Wanita Pengganti Idaman William - Bab 452 Selamanya Tidak Akan Memaafkannya

Keesokannya, Jeanne menerima telepon dari Julian untuk mengajaknya bertemu.

Dia tahu kalau dia tidak bisa menolaknya, ia mengajak Moli ke café yang dijanjikan.

Namun seperti biasa, Moli ditahan oleh orang bawahan Julian diluar café.

“Katakanlah, ada apa lagi?”

Setelah Jeanne duduk, ia langsung bertanya.

Julian juga tidak ingin berbasa-basi, ia langsung mengambil dokumen disampingnya lalu melemparkannya pada Jeanne.

“Didalamnya ada surat perjanjian kerja, bawa pulang, tidak peduli bagaimanapun caranya kamu harus membuat William mau tanda tangan .”

Alis Jeanne mengkerut, menandakan bahwa ia tidak menyetujuinya, ia membuka dokumen itu dan membaca isi dokumen, dan yang ada didalamnya ternyata adalah surat perjanjian kerja antara Yansen dan Sunarya Group.

“Apa maksudmu ini? Bukankah sudah jelas sekali William menolak untuk masalah ini?”

Dia meletakkan dokumen dan menatap Julian dengan tajam.

Julian tidak bergeming, berkata dengan senyum dingin, “Terus kenapa kalau sudah menolak? Aku tahu kamu punya ide untuk membuat William setuju, kamu harus mengikuti apa yang kukatakan! Jangan lupa waktu satu tahun yang kamu minta padaku, dalam jangka waktu setahun ini kamu harus mendengarkanku!”

Jeanne mendengarnya mengungkit masalah perjanjian mereka selama setahun, tangan yang ia pangku mengepal dengan erat.

ia tidak bisa menyerang, hanya bisa bertanya : “Apa yang sebenarnya kalian inginkan? Kenapa harus bekerja sama dengan William?”

Julian meliriknya dengan dingin, lalu berdehem : “Mau melakukan apapun kamu tidak punya hak untuk tahu, pokoknya kamu lakukan apa yang kusuruh dengan benar, yang tidak perlu ditanyakan tidak perlu ditanyakan!”

Jeanne sangat kesal, ingin sekali ia melempar dokumen itu ke wajah Julian.

Sayangnya dia tidak punya keberanian untuk itu, hanya bisa melihatnya pergi bersama orang bawahannya.

Moli melihat apa yang terjadi diantara ayah dan anak itu dari samping, rasa heran dalam hatinya semakin lama semakin besar.

Namun ia tidak menanyakan apapun, lalu kembali ke kediaman Sunarya bersama dengan Jeanne tanpa mengatakan apapun.

Setelah pulang, Jeanne langsung mengurung diri dalam kamar.

Tanpa terasa waktu berlalu begitu saja.

Sore tiba dengan cepat, William sudah kembali dari kantor.

Jeanne sudah biasa turun menyambutnya, tapi hari ini menghadapi William, membuatnya tidak bisa mengatakan apapun.

Dia sungguh tidak tahu harus bagaimana mengungkit masalah ini.

Dan William juga merasakan keanehan dalam dirinya, ketika kembali ke kamar, William menariknya ke sofa dan menanyakannya : “Ada apa? Sepertinya ada yang ingin kamu katakan padaku.”

Jeanne menatap pria yang berjarak begitu dekat darinya, ia sudah mempersiapkan perkataannya, namun ia tetap tidak mempunyai keberanian untuk mengatakannya.

Dia tidak ingin memaksa William melakukan hal yang tidak ingin ia lakukan, tapi Julian dan Jessy begitu kukuh ingin William bergabung, ia takut ada perangkap yang tidak diketahui orang.

Namun jika ia tidak mengatakannya, ibunya akan dalam masalah.

Kedua orang ini begitu kejam, demi mencapai tujuan mereka rela menghalalkan segala cara, dia juga tidak mungkin tidak mempedulikan nyawa ibunya.

Memikirkan ini, hatinya begitu bimbang.

Dia sangat benci Julian yang selalu menggunakan ibunya untuk mengancamnya, namun setiap kali ia tidak pernah berdaya menghadapinya.

Meskipun ia bisa saja tidak mempedulikan semuanya, dan membeberkan semuanya.

Namun jika ia melakukan itu maka hubungannya dengan William akan berakhir.

Bagaimanapun ia bukan Jessy yang asli, jika sampai William mengetahui kalau dia sudah menipunya, berdasarkan sifatnya yang arogan dan keras pada aturan, selamanya William tidak akan bisa memaafkannya.

“Bukan masalah yang besar, ada sedikit masalah dalam desain, tadinya aku ingin bertanya padamu, namun setelah dipikir-pikir, rasanya tidak etis untuk seorang desainer sepertiku bertanya pada orang awam sepertimu, sehingga merasa agak bimbang.”

Jeanne menekan perasaan perihnya, asal mencari sebuah alasan dan menjawab pertanyaan William, namun ini malah membuat William merasa semakin curiga.

Karena dia tahu, jika seorang desainer bertemu masalah desain yang pelik, suasana hatinya akan seperti cuaca di musim pancaroba yang berubah tidak beraturan.

“Tanya padaku kenapa harus merasa malu, bukankah kamu mengatakan kalau aku ini berbakat? Kalau begitu aku pasti lebih hebat darimu dong.”

Dia berpura-pura memuji dirinya sendiri berharap bisa membuat Jeanne rileks dan mau bercerita.

Jeanne juga bisa merasakan apa yang ia rencanakan, setelah mereka bercanda sesaat perasaan yang begitu manis, akhirnya ia menyuruh William mandi.

Setelah melihatnya menghilang di balik pintu kamar mandi, senyuman diwajahnya sepenuhnya lenyap.

Meskipun suasana tadi cukup baik, namun ia tetap tidak sanggup mengatakannya, bagaimana ini?

Ketika Jeanne sedang bimbang, William sudah selesai dan keluar dari kamar mandi.

Melihat ini, Jeanne langsung menyimpan perasaan bimbangnya, lalu bangkit membantu William mengeringkan rambut.

William melihat bayangan mereka yang terpantul diatas tembok, merasa sangat puas, ia berharap bisa terus seperti ini sampai tua.

Ketika ia memikirkan hal ini, ia sendiri terkejut.

Bisa-bisanya ia ingin bersama dengan Jessy sampai tua!

Dalam sekejap, dia menatap bayangan di tembok sampai agak melamun.

Jeanne juga tidak merasakan ada yang aneh pada dirinya, melihat rambutnya sudah mulai kering, ia pun menghentikan gerakan tangannya.

“Sudah, ayo kita turun untuk makan.”

William tersadar dari lamunannya, lalu merapikan perasaannya yang kacau dan turun untuk makan.

Malamnya, mereka berdua sibuk dengan urusan mereka masing-masing.

Lalu karena Jeanne terus memikirkan masalah dokumen itu, membuat hatinya tidak bisa tenang.

Setiap sketsa yang ia buat selalu ada saja kesalahan kecil, dan hingga akhir ia memilih untuk menyerah saja.

Karena dia tahu dia sedang tidak mood bekerja, pikirannya sama sekali tidak beraturan, jika ia lanjutkan hanya akan merusak karyanya.

Mengingat ada masalah yang mengganjal di hati namun tidak ada teman yang diajak bertukar pikiran, Jeanne turun ke bawah dan mengambil sebotol wine di lemari bar dan kembali ke kamar.

Mungkin mabuk adalah cara yang paling tepat untuk pelampiasannya sekarang.

Sebenarnya sekarang dia sudah menyesal, menyesal perjanjiannya dengan Julian selama setahun.

Jika dulu dia tidak menyetujuinya, mungkin dia tidak akan menjadi serba salah seperti ini, bahkan kehilangan dan kesucian juga kehilangan cintanya seperti ini.

Sudah jelas-jelas tidak bisa memiliki, namun ia tetap saja tidak mampu bertahan dari godaan kelembutannya.

Dan kenyataan tidak bisa dia tolak.

Jika tidak menyetujui, dia akan kehilangan keluarga satu-satunya………..

Begitu ia memikirkannya, ia langsung meminum dua gelas besar sekaligus.

Lama kelamaan, tanpa sadar ia sudah menghabiskan sebotol wine seorang diri, dirinya juga sudah lumayan mabuk.

Pipinya terlihat merona karena mabuk, kedua matanya setengah terpejam dan ada air mata disudutnya.

Memeluk botol wine yang sudah kosong duduk di balkon merasakan angin yang bertiup.

Ketika William sudah menyelesaikan pekerjaannya, melihat pemandangan ini.

Ia mencium aroma alkohol yang menyerbak, alisnya langsung mengkerut, matanya langsung tertuju pada Jeanne.

Terlihat jelas aroma alkohol itu berasal dari dirinya.

Ia merasa aneh, hal apa yang membuatnya pusing sampai harus mabuk-mabukan.

Meskipun dalam data yang ia kumpulkan Jessy adalah wanita yang sangat suka minum alkohol, namun selama bersama dengannya, dia menyadari kalau wanita ini hampir tidak pernah menyentuh alkohol, apalagi kemampuannya menahan alkohol hanya 3 gelas.

Terlihat jelas kalau ada banyak hal yang ditutupi darinya.

“Aku sangat menderita.”

Jeanne tidak tahu William sudah kembali.

Dia meminum sebotol wine, menghirup angin sepoi yang bertiup, seketika kepalanya menjadi sakit, membuat wajahnya mengkerut karena sakit.

Dia berusaha untuk bangun, namun ia sudah terlalu mabuk dan pusing sehingga langsung terjatuh ke depan.

Ketika hampir jatuh ke lantai, ia merasa sebuah tangan yang begitu kuat merangkulnya.

Novel Terkait

Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu
Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
4 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
My Charming Lady Boss

My Charming Lady Boss

Andika
Perkotaan
5 tahun yang lalu
Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
4 tahun yang lalu
The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
4 tahun yang lalu
Dewa Perang Greget

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
5 tahun yang lalu