Wanita Pengganti Idaman William - Bab 439 Benar-Benar Peduli

Jeanne tidak tahu bahwa Moli telah diam-diam merencanakan untuk menghabisinya.

Dia membantu William berpakaian dan membantunya berjalan pergi.

Untungnya, mereka naik lift yang langsung ke tempat parkir, jadi tidak ada yang menyadari hubungan mereka yang tidak biasa.

Kurang dari setengah jam kemudian, mereka sudah tiba di rumah keluarga Sunarya.

Jeanne memapah William kembali ke rumah barunya.

Mereka baru saja memasuki halaman, pengurus rumah tangga datang menghampiri mereka.

"Tuan Muda, Nyonya muda, kalian akhirnya pulang juga. Nyonya Thea sudah lama menunggu kalian di ruang tamu, dia melarang aku untuk menghubungi kalian."

Ketika William dan Jeanne mendengar ini, mereka saling memandang dan sedikit mengernyit, seolah-olah mereka tahu maksud Nyonya Thea menunggu mereka.

Melihat perubahan muka mereka yang tidak enak, Moli malah merasa sangat bahagia.

Karena dalam bayangan Moli, Nyonya Thea selalu mencari kesalahan Jessy.

Kalau wanita ini tidak bahagia, dia tentu saja bahagia.

Dengan suasana begini, mereka bertiga memasuki ruang tamu dengan pikiran mereka yang berbeda.

Di ruang tamu, NyonyaThea duduk di sofa dengan pakaian indah dan dandanan tebal.

Ketika dia melihat mereka bertiga masuk, awalnya dia mau memarahi, tapi ketika melihat Jeanne memegangi William berjalan dan langsung menjadi khawatir.

"William, apa yang terjadi?"

Dia melangkah maju dan menyingkirkan Jeanne dan buru-buru membantu William ke sofa.

Jeanne terpaksa mundur beberapa langkah, walau ekspresi wajahnya tidak terlihat kemarahan, tetapi hatinya merasa sangat tidak nyaman.

Moli berdiri di samping dan menyaksikan semuanya.

Dia mencibir dengan dingin, dan matanya berbinar dan langsung menanggapi Nyonya Thea.

"Luka Tuan Muda terbuka lagi, Nyonya Muda pergi menjemput Tuan Muda pulang dari kantor."

Ketika Nyonya Thea mendengar jawaban itu, mengerutkan kening: "Bukannya sudah mau sembuh. Mengapa bisa terbuka lagi?"

Dia mengalihkan pandangannya ke Moli, lalu melewati William dan terakhir pandangannya jatuh pada Jeanne.

Jelas, kesan pertamanya adalah bahwa cedera putranya pasti ada hubungannya dengan Jeanne.

Dan itu memang benar.

Jeanne hanya bisa menghadapi pandangan dingin dari Nyonya Thea dengan pasrah, ketika hendak membuka mulutnya untuk menjelaskan, tetapi dia tidak tahu harus berkata apa, hanya bisa berdiri diam disana dengan perasaan bersalah.

William juga memperhatikan perubahan wajah ibunya dan ketika akan menenangkan ibunya, Moli sudah menyambar, "Itu disebabkan oleh kelakuan Nyonya Muda yang menyebabkan luka Tuan Muda terbuka lagi."

Begitu kata-katanya selesai, William langsung menyambutnya dengan teguran keras.

"Moli, Kamu keluar!"

Moli merasakan kemarahan dengan nada bicaranya yang dingin dan langsung menggigil di sekujur tubuhnya.

Penuh keengganan dan tidak nyaman, dia memandang William, tetapi yang didapatkan malah mata dingin dan tak berperasaan dari Tuannya.

"Jangan sampai aku mengatakannya untuk yang kedua kalinya, kamu segera keluar dan pergi cari Mogan sekarang!"

Moli langsung pucat, tentu saja dia tidak berani tinggal lebih lama, akhirnya berjalan keluar dari ruang tamu.

Meskipun dia tidak bisa terima, tapi dia tidak memiliki banyak amarah.

Bagaimanapun, kalau dia mendapat perlakuan yang tidak baik, Jeanne juga tidak akan mendapatkan yang lebih baik dari Nyonya Thea.

Seperti yang dia katakan tadi, Nyonya Thea pasti akan mencari tahu kebenaran kata-kata Moli tadi dengan Jeanne.

Memang itu benar.

Setelah Moli pergi, Nyonya Thea melambaikan tangan kepada pengurus rumah tangga dan berkata, "Bantu Tuan Muda ke kamar untuk beristirahat."

Pengurus rumah tangga memandangnya, lalu William, tapi tidak bergerak.

Nyonya Thea sangat marah dan mendengus, "Kenapa? Apakah aku sudah tidak dianggap lagi disini?"

William langsung sakit kepala. Dia menggosok alisnya dan mengerutkan kening dan berkata, "Ma, sebenarnya ada keperluan apa mama ke sini?"

Jeanne melihat suasana di ruang tamu tidak benar, lalu duduk diam di sofa, berharap dia tidak dimarahi.

Sayangnya, kenyataannya seringkali bertentangan dengan apa yang diharapkan.

"Apa yang akan aku lakukan? Tentu saja, melihat kamu. Kamu sudah sangat menderita. Bukankah aku yang menjadi seorang ibu seharusnya khawatir?

Nyonya Thea menatap William dengan ekspresi tidak puas, tetapi enggan untuk marah padanya. "Aku pikir kamu sudah sembuh karena sudah lumayan lama, tapi sekarang sepertinya tidak sama sekali."

Dia sambil mengatakan itu, matanya beralih tajam ke Jeanne: "Kamu benar-benar pembawa sial. Aku seharusnya tidak membiarkannya tinggal untuk merawatmu!"

Ketika William melihat ini, dia tidak tahu kenapa ibunya bisa marah lagi kepada Jeanne.

Jeanne juga merasakan itu, walau merasa tidak nyaman, tetapi juga setuju dengan pernyataan ini.

Sebenarnya, tadi malam dia bisa saja menghentikan William, tapi dia melepaskan perasaannya dan membiarkan dirinya larut dengan kemesraan yang dilakukan William padanya.

"Ma, aku memang salah. Aku akan merawat William dengan lebih baik lagi di masa depan."

Dia menyeka bibirnya dan mengakui kesalahannya.

Nyonya Thea mencibir dan tidak puas dengan permintaan maaf itu.

"Oke, semua orang bisa mengatakan hal-hal indah, tapi aku tidak yakin tentang kamu."

Dia berkata dengan sinis dan sarkasme, "Sejujurnya, sejak kamu datang ke rumah ini, kita tidak bisa hidup dengan tenang. William selalu menangani masalah yang kamu sebabkan. Dia memang bersedia, kita juga tidak mempersoalkanya. Tetapi kamu bahkan mengurus suami saja tidak bisa. Apa gunanya dia menikahimu?"

Jeanne mendengar hinaan itu dan wajahnya langsung menghitam.

Dia menggigit bibir bawahnya dan tidak tahu bagaimana membantahnya.

William juga tidak tahan lagi. Dia menunduk dan berkata dengan tajam, "Ma, masalah ini tidak ada hubungannya dengan Jessy. Itu karena aku yang tidak jaga diri dengan baik."

Nyonya Thea merasa malu dibilang begitu oleh putranya sendiri, pada saat yang sama dia juga merasakan kekhawatiran.

Anaknya sebenarnya membela siapa?

Apa William tidak tahu kalau dia sedang mencoba melakukan yang terbaik buat dia ? mencoba mengusir wanita ini dari keluarga Sunarya, supaya dia dapat menikah dengan istri yang bisa merawat dia dan membantunya dalam karirnya!

Nyonya Thea hanya bergumam dalam hati, tetapi dia langsung merasa ada yang tidak beres.

Anaknya menunjukkan kekhawatiran sedemikian rupa sehingga tebakannya yang sebelumnya mungkin menjadi kenyataan. Apakah William benar-benar peduli dengan perempuan jalang ini?

Ketika dia memikirkannya, wajahnya berubah menjadi sangat gelap dan bahkan matanya lebih dingin dan tajam memandang Jeanne.

Jeanne melihat situasi ini, dan tiba-tiba merasa bahaya besar sudah menantinya.

Jeanne khawatir bahwa setelah hari ini, Nyonya Thea akan lebih suka mencari kesalahannya dan mengganggapnya sebagai duri dalam daging.

……

Pada saat yang sama, Negara P, sebuah rumah megah yang terletak di pinggiran kota, dikelilingi oleh bunga mawar, angin sepoi-sepoi, aroma yang tajam.

"Mawar yang indah."

Melihat seorang wanita duduk di balkon lantai dua, menikmati dengan mata tertutup.

Wanita ini adalah Jessy yang dijemput dari ibukota sebelumnya.

Di sampingnya duduk seorang lelaki berusia dua puluh tujuh tahunan, dengan wajah yang keras, dan acuh tak acuh.

Alih-alih menanggapi kata-kata Jessy, pria itu malah berbicara tentang sesuatu yang lain.

"Akhir-akhir ini, kekuatan negara-negara di sekitar tidak diketahui, dan aku merasa tidak aman lagi disini. Aku akan mengatur seseorang untuk mengirimmu kembali."

Wajah Jessy membeku ketika dia mendengar ini.

"Dan kamu? Maukah kamu kembali bersamaku?"

Dia memandang pria itu selama beberapa detik dan bertanya.

"Kamu harusnya tahu, ini belum saatnya aku kembali."

Pria itu meliriknya dan berkata dengan dingin.

Hati Jessy merasa tidak nyaman. "Jika kamu tidak kembali, aku juga tidak akan kembali."

Jessy dengan manja dan keras kepala menoleh kesamping.

Pria itu melihat situasinya dan menatap Jessy dengan muka tertekan.

Jessy merasakan itu dan mukanya tetap terlihat keras, dan mengertakkan gigi.

Lelaki itu memandanginya, terlihat tak berdaya di matanya, mengernyitkan alisnya dan berbisik, "Aku bukannya mau membuang kamu, kamu harusnya tahu, di masa depan aku masih perlu kamu untuk membantuku merebut kembali kejayaan keluarga Sunarya."

Novel Terkait

Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Menaklukkan Suami CEO

Menaklukkan Suami CEO

Red Maple
Romantis
4 tahun yang lalu
After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Berpaling

Cinta Yang Berpaling

Najokurata
Pertumbuhan
4 tahun yang lalu
Lelaki Greget

Lelaki Greget

Rudy Gold
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Jasmine
Percintaan
4 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
4 tahun yang lalu