Wanita Pengganti Idaman William - Bab 11 Kenapa Ia Mau Menyentuh Wanita Itu

Bab 11 Kenapa Ia Mau Menyentuh Wanita Itu

Di ruang tamu kediaman William.


Bunga yang terlihat lemah lembut yang melengkapi vas bunga berwarna biru kehijauan, tata susunan yang unik dan memberi kesan daya tarik yang tidak seperti biasanya, ada setangkai bunga yang mencuat keluar sehingga ia lebih menonjol dibanding kerumunan bunga lainnya, membuat rangkaian bunga tersebut terlihat bercitarasa tinggi.


Bahkan sampai para pembantu yang ada di samping tercengang melihatnya. Tidak menyangka bahwa nona muda yang tidak pernah melakukan apa-apa ini, tiba-tiba melalukan kerajinan tangan semacam ini.


Setelah menarik kembali tangannya yang lembut dan lentik,Jeanne tersenyum kecil ke arah vas bunganya, “setelah bersusah payah, akhirnya bisa juga tersusun dengan rapih.”


Baru saja Jeanne kembali meluruskan tubuhnya, ia langsung mendengar banyak suara datang dari arah pintu masuk, segera setelahnya ada sederet suara yang menyapa dengan penuh hormat.


“Nona Marina”

“Nona Marina”


Setelah beberapa sapaan terdengar, di dalam rumah suasananya kembali tenang.

Jeanne berbalik badan dan melihat me arah wanita yang sedang berjalan ke arahnya, kulitnya putih, figur yang ramping dan cantik yang dibungkus oleh baju berbahan kulit warna hitam, kakinya memakai sepasang sepatu hak tinggi berbahan kulit ular dengan desain yang membuatnya terlihat sangat berpengalaman.


Marina?tantenya William?


Jeanne tidak berani mengabaikan, ia buru-buru menyabut, dengan hormat ia menyapa, “tante tumben datang?”

Marina menatapnya tanpa suara cukup lama, sorot matanya mengamati secara cepat bunga yang baru saja dirangkai di sampingnya, kemudian Marina tertawa dengan dinginnya, berkata:“kamu ternyata sangat estetik ya”


Selesai bicara, Marina mengangkat tangannya dan melempar vas bunga itu ke lantai,

Vas berbahan keramik yang jatuh ke lantai yang juga berbahan keramik menimbulkan suara yang sangat jelas dan nyaring, vas tersebut hancur berkeping-keping dan tersebar di seluruh lantai.


Jeanne mundur selangkah ke belakang dan menghindar karena itu ia tidak tertancap pecahan vas.

Dengan wajah yang nampak tercengang ia terus menatap Marina.

Ia tahu Jessy tidak terlalu akur dengan banyak anggota keluarga William, tapi ia belum pernah mendengar ada masalah apapun dengan Marina.

Keheningan dan kesunyian melengkapi ruangan tersebut, para pembantu yang ada di sekitar saking takutnya sudah bersembunyi di satu sisi.

Jeanne mengambil nafas dalam-dalam, berulang kali mengernyitkan alisnya, bertanya: “tante apa maksudnya ya ini?”


“tidak usah berpura-pura lagi,William belum pernah bertemu denganmu, jadi ia bisa tertipu olehmu, tapi bukan berarti kalau aku juga akan tertipu.” kata Marina


“Jessy, kamu berani sekali ya. Tidak cukup kamu menggoda laki-laki di luar sana, tanpa aku sangka kamu masih ingin membahayakan nyawa William, kamu sungguh sangat berani!”

Marina saking marahnya memaki Jeanne dengan terengah-engah, bertubi-tubi kata-katanya meluncur dari mulutnya, dengat alis yang naik dan terlihat marah, wajahnya terlihat seperti ia harus menelan Jeanne hidup-hidup baru ia bisa meredam kebenciannya.


“tante kalau bicara harus ada dasar dan bukti yang jelas.”

Jeanne berkali-kali mengerynitkan alis matanya, ia merasa Marina benar-benar bertindak tanpa alasan yang jelas.


Kata-kata tersebut sepertinya membakar amarah Marina, ia tertawa dengan dingin sambil berkata: “bukti?malam itu kalau bukan karena kamu,apakah nyawa William akan berada dalam bahaya? Aku beritahu ya, Jessy,kalau kamu tidak ingin tinggal di sini, pergi dan tinggalkan keluarga William!”


“tante atas dasar apa menyuruhku meninggalkan keluarga William? William saja tidak pernah bilang apapun padaku?”


Jeanne juga amarahnya mulai naik karena sikap Marina yang terus menekan dan memaksa.

Beberapa hari ini ia selalu menjaga dirinya dalam batasan, sangat berhati-hati, biar begitu Jeanne juga manusia yang tentunya bisa marah.


Melihat Jeanne yang melawan dirinya walau ia lebih tua, Marina juga luar biasa marah, berulang kali ia tertawa dingin, “aku, atas dasar apa? Haha, aku kasih tahu ya, atas dasar aku tantenya William, orang yang lebih tua dari kalian.”


Setelah selang waktu yang cukup lama, Jeanne bertanya tanpa ekspresi,“aku rasa sebenarnya tante yang tidak suka padaku kan?”


Selesai bicara ia juga melirik Alexa yang menonton mereka bak drama di pintu masuk,tertawa dingin dalam hati, hari ini semua yang terjadi pasti sedikit banyak kerjaannya Alexa kan.


Marina saking marahnya sampai tertawa, amarahnya makin lama makin naik, “oke, baiklah, dasar kamu anak yang tak pernah dididik, hari ini aku akan memberimu pelajaran.”


Sambil bicara Marina sambil mengangkat tangannya dan mau menampar wajah Jeanne.

Alexa yang berdiri di sisi pintu seketika matanya terbelalak, di wajahnya nampak ada ekspresi yang menunjukkan bahwa ia senang di atas penderitaan Jeanne.

Pukul, cepatlah pukul dia!


Tamparan dari Marina kali ini terlalu tiba-tiba, sekejap mata Jeanne tidak mampu menghindar, lalu tanpa sadar Jeanne menutup matanya erat-erat setelah melihat telapak tangan yang segera akan mendarat di wajahnya sendiri.


Beberapa waktu kemudian, selang waktu yang cukup lama, sekeliling mereka jadi tenang tanpa suara.

Bahkan sampai rasa sakit yang sudah ia perkirakan akan datang tidak kunjung terasa.

Jeanne perlahan-lahan membuka matanya, ia melihat William yang tidak tahu sejak kapan sudah pulang, tangan William menahan Marina, saat itu juga Jeanne menghela nafasnya.

“ini lagi ribut ribut apa?”raut wajah William sangat tidak enak.

Marina menarik kembali tanganya, berkata: “kebetulan sekali kamu pulang, cepat ceraikan wanita ini!”

Sambil bicara Marina sambil memalingkan kepalanya dengan benci, seperti kalau ia sekali lagi melihat Jeanne ia akan muak. Jeanne membasahkan bibirnya berkali-kali, dengan pikiran 


William pulang untuk membantu Marina, ia tidak bisa menahan untuk merasa sedih.

William lagi lagi mengernyitkan alis matanya saat bertanya, “tante kenapa bicaranya seperti itu?”

Mendengar William yang bertanya seperti itu pada Marina, dengan wajah penuh kepastian dan ketegasan ia melihat ke arah William saat bicara, “William, kamu benar benar tidak tahu apa pura-pura tidak tahu saja sih? Wanita yang sudah menikah denganmu selama setahun ini, berapa hal tidak masuk akal yang telah ia lakukan! Siapa juga yang tahu dia sebenarnya bersih atau tidak!lagipula ia sebelumnya juga berniat membahayakan nyawa kamu!”


Mendengar kata-kata itu alis William semakin naik, ia juga sebelumnya belum pernah mendengar rumor tentang Jessy itu.

Melihat William yang berpikir, ekspresi wajah Alexa nampak terengah.


kak William akhirnya akan membuang Jessy si sampah ini kah?

Semua mata dan perhatian tertuju pada wajah William, bahkan Jeanne juga menatsp ke arahnya, mau lihat pilihan apa yang William tentukan?


“tante, tidak usah diributkan lagi, ia itu wanita yang dipilih kakek untuk menikah denganku. Kalaupun aku juga benar-benar mau bercerai dengannya, itupun harus minta persetujuan kakek. Kalau untuk kejadian yang di malam dua hari yang lalu, hal itu terjadi di luar dugaan, ia sama sekali tidak sengaja, sekarang juga masalahnya sudah lewat. Kamu kan lebih tua, jangan lakukan hal yang memalukan seperti ini.”


William tiba-tiba terhenti sesaat saat bicara soal ini, mengamati Jeanne sekilas, dengan nada yang agak ringan dan tajam ia berkata,“kalau untuk masalah Jessy perempuan kotor atau tidak, aku bisa beritahu jamu kalau aku adalah yang pertama untuknya. Dia bukan seperti yang kalian katakan!”


Jeanne tidak menyangka bahwa William akan membicarakan soal masalah suami istri mereka di hadapan segini banyak orang, seketika juga wajahnya jadi merah merona, dan juga sangat canggung.


Alexa terlebih lagi sulit percaya sampai matanya terbuka lebar, mana mungkin?


Mana mungkin Jessy tidak bersalah?

kak William,kak William juga kenapa bisa menyentuh wanita itu?Dia kan milik Alexa!


Hati Alexa memanas seperti ia akan gila, ia sangat sangat berharap ia mampu segera menerobos ke depan dengan langkah besar, merobek menembus wajah Jeanne yang sok malu-malu kucing.


Atmosfir di ruangan berubah jadi sangat canggung. Marina tidak menyangka kalau ia berpikir dan bertindsk demi kebaikan William, dan William malah memarahi Marina karena Jessy wanita itu.


Mereka tumbuh besar bersama,William juga dari dulu selalu menghormati Marina.

Sampai sampai William tidak pernah membalas kata-katanya sekalipun


“ka ka ka…… kamu benar-benar……lupakan saja aku tidak akan mengurusimu lagi.”

Marina marah sampai menghentakkan kakinya, berbalik badan dengan nafas berat dan segera keluar.

Dari kondisi yang tadinya tak ada masalah sedikitpun akhirnya hancur sampai seperti ini, raut wajah Alexa berubah jadi sangat sangat tidak enak.

Melihat wanita rendahan itu matanya seakan dipermalukan, siapa sangka kak William tiba-tiba pulang dan malah memihak Jessy, karena terpikirkan hal itu, Alexa jadi emosi.

“tante!”Alexa memanggil Marina, ia pun uru-buru mengikuti.

Sesaat sebelum keluar rumah, langkahnya sekali lagi terhenti, melihat Jeanne sekilas dengsn wajah suram.

Jeanne sampai ketakutan karena tatapannya, membuatnya tanpa sadar mengangkat tangannya dan mengusap-usap wajahnya sendiri.

Novel Terkait

Nikah Tanpa Cinta

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
3 tahun yang lalu
Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
3 tahun yang lalu
Kamu Baik Banget

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
My Charming Lady Boss

My Charming Lady Boss

Andika
Perkotaan
4 tahun yang lalu
I'm Rich Man

I'm Rich Man

Hartanto
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Cutie Mom

Cutie Mom

Alexia
CEO
4 tahun yang lalu