Wanita Pengganti Idaman William - Bab 194 Hukum Karma

Suara jeritan wanita yang memekikkan tiba-tiba menghancurkan ketenangan di gedung perusahaan Sunarya.

Petugas keamanan yang berdiri di pintu juga terkejut dengan adegan yang terjadi di depannya.

Dia melihat dengan tak berdaya nona yang berpakaian mewah itu jatuh bergulir dari tangga, selama itu dia terus menjerit tak henti, dan suara tulang yang patah.

Setelah belasan detik kemudian, Marina barulah terhenti, tapi wajah yang indah, saat ini menjadi begitu buruk, matanya penuh dengan penderitaan.

Petugas keamanan sangat sigap, segera maju untuk mengangkatnya.

“Sakit! Sakit! Kamu bisa mengangkat orang tidak!”

Bahkan dia sudah terluka, dia tetap tidak bisa mengendalikan sikapnya yang galak dan manja.

Meskipun petugas keamanan sangat tidak senang, tapi tetap menjadi pekerja profesional yang totalitas, membawanya ke rumah sakit.

Sepanjang perjalanan, Marina bisa dikatakan tidak memberikan sedikit pun raut muka yang baik, bukan hanya menyalahkan mobil terlalu lambat, dia juga menyalahkan petugas keamanan mengangkatnya hingga membuatnya terasa sakit.

Bahkan jika pertugas keamanan adalah orang yang sabar, saat ini juga ingin melepaskan tangan dan tidak mau membantunya lagi.

Namun, berpikir bahwa dia adalah pemimpin perusahaan, saat ini, kalau dia membuang muka, takutnya minggu depan dia akan langsung dipecat.

Akhirnya, petugas keamanan membawanya sampai di rumah sakit, setelah menyerahkannya kepada dokter dan suster, dia pun tidak sabar untuk meninggalkannya.

Tentu saja dia juga tidak lupa menyuruh rekan perusahaan agar memberitahu kepada presiden.

Di sisi William sini, mendapat info bahwa Marina jatuh, serta orangnya masih berada di rumah sakit, sedikit terkejut.

Tapi dia tetap menyampingkan kerjaan di tangannya, pergi ke rumah sakit.

Hanya saja, belum menunggu dia masuk ke ruang perawatan, dari kejauhan sudah terdengar suara Marina yang sedang memarahi orang.

Saat dia hendak masuk, sampingnya ada beberapa perawat yang terburu-buru datang.

“Aish, mulai marah orang lagi, benar-benar susah dilayani, tidak tahu bimbingan keluarga seperti apa yang bisa menghasilkan wanita seperti ini.”

“Tidak hanya begitu, para perawat yang ada di ruang perawat sudah pada dimarahi olehnya.”

“Jangan ngobrol lagi, cepat ke sana, kalau telat, dia akan marah-marah lagi.”

Mendengarkan ini, wajah William berubah menjadi sangat gelap, semakin ingin berbalik dan pergi dari sini.

Orang-orang keluarga Sunarya biasanya selalu disambut dengan senang oleh orang sampai ke mana pun, sejak kapan disindir oleh orang seperti ini.

Selain beberapa perawat itu, bahkan dia sekarang yang sedang mendengar suara marah-marah dari Marina, dirinya sendiri pun merasa sangat memalukan.

Dia masih memiliki semangat untuk memarahi orang, tampaknya dia tidak apa-apa.

Saat William hendak pergi, sekali lagi terdengar suara Marina yang marah-marah dengan manja dari ruang perawat.

“Rumah sakit apaan ini, bukannya katanya tidak sakit lagi setelah beberapa saat, kenapa sampai sekarang masih sakit, panggil kepala pengurus rumah sakit kalian sini, aku ingin melapor kalau kalian menggunakan obat palsu.”

Marina menatap beberapa perawat yang ada di depannya dengan penuh kemarahan, melampiaskan pada mereka kemarahan yang timbul karena William dan Sierra.

“Dan kalian, membalutku menjadi seperti apaan ini, ini adalah tangan, bukan kaki babi, balut seperti ini, bagaimana aku keluar bertemu orang lain, apakah kalian tahu aku siapa?

Mendengarkan ini, urat di dahi William berdenyut.

Saat Marina ingin memanfaatkan identitasnya untuk menakuti perawat, dia kembali ke ruang perawatan dengan wajah gelap.

“Marina Sunarya! Tutup mulutmu!”

Nama disertai dengan marga, bisa dilihat betapa marahnya dia.

Marina pun terkejut, kemudian teringat hal yang dilakukannya, seketika sok kuat dengan menopang punggungnya, berkata dengan nada tidak baik: “Untuk apa kamu datang?”

William sama sekali tidak ingin menghiraukannya, sekilas meliriknya dengan tatapan dingin, memutar kepala dan bertanya pada perawat mukanya pucat.

“Bagaimana kondisinya, perlu dirawat di rumah sakit kah?”

Dokter dan para perawat melihat bahwa akhirnya ada yang bisa mengatur pasien ini, seketika pun merasa lega.

“Nona ini tidak apa-apa, cuman terjadi dislokasi persendian saja, sudah dibenarkan serta dibalut, hanya perlu istirahat untuk sementara waktu.”

William mengangguk, berkata pada beberapa perawat dan dokter bahwa sudah menyusahkan mereka, langsung mengalih pandangannya ke Marina. “Tante, pulang.”

Ini jauh lebih dingin dibandingkan dengan nada perkataannya saat berkata pada dokter dan perawat.

Marina tidak berani melampiaskan emosinya, hanya dengan turut mengikutinya dari belakang.

Setelah William menjemputnya, langsung pulang ke rumah Sunarya.

Sepanjang perjalanan menuju rumah, keduanya tidak berbicara.

Baru saja turun dari mobil, kebetulan ketemu Jeanne yang baru saja pulang dari kerja.

“William.”

Jeanne melihat William, menyapanya dengan senang, hendak menghampirinya dan pulang ke rumah baru bersamanya, tapi setelah berjalan satu langkah, dia berhenti.

Dia terbengong melihat Marina yang turun dari mobil William.

Terlihat tangannya digantung di leher, serta tangannya itu sangat bengkak, seperti kaki babi yang direndam di air.

Saat ini, Marina juga melihatnya, ekpresinya seketika memburuk.

Dia ikut William masuk ke pintu utama dengan raut muka gelap.

Jeanne melihat mereka kemari, secara alami berjalan ke sisi William.

Dia melirik Marina sekilas, tidak bisa tahan penasaran di hatinya, menarik-narik lengan baju William, bertanya dengan suara kecil, “apa yang terjadi dengan tante?”

Mendengar ini, William sekilas memelototi Marina, berkata dengan suara dingin: “jatuh dari tangga.”

“Hmmpphh…..”

Jeanne tidak tahan, tertawa mengeluarkan suara.

Marina memang awalnya sudah memperhatikan mereka berdua, tentu saja tidak melewati percakapan mereka, saat ini melihat Jeanne tertawa, dia seketika menjadi marah lagi.

“Tertawain apa!”

Dia memarahi dengan suara tajam.

Jeanne sama sekali tidak takut, menatapnya dengan merasa bahagia akan penderitaannya

“Karena lucu makanya ketawa.”

Selesai berkata, dia memandang tangan Marina, berkata dengan mengigit gigi: “Melihat tante seperti ini, membuatku teringat satu kalimat, tidak tahu apakah tante pernah mendengarnya.”

“Apa?”

Marina secara naluriah bertanya.

Jeanne mengangkat sudut bibirnya dan tertawa sinis: “yaitu hukum karma, tidak akan melepaskan siapapun, awalnya aku tidak percaya sebelumnya, tetapi setelah melihat tante, aku menjadi percaya.”

Marina mendengar ini, awalnya yang sudah marah, seketika kemarahannya pun meledak.

Bagaimana mungkin dia tidak mengerti bahwa Jeanne sedang menyindirnya.

“Jessy!”

Dia berteriak dengan menggertakkan gigi, semakin ingin menghancurkan wanita ini!

William melihat keduanya mulai akan bertengkar lagi, mengerutkan alis dan berkata dingin: “Jessy, bagaimana caramu bicara dengan tante?”

Jeanne awalnya mengira pria ini akan membantu Marina lagi, hatinya terpaku, akhirnya terlihat wajahnya adalah sengaja berpura-pura tegas, kedua matanya penuh dengan senyuman.

Terlihat jelas dia bukan benar-benar marah, tapi berpura-pura untuk dilihat Marina.

Saat ini, Jeanne langsung mengerti maksud dari pria ini.

“Baiklah, aku salah, tante, aku seharusnya tidak begitu menertawakanmu.”

Marina terbengong karena permintaan maafnya.

Belum menunggu dia respons, terdengar Jeanne melanjutkan: “kalau sudah salah, seharusnya dihukum, tante, sekarang aku segera kembali ke kamar dan merenungkan kesalahanku, aku pergi dulu.”

Selesai berkata, dia mengedip-ngedipkan mata pada William, lalu berbalik badan dan langsung lari.

Melihat sosoknya yang pergi, ekspresi dingin di wajah William melembut tanpa disadari.

Dia tidak menyangka wanita ini masih ada sisi nakalnya, terlihat dia tersenyum sambil memandang ke arah kepergian Jeanne.

Juga karena suara ini, Marina perlahan-lahan sadar.

Dia melihat keponakannya yang tampaknya bersuasana hati lumayan baik, melihat lagi wanita murahan yang sudah pergi, bagaimana mungkin masih tidak tahu bahwa dirinya dipermainkan oleh Jessy si murahan itu.

Seketika, dia marah hingga tujuh lubang pada tubuh mengeluarkan asap.

Novel Terkait

Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Paling Mahal

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
4 tahun yang lalu
Mendadak Kaya Raya

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu
Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
4 tahun yang lalu
Loving Handsome

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
4 tahun yang lalu
A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu
The True Identity of My Hubby

The True Identity of My Hubby

Sweety Girl
Misteri
4 tahun yang lalu
Kakak iparku Sangat menggoda

Kakak iparku Sangat menggoda

Santa
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu