Wanita Pengganti Idaman William - Bab 16 Kehidupan Malammu Kan Sangat Sibuk

Bab 16 Kehidupan Malammu Kan Sangat Sibuk

Dari pojok kamar rawat Jeanne melihat Alexa yang membesar-besarkan masalah kecilnya dan menipu seluruh keluarga ini, hati kecilnya berkata wanita ini “pintar” sekali ya, kemampuan bersandiwaranya bisa mengalahkan pemenang Oscar. Alexa terus-terusan mengeluh kepalanya sakit, nyonya Thea yang di sisinya jadi sangat khawatir.


William menatap Alexa sambil mengernyitkan alisnya, melihat Alexa yang kesakitan dan tidak seperti dibuat-buat sakitnya, kemudian membantu mengurus prosedur rawat inapnya. Sampai segalanya sudah beres baru William menyuruh Alexa: “kalau begitu istirahatlah dengan baik.”


Alexa jadi sangat gembira mendengar kata-kata William yang perhatian. Siapa sangka, dalam sekejap mata, William berbalik badan dan berkata pada Jeanne, “ayo pulang, aku antar kamu dulu. Nanti sorean suruh pembantu datang ke sini saja.”


Jeanne menganggukkan kepalanya, melihat papa dan mama William yang mengelilingi Alexa dengan penuh kehangatan, lagipula mereka juga memang tidak menyambut kehadiran Jeanne di sini, tidak ada perlunya seluruh anggota keluarga menghabiskan waktunya di sini, mereka berdua keluar sambil bergandengan.


Meskipun Alexa terus-terusan mengeluh kepalanya sakit, tapi ia sebenarnya diam-diam memperhatikan mereka, melihat mereka yang pergi begitu saja, raut wajahnya semakin lama 

semakin buruk.


Kenapa? kenapa kak William tidak tinggal dan menjaga aku? Bukannya William khawatir padaku? Tadi saja ia membungkus lukaku... pikir Alexa.


Seluruh tubuh Alexa gemetar saking marahnya, tapi mereka berdua sudah hilang tanpa jejak dari kamar rawat sejak tadi, iapun tidak bisa memberitahu nyonya Thea, hanya bisa diam-diam merasa tercekik dengan amarahnya. Setelah melalui semua masalah ini, wajah Jeanne dan William sudah nampak agak mengantuk.


Setelah masuk ke rumah dan melepaskan jaket, Jeanne baru merasa agak lebih nyaman. Sambil William membantu menggantungkan baju Jeanne, ia juga sambil menyuruhnya: 

“istirahatlah baik-baik”


Saat ini kedua kelopak mata Jeanne sedang berusaha keras, ia juga sudah tidak ada tenaga untuk bicara lagi, mengangguk saja ke arah William.


Meskipun kamar utama sudah dibersihkan, Jeanne juga tidak terlalu ingin tinggal di sana lagi, langsung saja ia kembali ke kamar tamu.


Belum lama ia tidur, ia merasakan ranjang yang ia tiduri agak tertekan ke bawah. Segera setelahnya ada sebuah tangan yang menjulur dari belakang Jeanne yang memeluknya, nafasnya yang hangat membuat orang nyaman tiada tara. Jeanne mendekap dalam pelukannya, dan kembali tidur.


Mereka berdua sudah bertahan di posisi tersebut cukup lama, sejak malam itu malah tentram dan tidak ada masalah sama sekali. Pagi hari di keesokan harinya, Jeanne dan William baru saja bangun tidur, kakek David sudah mengirim orang datang membangunkan dan menyuruh mereka menyantap sarapan. Tidak berani membuat kakek menunggu lama, Jeanne dan William buru-buru membersihkan diri, segera turun dan pergi ke tempat kakek David berada.


Tempat kakek David tinggal sangat unik dan antik, dengan warna merahnya kayu mahoni sebagai dasar, perabotan rumah tangga juga lebih ke arah China tradisional, di dinding bahkan tergantung banyak lukisan kaligrafi, di meja tulis di dekat sana juga ada jejak bekas tinta kaligrafi, terlihat penuh cita rasa.


Saat Jeanne dan William pergi ke sana, kakek David sudah berada di ruang makan, tangannya memegang sebuah koran. Melihat mereka berdua masuk bersamaan, kakek David jadi sangat senang, lalu melambaikan tangannya ke Jeanne dan berkata, “Jessy, sini! Ayo sini! Duduk di sebelah kakek.”


Kakek yang sekarang ini nampak seperti sedang membujuk dan berusaha menenangkan anak kecil. Wajah kakek David terlihat amat baik, suaranya juga sangat halus dan hangat. Ini pertama kalinya ada orang yang memperlakukan Jeanne sebaik ini sejak Jeanne datang tinggal di rumah William, ia agak merasa kaget karena perlakuan baik itu.


Jeanne mengangkat kepalanya dan melihat ke arah William, melihat tidak ada tanda-tanda darinya, Jeanne langsung duduk manis di sebelah kakek David. Pembantu yang ada di sana juga sudah mulai menata meja dengan makanan. Kakek David menarik tangan Jeanne dan berkata“aku sudah mendengar soal kejadian semalam, itu bukan salah kamu kok, kamu anak yang baik” sambil bicara kakek David juga menepuk-nepuk tangan Jeanne, matanya yang menatap Jeanne seakan terlihat dipenuhi rasa sayang dan menghargai.


Jeanne tidak menyangka kalau sebenarnya alasan kakek David memanggil mereka berdua untuk sarapan itu tujuannya untuk menghibur dia, Jeanne tertawa sambil berkata: “kakek tenang saja ya, aku tidak akan memasukkannya dalam hati kok.” mendengar Jeanne bicara seperti itu dengan ekspresi wajah yang tidak tampak di buat-buat, kakek David jadi lebih gembira lagi, hatinya juga puas terhadap sikap Jeanne “baiklah, ayo kita makan, suka yang mana ambil banyakkan saja.”


Jeanne melihat dan mendapati kalau meja makan itu penuh dengan makanan yang ia suka, ia semakin merasa berterimakasih atas keramahan kakek David. “kakek juga makan ya.” 


Jeanne membalas kebaikkannya, Jeanne mengerahkan tangannya dan menjepit dengan sumpitnya sebuah lauk untuk kakek David, “makanan ini dapat mengurangi kadar lemak di darah, teksturnya juga lembut walau garing, kakek cobain juga ya.”


Melihat Jeanne yang begitu bertata krama, tawa kakek David semakin membesar sampai ia tak bisa menutup mulutnya rapat-rapat, tatapannya ke Jeanne seakan ingin memanjakannya. William melihat mereka tanpa bersuara, suasana di meja makan terasa menyenangkan. William yang selama ini selalu dingin, ujung bibirnya ternyata juga sedikit naik menandakan 


senyum yang tidak mudah di lihat kasat mata oleh orang lain.


“kakek, aku masih ada banyak urusan di kantor, pergi dulu ya.” setelah makan secukupya, William bicara sembari bangkit dari kursinya, selama ia berada di sana, asistennya sudah mengirimi William banyak pesan.


Pembantu yang ada di sana sudah peka dan dengan sendirinya mengambilkan jaket William. William sedang mau meraih jaket tersebut saat kakek David berteriak dan menghentikannya, “berhenti! Perusahaan, kantor itu sehari tidak ada kamu juga tidak akan bangkrut. Sudah susah payah pulang kali ini, aku bahkan tidak melihatmu menemani Jessy jalan-jalan? Mana ada suami, kepala rumah tangga yang seperti kamu.”


Muka kakek David terlihat sangat galak, ia menarik tangan Jeanne dan protes demi menantu anaknya ini. Saat William masih mau menjelaskan beberapa kalimat, kakek David langsung mengangkat tangannya, ia memotong kata-kata William dan berkata: “sudah, cukup, hari ini tugas kamu itu menemani Jessy jalan-jalan ke mana-mana, kamu tidak diijinkan untuk pergi ke kantor.” sambil bicara kakek David sambil mengedipkan matanya secara diam-diam ke arah Jeanne.


Hati Jeanne terasa hangat, tapi karena ia berpikir William juga paling benar-benar ada urusan penting, ia berkata dengan perhatian, “aku tidak masalah, kamu pergi urus kerjaanmu saja.” meskipun kakek melakukannya demi Jeanne, tapi Jeanne juga tidak ingin mengganggu dan menghambat urusan kerjaan William.


“ya sudah kalau gitu jalan-jalan saja!” William berkata sambil memakai jaketnya.

“hah?” Jeanne jadi agak kaget, tapi dengan tatapan mata kakek David yang mendukungnya, ia tetap keluar dan mengikuti di belakang William.


Setelah keluar dari rumah, Jeanne jadi agak canggung. Sejak kecil sampai sekarang ini Jeanne kan belum pernah jalan-jalan berduaan dengan laki-laki.


Kalau untuk William, laki-laki yang dingin seperti es ini kelihatannya juga bukan seperti orang yang berpengalaman. Mereka berdua saling bertatapan, tidak tahu mau pergi ke mana. Akhirnya William bilang, ?naik dulu ke mobil!”


Sesuai dugaan belum lama William menyetir, William bertanya pada Jeanne, “kita nanti mau melakukan apa? Cepat kamu pilih!” William melontarkan pertanyaannya pada Jeanne.


“aku juga tidak tahu?”Jeanne menjawab dengan agak pasrah. William kaget lalu menatap Jeanne, “sebelum aku kembali, bukannya kehidupan malammu sangat sibuk?”


Jeanne tersedak dan tak tahu baiknya harus menjawab apa dari pertanyaan William itu, dulu itu Jessy, kau tahu? Setelah beberapa waktu Jeanne baru berani mengucapkan kalimatnya, “kalau begitu bagaimana kalau kita jalan-jalan di mall saja, menurutmu?” hal seperti jalan-jalan di mall buat William itu tidak pernah ada di kamusnya. Biasanya kalau William perlu atau mau apapun, asisten pasti sudah lebih dahulu menyiapkannya untuk William, William menoleh dan menatap kedua bola mata Jeanne dengan penuh pertanyaan.


William memiringkan kepalanya, dengan berat ia mengatakan “oke.” benar-benar menunjukkan bahwa semua ini terserah pada keputusan Jeanne.

Jeanne, “…”

Novel Terkait

Behind The Lie

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
4 tahun yang lalu
Rahasia Seorang Menantu

Rahasia Seorang Menantu

Mike
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
5 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
4 tahun yang lalu
Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
4 tahun yang lalu
Pengantin Baruku

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
4 tahun yang lalu