Wanita Pengganti Idaman William - Bab 470 Merasa Terharu Dan Juga Merasa Bersalah

Pada malam hari, pembantu datang mencari Jeanne untuk mengabarinya makan malam sudah siap, tetapi meskipun dia sudah mengetuknya berulang kali, tetap tidak ada jawaban apapun dari dalam kamar, hal ini malah membuat Moli datang.

"Ada apa?"

Saat pembantu melihat Moli, dia segera menjawabnya : "Aku tidak tahu apa yang terjadi kepada nyonya muda, tidak ada jawaban sama sekali dari dalam kamar, makan malam sudah siap."

Saat Moli mendengar hal itu, dia melirik sekilas pintu kamar lalu menjawab dengan dingin : "Ya sudah kalau tidak ada jawaban, kamu suruh bagian dapur untuk memanaskan makanannya, tuan akan kembali agak malaman."

Pembantu mengangguk lalu berbalik dan melakukannya.

Kemudian William kembali sambil membawa tas kerja di tangannya.

Saat Moli melihatnya dari ruang tamu, dia segera tersenyum dan meniru apa yang pernah dilakukan oleh Jeanne, dia menghampirinya lalu ingin mengambil tas kerja dan pakaian dari tangan William.

Saat William melihat apa yang dia lakukan, dia mengerutkan keningnya dan tidak memberikan barangnya kepadanya.

Dia melihat sekilas kearah ruang tamu dan tidak melihat orang yang ingin dia temui, dia merasa sedikit kecewa.

"Nyonya muda dimana?"

Moli memang sudah merasa tidak senang karena penolakan William, saat ditambah lagi dengan mendengar pertanyaan William, wajahnya langsung berubah muram.

Namun saat William melihat kearahnya, dia langsung merubah ekspresinya, dia menjawab sambil tersenyum : "Nyonya muda ada di dalam kamar."

William mengangguk, dia melewati Moli lalu langsung melangkah ke kamar yang ada diatas.

Moli melihat punggungnya yang menjauh, matanya penuh dengan rasa tidak rela dan rasa sakit.

Kapan tuan bisa melihat perasaannya.

Di saat yang sama, William juga berjalan ke dalam kamar.

Ketika dia membuka pintu dan masuk ke dalam, dia langsung melihat orang yang berada di atas ranjang, dia mengira kalau Jeanne sedang istirahat, gerakannya tanpa sadar berubah menjadi sangat pelan.

Namun seiring dengan waktu yang berlalu, dia merasa ada yang tidak beres.

Meskipun awalnya dia masuk ke dalam secara perlahan, namun kemudian dia pergi mandi dan juga mencari pakaiannya, menurut kebiasaan tidur wanita ini yang mudah sekali terbangun, seharusnya dia sudah terbangun dari tadi, kenapa saat ini dia masih berbaring di atas ranjang dan tidak ada respon sama sekali, apakah dia masih marah kepadanya karena hal yang kemarin?

Saat dia sedang berpikir yang tidak-tidak, pembantu mengetuk pintu dari luar kamar.

"Tuan muda, nyonya muda, makan malam sudah siap, sekarang sudah bisa makan."

"Aku tahu."

William menjawabnya dengan suara yang terdengar berat, kemudian dia mengarahkan tatapannya ke atas ranjang, "Bangun, meskipun kamu sedang marah kepadaku, kamu juga tidak perlu melampiaskannya kepada tubuhmu, kamu jangan lupa kalau lambungmu baru saja sembuh."

Selesai mengatakan hal itu, dia diam menunggu Jeanne bangun.

Akan tetapi setelah menunggu beberapa menit, orang yang berada di atas ranjang tetap tidak bergerak sedikitpun, dia tanpa sadar mengerutkan dahinya.

"Jessy!"

Dia dengan dingin memanggilnya sekali lagi.

".........."

Orang yang berada di atas ranjang tetap tidak bersuara.

Akhirnya kesabaran William sudah habis, dia melangkah besar-besar ke samping ranjang dan langsung menyibakkan selimut yang menutupi tubuh Jeanne.

Dia melihat di bawah selimut, sepasang mata Jeanne tertutup rapat, karena panasnya tinggi, di kedua pipinya jelas terlihat warna merah yang tidak wajar, anak-anak rambut yang tersebar di dahinya melekat ke kulitnya dikarenakan keringat yang mengalir keluar.

William hanya melihatnya sekilas saja dan langsung dapat merasakan ada yang tidak beres.

"Jessy, bangun."

Wajah William sedikit berubah, dia mendekat dan menepuk Jeanne, ingin membangunkannya, akan tetapi suhu tinggi yang dirasakan oleh tangannya membuatnya sangat terkejut.

"Kenapa begitu panas?"

Dia berseru kaget, wajahnya terlihat sangat khawatir.

Dia segera menelepon dokter Nanda, kemudian pergi ke kamar mandi untuk mengambil handuk basah dan mulai mengompres Jeanne untuk menurunkan suhu tubuhnya.

"Panas sekali......sakit....."

Jeanne akhirnya sedikit sadar karena disebabkan oleh air dingin yang menyentuh kulitnya, dia bergumam dengan tubuh yang terasa sakit.

William segera membantu Jeanne untuk membuka pakaian kerjanya.

Saat ini Jeanne kembali berkata haus.

Tanpa merasa itu adalah hal yang merepotkan, William segera pergi menuangkan air lalu memeluk Jeanne ke dalam pelukannya kemudian membantunya minum secara perlahan-lahan.

Karena perawatan darinya, tubuh Jeanne yang bagaikan dibakar oleh api akhirnya terasa sedikit lebih baik, namun kelopak matanya tetap terasa seberat ratusan kilogram, membuatnya tidak bisa membuka matanya.

Akan tetapi saat dia mencium aroma tubuh seseorang yang dikenalnya dengan baik itu, dia akhirnya tahu siapa yang sudah merawatnya, hal ini membuat dirinya merasa terharu dan juga merasa bersalah.

Hanya saja karena tubuhnya masih sakit, setelah pikirannya sempat sadar sebentar, dia kembali tertidur.

Namun William tidak tahu akan hal ini.

Dia melihat Jeanne yang tadi masih berbicara dengannya mengerutkan dahinya lalu tertidur, dia merasa sangat khawatir.

Terlebih suhu tubuhnya masih belum turun juga, dia terpaksa menelepon dokter Nanda sekali lagi untuk mendesaknya agar segera datang.

"Tidak usah telepon lagi, aku sudah datang."

Pada saat ini, suara dokter Nanda terdengar dari depan pintu.

Dia melihat sekilas keadaan di dalam kamar, wajahnya terlihat penuh dengan rasa tertarik : "Tsk, aku sudah lama tidak melihat wajahmu yang begitu khawatir seperti ini."

William meliriknya dengan dingin : "Sudah datang bukannya segera kemari dan memeriksanya, memangnya aku menggajimu dengan sangat tinggi hanya untuk membiarkanmu berbicara omong kosong disini?"

Nanda dapat mendengar amarah yang terkandung di dalam perkataannya barusan, dia segera merubah ekspresinya lalu menenteng tas peralatan dokternya dan masuk ke dalam untuk memeriksa Jeanne.

Beberapa menit kemudian, Nanda kira-kira sudah mengetahui keadaan Jeanne saat ini, dia membuka resep sambil berkata dengan sinis kepada William.

"Tadi aku berkata kalau kamu begitu khawatir karena kamu peduli kepadanya, tetapi dia sudah panas sampai 40 derajat kamu bahkan tidak mengetahuinya lebih awal, jika telat sedikit saja, maka dia akan terkena paru-paru basah!"

William mendengarkannya dengan diam, raut wajahnya benar-benar tidak enak dilihat.

Dia merapatkan bibirnya dan berdiri di depan ranjang sambil menatap Jeanne yang sedang tidur, di matanya terlihat emosi yang tidak biasa.

Saat Nanda melihat hal itu, tidak tahu apakah karena raut wajah William tidak enak dilihat, dia tidak mengatakan apapun lagi, dia berkonsentrasi membantu Jeanne untuk menurunkan demamnya.

"Sudah, tunggu cairan di botol infus ini habis, demamnya juga harusnya sudah turun, nanti jangan biarkan dia terkena angin, jangan makan makanan yang terlalu asin, setelah 2 hari istirahat maka dia akan baik-baik saja."

Setelah dia menyelesaikan langkah pengobatannya yang terakhir, dia mengingatkan William.

William mengangguk : "Sudah merepotkanmu."

Nanda menggeleng, melihat keadaannya saat ini, dia pasti tidak memiliki keinginan untuk menerima tamu, jadi dia berinisiatif untuk pamit dan pergi dari sana.

William memanggil kepala pelayan untuk mengantarnya ke depan, sedangkan dia menjaga Jeanne sampai botol infusnya habis, setelah panas Jeanne sudah turun, barulah dia menghela nafas lega dan keluar dari dalam kamar.

"Panggil semua orang di rumah ini untuk datang ke ruang tamu!"

Setelah William keluar kamar, dia segera memerintahkan kepala pelayan dengan muram.

Saat kepala pelayan melihat hal itu, dia tanpa sadar tersenyum pahit.

Semenjak dia tahu kalau Jeanne demam dan pingsan di atas ranjang, dia sudah mengira setelah Jeanne sudah selesai diobati, tuan muda pasti akan membuat perhitungan dengan mereka.

Tidak lama kemudian, semua pembantu yang berada di rumah baru berkumpul di ruang tamu, mereka juga sudah tahu soal Jeanne yang demam dan pingsan, mereka satu demi satu berdiri dengan cemas.

Moli juga sudah mendengar tentang hal ini, dia keluar dari dalam kamar dengan mengerutkan keningnya sambil melihat ruang tamu yang ada di bawah.

"Aku ingin tahu, kenapa hari ini nyonya muda sudah panas seharian tetapi tidak ada satu orangpun di rumah ini yang tahu?"

Di ruang tamu, William melihat sekilas para pembantu yang ada di hadapannya dengan tatapan yang terlihat dingin.

Udara dingin yang dipancarkan olehnya semakin membuat para pembantu gemetar ketakutan.

"Tuan muda, setelah nyonya muda kembali dari kantor, nyonya muda langsung kembali ke kamar, saat siang hari kami ada memanggil nyonya muda, namun nyonya muda tidak menjawab kami, kami mengira kalau nyonya muda tidak membutuhkan kami, jadi kami tidak mengganggu nyonya muda."

Ada seorang pembantu yang bernyali cukup besar tidak dapat menahan dirinya untuk tidak maju dan berbicara untuk mereka.

Menurut dirinya, jika nyonya muda merasa tidak enak badan, maka seharusnya memanggil mereka, selain itu kamar tidur adalah tempat yang paling penting di rumah seorang majikan, jika tidak ada instruksi dari majikan, mereka mana berani masuk ke dalam.

William juga mengerti maksud perkataannya, namun dia tetap tidak dapat menahan dirinya untuk tidak marah.

"Aku tidak peduli apapun alasannya, hal ini bisa terjadi karena kalian tidak bekerja dengan baik, paman Sam, potong bonus semua orang bulan ini!"

Novel Terkait

Husband Deeply Love

Husband Deeply Love

Naomi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Seberapa Sulit Mencintai

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu
After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu
Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
4 tahun yang lalu
Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milea Anastasia
Percintaan
4 tahun yang lalu
Chasing Your Heart

Chasing Your Heart

Yany
Dikasihi
3 tahun yang lalu