: “Jejes, kamu sudah sampai?” Saat Jeanne mendengar kata “Jejes” bulu kuduknya semua berdiri.


Setelah tawa palsunya, Jeanne bertanya: “ada....urusan apa mencariku?”


Seperti mendengar cara bicara Jeanne yang agak menjaga jarak, mata Bernard menunjukkan sedikit kekecewaan namun dengan cepat ia tutupi, kemudian senyum sambil menjawab“tidak ada urusan yang penting, bukannya dulu kamu pernah bilang kamu mau gaun edisi terbatas Givench* itu, kali ini aku pergi ke Milan untuk urusan bisnis, kebetulan juga bertemu seorang teman, lalu aku menghabiskan banyak uang supaya ia merelakan gaun berharga ini.....untuk diberikan padamu!”, sambil bicara ia memegang kotak hadiah dengan kedua tangannya, lalu menyerahkannya ke hadapan jeanne, sorot matanya nampak mengharapkan sesuatu. Jeanne melihat hadiahnya sekilas, wajahnya jadi terlihat agak canggung.


Menurut data yang diberikan Julian, bukan hanya masa depan Bernard terjamin cerah, ia disebut juga sebagai pangeran terpelajar yang terkemuka di ibukota dan berstatus sosial tinggi. Ia pernah menikah kontrak dengan seseorang yang adalah orang kaya penguasa daerah selatan. Keduanya bisa dibilang sepadan, pasangan laki-laki dan wanita yang berbakat. Kemudian tanpa diketahui alasannya,ia mengakhiri kontrak nikah itu. Melihat keadaan yang sekarang ini, kemungkinan besar penyebabnya adalah Jessy! Hanya saja, sepertinya Jessy menganggap dia tidak lebih dari teman!


Soal itu Ber….Bernard,aku sangat berterimakasih kamu mengingat apa yang aku sukai, tapi hadiah ini sangat mahal, aku tidak bisa menerimanya. Lagipula aku sekarang sudah jadi menantu dari keluarga William, seharusnya kamu juga tidak mengajakku bertemu dengan cara seperti ini, kalau saja hal ini tersebar, bisa membuat orang banyak salah paham.” Jeanne berusaha semaksimal mungkin untuk berbicara dengan cara yang tidak langsung. Mendengar hal itu, Bernard tak bisa menutupi perasaannya yang berubah jadi suram “aku tahu caraku ini salah,tapi Jessy, kamu tahu kan, kalau aku…” sebelum ia bisa menyelesaikan kalimatnya, terdengar suara hak tinggi berjalan dari belakangnya yang semakin lama semakin mendekat. Kalau melihat dari posisi Jeanne, bisa melihat dengan jelas Alexa yang berjalan ke arah sini. Untuk sesaat Jeanne merasa sangat kaget. Habislah sudah!


Wanita itu dari awal memang mau mencari-cari kesalahan Jeanne, kalau kali ini ia melihat Jeanne dan Bernard bersama-sama, pasti ia akan membesar-besarkan masalah ini. Kalau itu terjadi, mau Jeanne lompat masuk ke sungaipun ia juga tak bisa dicuci bersih (tidak bisa dianggap tidak bersalah)! Dengan pemikiran itu,Jeanne tidak bicara apapun lagi, ia berbalik dan langsung ingin pergi saja.


Bernard juga melihat Alexa. Wajahnya Nampak sedikit murung, lalu bicara dengan agak kesal:”dia lagi dia lagi!”Jeanne malah masih bengong dan tidak bergerak, lalu buru-buru mendorong Bernard, “kamu masih diam saja untuk apa, masih tidak buru-buru sembunyi? Benar-benar ingin kita ketahuan sama Alexa?”


“tapi gaunnya…..”sanggah Bernard


“tutup mulutmu! Kalau karena hal hari ini timbul salah paham, kita bahkan tak perlu jadi teman lagi!” hati Jeanne sekarang sangat panik, ia hanya bisa memilih untuk memotong kata-kata Bernard dengan kasar dan mengancamnya. Mendengarnya bicara seperti itu, perasaan Bernardpun terluka,ia hanya bisa berbalik badan dan pergi dengan perasaan frustrasi.Tunggu sampai Alexa berjalan jauh, ekspresi Jeanne baru kembali seperti semula. Alexa datang menghampirinya, lalu ia melihat ke sekitar dengan mata tajamnya, seperti sedang mencari sesuatu. Jantung Jeanne sangat deg-degan, tapi raut wajahnya malah berpura-pura tenang.


“kebetulan sekali ya, kok bisa ya aku keluar jalan-jalan sebentar ketemunya kamu juga.” Kata Jeanne


“tak usah pura-pura lagi Jessy! Aku barusan jelas-jelas mendengar ada orang yang lagi bicara di sini. Kamu memang pemberani ya, di luaran kamu melakukan hal-hal yang tidak senonoh ya sudahlah, di sini masih saja berani seperti itu, tunggu sampai aku menemukan bukti-bukti, kita lihat gimana kelakuan busukmu nanti.” Hina Alexa, lalu ia mencari di sekeliling tanpa menyerah, seperti ia benar-benar akan berhenti hanya kalau ia menangkap basah seseorang. Alhasil ia tidak menemukan siapapun! Jeanne duduk manis di meja batu paviliun, dengan tawa palsu ia bertanya “bagaimana pencarianmu? Bagaimana kalau aku panggil aja seseorang untuk datang, supaya bisa membuktikan bahwa kata-katamu itu benar?”


“kamu….” Alexandra saking marahnya tidak mampu berkata-kata lagi, ia hanya bisa memaki dalam hati: wanita jalang! Ia jelas jelas baru saja mendengar suara seorang laki-laki yang bicara, tanpa disangka ia hilang lagi! Lagi-lagi ia bisa kabur dariku! Sebelumnya beberapa kali juga terjadi hal seperti ini, bukan hanya tidak bisa menangkap basah Jeanne, aku malah kenal omel.


Mengingat kembali waktu itu Jeanne menampar Alexa di tempat umum, dendam Alexa yang terkumpul dalam hati semuanya muncul ke permukaan. Sorot matanya berubah jadi kejam, tangan yang awalnya diam di sisi badan, dengan kuat ia angkat ke atas, ia mau menampar muka Jeanne. Jeanne langsung memutar otaknya secepat kilat, ia mau menghindari tamparan ini, matanyapun mulai terlihat marah, dengan suara yang dingin Jeanne berkata “Alexa, apa yang kamu lakukan?” ia? lalu mempelototi Alexa.


“Jeanne, kamu pikir selama kamu tinggal di rumah keluarga William, kamu bisa terus-terusan memanfaatkan kekuasaanmu seperti ini? Aku kasih tahu kamu ya, dengan adanya aku , Alexa, tidak usah berharap banyak! Hari ini, aku mau menggantikan kak William, dan memberimu pelajaran.” Segera setelah ucapannya selesai, Alexa mengangkat tangannya kembali untuk memukul Jeanne.


Jeanne buru-buru bangkit, mengambil 2 langkah besar untuk mundur, niatnya mau menghindar. Akhirnya karena ia tidak memperhatikan langkah yang diambil kakinya, ia terpeleset. 


Jeanne sama sekali tidak bisa mengontrol tubuhnya untuk tidak jatuh ke belakang. “ahh------!” suara kagetnya Jeanne, tangan yang tanpa sadar ia ulurkan, berharap dapat menggapai suatu apapun yang dapat membantunya menjaga keseimbangan, tapi yang dapat ia gapai hanyalah angin.

Novel Terkait

Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
3 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
3 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
4 tahun yang lalu
My Enchanting Guy

My Enchanting Guy

Bryan Wu
Menantu
3 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Star Angel
Romantis
4 tahun yang lalu
Istri kontrakku

Istri kontrakku

Rasudin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu