Wanita Pengganti Idaman William - Bab 126 Tidak Bisa Bangkit Kembali

Bab 126 Tidak Bisa Bangkit Kembali

Jeanne sangat marah dalam waktu yang lama, Dan dengan enggan menekan kemarahan dalam hatinya.

Dia duduk di kursi dan tersenyum sendiri dengan mengangkat sudut bibirnya.

Selama ini melewati hidup dengan nyaman, sehingga dia lupa dengan kelicikan pria ini.

Bagaimana dia bisa peduli atas kemenangan atau kekalahanmu, yang dipedulikannya hanya rencananya, dan juga anak perempuannya satu lagi.

Memikirkan ini, Jeanne memaksakan dirinya untuk tidak peduli.

Lagipula tidak ada yang peduli padanya, dia harus menjaga dirinya sendiri, agar kedepannya bisa merawat ibunya.

……

Pada saat yang sama, tempat acara malam itu.

Marina dan Alexa melihat Julian keluar dari ruang istirahat, keduanya saling memandang dan tersenyum.

Mereka segera mengambil segelas anggur dan berjalan ke tempat Bernard.

“Para hadirin, bolehkah saya membawa tuan Bernard sebentar?”

Marina berjalan maju dan memasuki percakapan segerombolan tuan muda.

Segerombolan tuan muda itu sudah mengenal identitas Marina, tentu saja mereka mengizinkannya.

“Nona Marina, Nona Alexa, kenapa kalian mencari aku?”

Tuan Bernard mengikuti keduanya berjalan ke sudut, dan bertanya dengan mengerutkan alis.

Marina dan Alexa saling memandang, dan memilih Marina untuk memulai pembicaraan.

“Sepertinya tuan Bernard tidak tahu masalah tadi.”

Mendengarkan ini, Bernard melihat keduanya dan tidak mengerti.

Dia tidak tepat waktu menghadiri pesta malam amal, dalam waktu perjalanannya tertunda karena urusan pribadi.

“Apa yang terjadi?”

“Barusan mengalami kejadian pencurian, dan orang-orang menuduh Jessy yang mencuri, untungnya Jessy membuktikan dirinya tidak bersalah, tapi…”

Marina sengaja menghentikan perkataannya, dan melihat Bernard dengan perasaan tidak jelas.

Bernard bahkan tidak mengetahuinya, melihatnya terhenti, dia langsung bertanya dengan cemas: “tapi apa? Jessy kesal?”

Alexa melihatnya begitu cemas, cahaya mengakali di matanya semakin bersinar.

“Kalau kesal sudah pasti, lagipula awalnya semua orang pikir Jessy yang mencuri, dan mengatakan banyak kata-kata buruk, sekarang Jessy pergi ke ruang istirahat, kami….. karena masalah tadi, kami juga tidak bagus menjenguknya, takutnya akan membuat dia sakit hati, dan kami tahu kamu adalah teman baiknya, jadi kami meminta bantuan kamu mewakili kami untuk melihatnya, kalau Jessy masih kesal, tolong bantu kami menenangkannya.”

Dia berkata dengan pura-pura khawatir, Bernard mendengarkan ini hingga hatinya tercekam.

“Aku akan melihatnya.”

Selesai dia berkata, tidak menunggu Marina dan Alexa mengatakan apa, dia langsung membalik badan dan berjalan menuju ruang istirahat.

Keduanya melihat kepergiannya dari belakang, ekspresi wajah mereka yang tidak berniat baik semakin meningkat.

“Kali ini, Jessy tidak akan bisa membangkitkan diri!”

Alexa mencemooh dengan mengigit gigi.

Di satu sisi, Alexa juga tersenyum dingin.

“Ayo, kita istirahat dulu, tunggu sebentar baru kita pergi menonton adegan bagus.”

Sedang berkata, dia mengambil segelas anggur memasuki tempat acara.

Bernard tidak tahu yang telah didengarkannya adalah hasil dari kelicikan Marina dan Alexa.

Setelah bertanya kepada pelayan, dia langsung berjalan menuju tempat istirahat Jeanne.

Di dalam ruang istirahat, Jeanne yang sedang memejamkan matanya beristirahat tapi malah terdengar suara buka pintu, dia membuka matanya dan melihat ke sana secara sadar, secara tidak sengaja dia melihat Bernard membawa ekspresi khawatir.

Tidak menunggu reponsnya, Bernard sudah berlutut di depannya, wajahnya penuh dengan belas kasihan dan berkata: “Jessy, semua salahku, tidak datang lebih awal, dan membuat kamu tidak nyaman.”

Selesai berkata, dia mengulurkan tangannya ingin meraih tangan Jeanne.

Jeanne menghindarinya secara naluriah.

“Kenapa kamu ada di sini?”

Jeanne bertanya dengan mengerutkan alisnya, waktu yang sama dia membangkitkan diri dan mundur beberapa langkah, memberi jarak antara mereka berdua.

Bernard melihat gerakannya, matanya bersinar ekspresi sakit hati, tapi memikirkan tujuannya datang ke sini, dia masih menahan ketidaknyamanannya dan membangkitkan badannya. “Jessy, aku sudah mendengar masalah tadi, aku percaya kamu bukan orang seperti itu, kalau kamu sedih bisa curhat denganku, aku akan menemani kamu sedih, aku tidak ingin melihat kamu sendirian sembunyi untuk menyembuhkan luka , kalau begitu aku akan sakit hati.”

Mendengarkan ini, Jeanne sudah tahu tujuan dia datang.

Mungkin Karena masalah tadi sudah didengarkannya, kemudian dia mengiranya sedang sedih.

Meskipun dia benar-benar sedih, tapi dia tidak membutuhkan belas kasihannya.

Memikirkan ini, dia melihat pria depannya yang penuh dengan perasaan dalam, seketika dia merasa pusing dan juga rumit, dan sedikit cemburu.

Cemburu dengan Jessy yang memiliki tingkah laku buruk tapi begitu banyak orang yang benar-benar mencintainya.

Dia tidak mengerti, jelas mereka berdua adalah saudara kembar, kenapa nasib mereka berdua berbeda.

Saat dia sedang melamun, Bernard melihat dia tidak berbicara, dan dia berpikir keliru telah membuatnya tidak nyaman.

Dia merasa sangat sakit hati hingga maju ke depan ingin menyentuh pipi Jeanne, tetapi Jeanne terkejut hingga bangun.

Jeanne melihat tangannya melayang di udara, dia mengerutkan alisnya dan mundur beberapa langkah lagi kemudian berkata: “terima kasih atas perhatian tuan Bernard, tapi aku tidak merasa tidak nyaman, hanya saja sedikit lelah, jadi aku istirahat di sini.”

Melihat situasinya, Bernard menarik kembali tangannya dan tersenyum pahit.

Saat Bernard masih ingin mengatakan sesuatu, tapi Jeanne merasa mereka berdua tidak cocok berada di dalam ruangan istirahat ini..

Terutama gunjingan mereka sebelumnya, kalau orang lain melihat mereka sedang bersama, saat itu tidak tahu apalagi yang akan di bilang.

Dia memikirkan hal ini, untuk menghindari masalah tidak perlu, dia berkata dengan dingin: “di luar sana masih memerlukan aku untuk menyambut tamu, silakan sibukan diri sendiri Tuan Bernard.”

Selesai berkata, dia membalik badan dan berjalan menuju pintu ruang istirahat.

Awalnya dia rencana membuka pintu dan pergi, tapi pintu di depannya tidak bisa dibuka walaupun sudah didorong, sepertinya ada orang yang menguncinya dari luar.

“Kenapa?”

Bernard merasa keanehan dan berjalan menghampirinya.

“Pintunya terkunci.”

Jeanne menanggapinya dengan mengerutkan alis, hatinya terasa tidak tenang.

Di sisi lain, Marina sedang berbicara hingga tertawa-tawa di tempat acara, dan mendapat peringatan dari getaran handphone, tiba-tiba ia mengusulkan untuk pergi dengan orang sebelahnya.

dia membawa segelas anggur dan berjalan menuju tempat William berada.

“William, Kenapa kamu ada disini? Kenapa kamu tidak melihat Jessy, dia sedang tidak nyaman?”

Dia melihat William dengan kebingungan.

Mendengarkan ini, William melihatnya dengan mengerutkan alis.

Kelopak mata hitam itu membuat jantung Marina berdetak, tapi dia harus menahan kepanikannya, dan berkata dengan tenang: “buat apa kamu melihatku? Kamu pikir aku berbohong pada kamu? Ya sudahlah kalau tidak percaya.”

Selesai dia berkata, dia membawa gelas anggur itu kemudian pergi.

William melihat kepergiannya dari belakang, dan mengerutkan alis, pemikirannya penuh dengan gambaran wanita keras kepala itu.

Akhirnya ia tidak tenang dan berjalan menuju ruang istirahat.

Marina yang sudah jauh dari tempat tadi dan kemudian melihat kearah William pergi, dia mengangkat sudut bibirnya dengan niat tidak baik.

Jeanne tidak tahu William sedang berjalan menghampirinya.

Saat pertama kali dia menemukan pintu terkunci, hatinya sudah menebak ada orang yang sengaja melakukan ini.

Sebab kenapa melakukan hal seperti ini, takutnya ingin mencelakainya bersama orang lain.

Memikirkan hal ini, dia tidak bisa menenangkan diri.

“Ada orang yang bisa bantu buka pintu?”

Dia mengetuk pintu, tapi tidak ada respon dari luar.

Dan ekspresi Bernard tidak nyaman karena gerakannya, dia pikir Jeanne menolak untuk bersamanya.

“Jessy, kamu…”

Saat dia ingin menyuruh Jeanne tidak perlu melakukan ini, dan sudah melihat Jeanne pasrah mengetuk pintu, dan berjalan ke jendela, seolah-olah ingin meloncat keluar dari jendela.

“Jessy, apa yang kamu lakukan!”

Dia panik hingga maju ke depan, dan meraih Jeanne ke dalam pelukannya.

Kemudian saat ini juga, pintu ruang istirahat terdorong dari luar, dan William muncul di pintu.

Novel Terkait

Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku CEO Misterius

Ternyata Suamiku CEO Misterius

Vinta
Bodoh
4 tahun yang lalu
My Secret Love

My Secret Love

Fang Fang
Romantis
5 tahun yang lalu
Kamu Baik Banget

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
4 tahun yang lalu
The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
4 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
5 tahun yang lalu
Predestined

Predestined

Carly
CEO
5 tahun yang lalu