Wanita Pengganti Idaman William - Bab 456 Jangan Harap Melihatnya

Jessy menatap telepon yang dimatikan dengan kesal.

Dia tahu ada banyak orang disekitar bosnya yang memandang rendah dirinya, namun yang berani merendahkannya dengan terang-terangan hanya Musro saja.

Jika bukan karena tidak bisa bergerak sembarangan, mungkin dia sudah membereskan manusia kurang ajar ini!

tunggu saja, tunggu sampai misi besar Bos selesai, orang-orang yang tidak patuh padanya pasti akan ia singkirkan satu per satu!

dia menyimpan ponsel dengan sambil mulai memikirkan acara peresmian.

Masalah sebesar ini tentu saja dia akan mengajak Julian untuk berdiskusi.

“Perusahaan baru harus dengan cepat mencari koneksi dilingkungan ini, diluar kekuasaan yang kuat dibaliknya, kita masih butuh bantuan para senior di lingkungan ini, jika kita memiliki keduanya, kita tidak perlu khawatir, namun kamu harus meyakinkan William untuk hadir diacara malam itu.”

Mendengar rencana Jessy, Julian mulai menjelaskan dengan seksama.

Jessy mengkerutkan alis, ia menceritakan laporan Musro sekali lagi, “Jika pihak sana sudah setuju, maka pasti akan datang.”

Julian melihat ekspresi Jessy yang terlihat yakin, seketika tidak berdaya.

“Jessy, apakah kamu tidak memperhatikan? Tadi kamu mengatakan kalau menyampaikan, tidak pasti akan datang.”

Jessy tercengang, sekarang dia mengerti maksud ayahnya, ekspresinya seketika berubah.

Menyampaikan itu sama artiya dengan tidak menjanjikan, kemungkinan William tidak akan datang.

“Dia tidak mau pergi juga harus pergi, bukankah kita masih punya Jeanne?”

Beberapa detik kemudian, Jessy sudah berhasil menenangkan emosinya, “Asalkan wanita itu pergi, aku tidak yakin William tidak akan pergi.”

Julian merasa ucapan ini masuk akal, “Baiklah, biar aku yang mengurus ini.”

Setelah mengatakan ini, ia langsung menghubungi Jeanne.

Ketika menerima telepon dari Julian, Jeanne terlihat tidak senang.

“Kenapa lagi?”

Julian tidak memperdulikan nada bicaranya yang tidak senang, ia langsung bicara to the point : “Dua hari lagi, di Hotel Royal Flower ada acara peresmian, kamu ajak William untuk hadir disana.”

“Acara pesta? Aku tidak sempat.”

Begitu Jeanne mendengar maksud Julian, ekspresinya langsung berubah.

Dia menyadari kalau akhir-akhir ini hal yang diminta oleh Julian semakin banyak, dan semuanya berhubungan dengan William.

Entah apa yang mereka rencanakan.

“Aku tidak perduli apa yang ingin kalian lakukan, apa tujuan kalian, akhir-akhir ini aku tidak sempat, jika ingin mencari Willliam kalian temui saja sendiri!”

Setelah mengatakannya, tanpa memberi Julian kesempatan untuk menyerang, ia langsung mematikan telepon.

Tentu saja apa yang ia katakan bukan hanya alasan, akhir-akhir ini dia memang sangat sibuk.

Desain bagian kedua bersama dengan Celica sudah mencapai fase penting, setiap harinya ia sibuk sampai tidak sempat istirahat, bahkan terkadang harus lembur dikantor, mana mungkin ada waktu untuk mengikuti acara pesta.

Dan dua hari ini begitu pulang Willian juga tidak berani mengganggunya.

Tentu saja Julian tidak tahu mengenai ini semua, wajahnya begitu marah karena Jeanne mematikan teleponnya.

Jessy mengangkat alis melihat ini : “Kenapa? Dia tidak setuju?”

Julian mengangguk : “Dia bilang dia sibuk, menyuruh kita untuk mencari William sendiri.”

Mendengar ini, Jessy langsung berubah dingin : “Kelihatannya wanita jalang ini sudah menjadi sombong karena terlalu lama berada di Kediaman Sunarya, semakin lama semakin lupa dengan statusnya, setelah urusan ini selesai, harus memberikannya sedikit pelajaran agar ia sadar siapa dirinya yang sebenarnya.”

Dia berkata sambil mengangkat ponsel dan menghubungi Jeanne.

Tidak perlu apapun yang terjadi dia harus membuat William hadir dalam acara itu!

Tentu saja dia bukan menelepon, melainkan mengirimkan pesan yang disisipkan foto ibunya.

Tidak lama, Jeanne menerima pesannya.

“Malam peresmian aku mau melihat William hadir, jika tidak dilakukan sesuai yang aku katakan, maka selama setahun ini jangan harap bisa melihatnya!”

Melihat ucapan yang penuh dengan ancaman ini, bagaimana mungkin ia tidak tahu siapa yang mengirimkan pesan ini, ia kesal sampai sekujur tubuhnya gemetar.

Dia menelepon untuk menanyakan apa yang mereka inginkan, namun begitu tersambung langsung dimatikan.

Setelah menelepon tiga kali, Jeanne tahu kalau Jessy tidak akan mengangkat teleponnya sehingga ia memilih menyerah untuk menelepon lagi.

Dia menggenggam erat ponsel, emosi membakar hatinya.

Keluarga ini sungguh keterlaluan.

Namun ia tetap tidak berdaya.

Siapa suruh ia sudah kalah diawal.

Dia sungguh stres, mood untuk kerja juga sudah hilang, akhirnya ia memilih untuk berjalan ke balkon untuk melihat pemandangan diluar.

Jujur saja, taman dikediaman Sunarya selalu indah sepanjang tahun, dan karena itu membuatnya tidak pernah bosan melihatnya.

Entah sudah berapa lama ia duduk disana, tiba-tiba terdengar suara mobil dari arah luar taman.

Ia melihat mobil yang biasa dinaiki oleh William perlahan masuk pekarangan.

Jeanne melihatnya pulang, suasana hatinya yang buruk seketika membaik.

Sudahlah, toh masih ada beberapa hari lagi, lihat saja beberapa hari lagi bagaimana.

Tidak mungkin baru saja meminta tolong, sudah langsung mengaturkan hal lain untuk dibantu orang lain.

Derajatnya belum setinggi itu.

Mengingat ini, ia turun dan menyambut William pulang.

“Sudah selesai kerjaan?”

William melihatnya, langsung menyimpan ekspresi wajahnya yang dingin.

Perubahan ekspresi ini membuat Hans kebingungan.

Jika ingin saling membandingkan sungguh menyebalkan.

Bagaimanapun juga ia sudah berada disisi Presdir lebih lama daripada Nyonya muda, namun Presdir belum pernah selembut itu padanya.

Dan tentu saja William dan Jeanne tidak mengetahuinya.

Keduanya bergandengan tangan jalan masuk kedalam rumah.

“Belum, namun memikirkan beberapa malam ini agak cuek padamu, aku ingin menemanimu sebentar malam ini.”

Setelah Jeanne berpikir lebih terbuka, sikapnya semakin baik pada William.

Perubahannya yang paling drastis adalah ucapannya yang dulu tidak berani ia ucapakan, sekarang sudah mulai berani mengatakannya.

Dan ternyata ini membuat William merasa semakin senang.

“Kalau begitu malam ini aku juga tidak akan mengurus pekerjaan, nanti setelah makan malam, kita keluar jalan-jalan.”

Jeanne tidak menolak.

Dua hari berikutnya, keduanya melewati hari dengan begitu sibuk.

Dan jarak waktu ke acara peresmian itu semakin lama semakin dekat, senyum diwajah Jeanne semakin berkurang, ia tidak tahu harus bagaimana mengatakannya pada William.

Dia duduk didepan meja kerjanya sambil menatap sketsanya dengan tatapan tidak berdaya.

Sepertinya semenjak tahu Jessy akan kembali, lalu Julian yang terus datang mencarinya, dia mulai merasa apapun yang ia lakukan seperti selalu terhalang sesuatu.

Meskipun ia tahu, asalkan ia buka mulut mengenai acara peresmian ini, William pasti akan menyetujuinya.

Namun ia takut ada yang direncanakan oleh Keluarga Gunarta di malam itu, ia takut itu jebakan untuk William.

Dia sungguh dilema, namun mengingat ibunya, dilema ini perlahan membuahkan hasil.

Ketika hari itu tiba, Jeanne tetap tidak ingin mengatakannya, namun seiring waktu yang semakin dekat, mau tidak mau ia pergi ke ruang kerja William dan memberitahunya.

Dia berjalan sampai kedepan pintu, tangannya diletakkan di pegangan pintu, ia mendengar suara yang samar-samar muncul dari balik pintu.

“Proyek Barat suruh orang untuk memperhatikan, usahakan akhir tahun semuanya selesai.”

“Hutang Lapindo minta orang untuk mencari koneksi dan menagihnya, aku ingin ia melunasinya dengan jelas, awal tahun depan kita akan melakukan sebuah investasi yang besar.”

Melihat William yang berada di ruang kerja memberi perintah melalui komputer satu per satu.

Jeanne melihatnya rapat sambil, mengecek dokumen perusahaan, hatinya merasa sungguh tidak tega jika harus mengganggunya.

Dia berdiri didepan pintu dengan galau, ketika ia hendak pergi, William malah menyadari keberadaannya.

Novel Terkait

My Lifetime

My Lifetime

Devina
Percintaan
4 tahun yang lalu
Menantu Hebat

Menantu Hebat

Alwi Go
Menantu
4 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
4 tahun yang lalu
Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
5 tahun yang lalu
Seberapa Sulit Mencintai

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Half a Heart

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
4 tahun yang lalu
Awesome Husband

Awesome Husband

Edison
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu