Wanita Pengganti Idaman William - Bab 504 Aku Tidak Pergi

Setelah pulang, Jeanne mengambil gambar dan sangat menyukainya, terus melihatnya.

"Begitu menyukainya ?"

William tersenyum duduk di sebelah Jeanne.

Jeanne dengan kuat menganggukkan kepala, "Pasti, ini adalah gambar bersama kita satu - satunya."

William tertegun, hatinya merasa tergerak.

Sepertinya memang seperti ini, sebelumnya foto saat berlibur di negara M karena keributan, tidak menemukan semua foto.

"Karena kamu suka, lain kali aku bisa menemanimu membuat beberapa."

Matanya membentuk senyuman melihat Jeanne.

"Benarkah ?"

Jeanne dengan senang melihatnya.

William menganggukkan kepala, "Pasti, akan tetapi..."

"Akan tetapi apa ?"

"Aku menemanimu membuat hal yang ingin kamu lakukan, bagaimana kamu berterima kasih padaku ?"

William menatap Jeanne dengan dalam, raut matanya penuh arti.

Jeanne mendengar perkataannya seperti ada maksud lain, pipi putihnya memanas, "Aku, aku traktir kamu makan nasi."

"Makan nasi ?"

William menyipitkan matanya, tiba - tiba menghampiri Jeanne dengan dekat mengatakan : "Daripada makan nasi, aku merasa makan kamu akan lebih menarik."

Hati Jeanne berhenti berdetak sekali, wajah yang sudah panas menjadi merah panas, mengeluarkan asap putih.

Suasananya, dengan nafas unik yang dimiliki oleh William, membuatnya meleleh.

"Masih siang dan cerah, jangan mesum !"

Jeanne dengan kesal dan malu mendorong William, seperti melarikan diri dan mengeluarkan satu kata dan masuk ke kamar, "Aku akan memesan makan malam di hotel."

William melihat punggung belakang Jeanne dengan panik kabur, dia tidak tahan dan tertawa, "Hahahaha..."

"Ketawa, apa yang lucu."

DI koridor, Jeanne memegang bibirnya yang berkedut, dan suhu mukanya menjadi makin panas.

Dia menghentakkan kakinya, tidak lagi peduli dengan William dan berjalan ke lobby hotel.

Karena Jeanne berkeputusan untuk meninggalkan kenangan yang baik, makan malam kali ini, dia menyuruh hotel mempersiapkan dengan hati - hati.

Saat Malam, William melihat ke jam tua di dinding sudah lewat jam delapan, makan malam masih belum dihidangkan, mengerutkan alisnya dan bertanya : "Jessy, makan malam yang kamu pesan tadi sore jam berapa dihidangkan ?"

"Kamu sudah lapar ?"

Jeanne dengan sedikit gelisah melihat William.

William menggelengkan kepala, "Bukan karena ini, aku khawatir kamu akan sakit karena kelaparan."

Hati Jeanne merasa hangat, menyipitkan mata membentuk senyuman mengatakan : "Tidak, aku sore tadi ada makan sedikit."

Saat sedang mengatakannya, ponselnya di meja bergetar, adalah pesan yang dikirim oleh manager hotel, mengatakan bahwa makan malam sudah disiapkan.

Jeanne membentuk lekukan senyum di sudut bibirnya, "Makan malam sudah selesai, ganti baju dan kita ke atap."

William menaikkan alisnya, dengan tidak mengerti mengatakan : "Kenapa mau ganti baju ?"

"Suruh kamu ganti ya ganti saja."

Jeanne tidak ingin menjelaskan lebih banyak, dia mendorong William masuk ke dalam kamar, "Kamu ganti baju, aku ke sebelah, ingat, harus berpakaian yang keren."

Setelah selesai mengatakannya, mengambil kopernya pergi ke sebelah kamar komputer.

William menyipitkan mata melihat ke arah dia menghilang, seperti menebak sesuatu, matanya mengkilap cahaya, tersenyum ringan dan mulai ganti baju.

Beberapa menit kemudian, keduanya selesai berpakaian dan keluar dari kamar.

Jeanne memakai terusan sabrina berwarna biru muda, memperlihatkan kaki jenjangnya yang putih.

Mukanya memperlihatkan dandanan yang bagus dan anggun, Rambut hitamnya disanggul, dengan lepas dibiarkan di belakang, hanya menyisakan beberapa helai rambut gelombang rambut di samping pipinya.

William melihatnya, matanya terkejut dan samar.

Saat ini dia sudah mengganti baju kasualnya, memakai baju resmi yang mewah, tubuh yang tinggi tegak dan kurus, ditambah dengan visual yang sempurna, membuat Jeanne terbengong sesaat.

"Bagus tidak ?"

William tersenyum menggoda dan menghampiri Jeanne, lalu menundukkan kepala.

Jeanne melihatnya ketampanannya dari dekat secara tiba - tiba, setelah sadar dia terkejut dan melangkah ke belakang.

Saat dia bertindak, mukanya malu dan kesal.

Bisa - bisanya di saat seperti ini, telinganya mendengar suara tertawa rendah William.

"Ketawa apa ?"

Jeanne melihat William dengan dalam.

William tahu kalau lanjut menjahilinya, wanita kecil di hadapannya pasti akan meledak, menurut dan berkata : "Baiklah, aku tidak tertawa, bukannya bilang mau makan, ayo pergi."

Setelah dia selesai mengatakannya, dengan alami menggandeng tangan Jeanne keluar ke lift.

Belum sampai lima menit, kedua orang sudah sampai di atap hotel.

Ini adalah restoran luar ruangan, suasananya mengeluarkan bau bunga yang ringan.

Meja berbentuk persegi panjang di tengah-tengah dilingkari oleh lingkaran tembok yang tidak tinggi, di tengah meja makan tergantung lampu yang berwarna - warni yang tumbuh di pohon pinus yang besar, diatas terdapat botol mengapung yang berserakan dengan pita dan pesan di dalamnya.

Sekitarannya adalah lampu kuning yang redup, sekali melihatnya, masih bisa dengan samar melihat lautan bunga lavender tanpa ujung.

"Nona Jessy, silahkan ikut denganku."

Pelayan restoran melihat ke Jeanne dan William, dengan muka tersenyum mengantar.

Alis William dinaikan sedikit melihat ke arah Jeanne, menggandeng tangannya tanpa berkata mengikuti pelayan.

Sangat cepat, mereka sampai di meja makan yang dipesan Jeanne.

Pelayan melayani keduanya untuk duduk, kemudian menghidupkan lilin diatas meja.

Dan juga disaat ini, lampu disekitar mati setengah.

Sebuah cahaya lilin di meja dorong perlahan - lahan datang, disaat yang sama diringi musik dengan lirik yang lembut.

Mata William mengkilap terkejut, dengan pandangan yang dalam melihat Jeanne.

"Aku ingin memberi kamu kejutan."

Jeanne tahu William sedang menunggu apa, dengan senyum yang manis melihatnya.

Saat sedang mengatakannya, pelayan juga sudah selesai menghidangkan makanannya, dan menuangkan anggur merah untuk keduanya, "Silahkan."

Setelah selesai mengatakannya, mengundurkan diri, memberikan ruang kepada Jeanne dan William.

"Hari ini aku sangat bahagia."

Jeanne menaikkan gelas anggurnya dan mendentingkan dengan gelas William.

William tertawa ringan, mengangkat gelas membalasnya, "Sama, aku juga sangat terkejut."

Saat makan malam, juga tidak tahu karena Jeanne minum alkohol, alkoholnya membuatnya menjadi berani, dia dengan muka yang merah meminta, mengatakan, “Kamu bisa berdansa denganku tidak ? Aku suka berdansa denganmu."

William dapat melihatnya sudah mabuk, tapi tidak menolaknya.

Dia mengeluarkan tangan memegang tangan Jeanne, membawa Jeanne yang sudah mabuk ringan ke bagian restoran yang kosong dan berdansa dengan ringan, menari seperti kupu - kupu yang terbang, ditambah dengan lampu redup di sekitar, hanya sangat indah dan imajinatif, seperti cuplikan cerita dongeng yang tidak nyata.

Kemudian, Jeanne sudah dalam keadaan mabuk total, William kali ini baru membawa Jeanne kembali ke kamar di hotel.

Awalnya William berencana pergi mengambil handuk untuk membersihkan Jeanne, hasilnya dia belum berjalan dua langkah, Jeanne sudah memegang pergelangan tangannya.

"Kamu pergi kemana ?"

Kedua mata Jeanne kabur dan samar, dengan muka menyedihkan melihat William, "Jangan tinggalkan aku ya, aku tidak ingin kamu pergi."

William tidak tahan dan tertawa, wanita ini kalau sudah mabuk mengeluarkan ekpresi yang manja.

"Tenang, aku tidak pergi, hanya membantumu ambil handuk."

Novel Terkait

Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
5 tahun yang lalu
Mr Lu, Let's Get Married!

Mr Lu, Let's Get Married!

Elsa
CEO
4 tahun yang lalu
Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu
Menantu Hebat

Menantu Hebat

Alwi Go
Menantu
4 tahun yang lalu
Menaklukkan Suami CEO

Menaklukkan Suami CEO

Red Maple
Romantis
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Paling Mahal

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
4 tahun yang lalu
Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
5 tahun yang lalu