Wanita Pengganti Idaman William - Bab 95 Ada Kesempatan

Bab 95 Ada Kesempatan


Jeanne yang mebdengar kata-kata palsu Alexa itu, tertawa palsu ringan dan mengiyakan, sebagai respon.

Segera setelahnya mereka bertiga berkumpul dengan para orang tua, memasuki kediaman keluarga Alexa

Setelah mereka semua masuk dan duduk di ruangan makan, para asisten rumah tangga mulai menyajikan makanan. Di saat itu juga mereka tak berhenti berbincang.

nyonya Thea dan tante Lexi berbincang-bincang dengan senang.

Deric dan om Reiner juga membicarakan soal situasi masa kini. Bahkan sampai William saja juga ditempeli Alexa yang terus membicarakan soal perkembangan perusahaan.

Malahan Jeanne, duduk sendirian saja, merasa hampa seperti agak diabaikan. Jeanne melihat ke sekeliling ke orang-orang yang lagi bicara ramai, matanya terlihat penuh kecanggungan.

Alexa tentu saja melihat dan menyadari ketidakbebasan Jeanne, ia menatapnya bangga. Yah karena ia sudah berani datang, jangan salahkan Alexa kalau ia kesulitan.

Orang-orang di kediaman keluarga Alexa itu, tak tahu juga sengaja apa tidak, seperti mereka sama sekali tak melihat Jeanne.

Saat semua makanan sudah disajikan, mereka mengajak keluarga William untuk makan.

“semua makanan ini Alexa yang suruh orang dapur buatkan, sesuai dengan kesukaan kalian, aku tak tahu apa lidah kalian akan cocok.”

“repot-repot deh Alexa!”
Melihat makanan yang ada di meja, nyonya Thea menyadari kalau kebanyakan itu makanan yang ia suka, tanpa sadar senyuman di wajahnya semakin melebar.

“aku benar-benar iri deh sama Lexi bisa punya putri sepintar Alexa, sayangnya aku cuma punya satu putra itu, yang suka sekali marah padaku.” sambil bicara, wajah nyonya Thea terlihat penuh dengan rasa sayang.

Melihat hal itu, mata tante Lexi agak berbinar. Melihat Thea yang bicara merendahkan hati, Lexi mengganti topik, mengamati Jeanne yang bersikap baik, berbicara sambil tertawa: “meskipun nyonya Thea tidak punya putri, tapi ini menantu kan setengah putrimu juga, aku dengar nona Jessy dipilih sendiri oleh kakek David Sunarya, pastinya ia punya kelebihannya sendiri, nyonya Thea tak perlu merendah lagi.”

Jeanne yang awalnya diam saja menyantap makanan di hadapannya, bagaimanapun ia tak terpikir, mereka yang sedang bicara senang senang saja, tiba-tiba kok topik pembicaraannya berubah mengarah ke Jeanne.

Jeanne bingung kemudian ia mengangkat wajahnya, kebetulan sekali matanya bertatapan dengan pandangan tante Lexi, tak tahu kenapa, hal itu membuatnya merasa agak tidak tenang.

Sesuai dugaan, detik selanjutnya, tante Lexi sudah langsung bicara sebuah kalimat yang tak jelas artinya bagus atau buruk.

“omong-omong dulu pernah bertemu sekilas dengan nona Jessy, belum pernah mengamati secara rinci, sekarang kalau aku lihat baik-baik, aku malah merasa nona Jessy kecantikannya luar biasa melebihi orang biasa.”

Jeanne mengernyitkan alisnya, tidak yakin apa maksud dari kalimat mamanya Alexa ini. Sebenarnya sedang memuji Jeanne cantik, atau bilang kalau Jeanne yang memikat orang dengan kecantikannya.

Jeanne menurunkan pandangannya, menyimpan seluruh perasaannya, kemudian berkata dengan rendah hati: “tante Lexi terlalu memuji.”

nyonya Thea awalnya memang tak suka Jeanne, ditambah lagi melihat Jeanne yang tak menolak saat menerima pujian, ia berkata sambil memonyongkan bibirnya: “dia mana bisa dibandingkan dengan Alexa, nyonya Lexi tak usah terlalu memuji dia”
Melihat keadaan itu, tante Lexi menganggukkan kepalanya sambil tersenyum.

Barulah saat itu nyonya Thea merasa puas, kemudian ia membicarakan kembali perubahan Alexa beberapa tahun ini.

“diomongin juga yah, waktu itu ia hanya anak sekecil itu, sekarang sudah tumbuh tinggi dan cantik, di kemudian hari ia pasti mampu jadi wanita yang dikenal di seluruh penjuru.”

Mendengar kalimat tersebut tante Lexi pura-pura terlihat khawatir dan berkata: “yah tapi apa gunanya semua itu, William kan juga tetap tidak meliriknya.”

Kalimat tersebut, sudah sangat jelas ditujukan pada William. Dalam sekejap mata udara di meja makan jadi terasa menyesakkan. Senyuman di wajah nyonya Thea juga berubah jadi senyuman yang terpaksa.

Tanpa henti nyonya Thea memberi kode lewat pandangannya pada William.

William tentu saja tidak melewatkan kata-kata barusan, matanya terlihat mendalam dan ia kemudian meletakkan sumpitnya.

“tante Lexi bisa saja bercandanya, Alexa sangat baik, ia pantas untuk diperlakukan lebih baik oleh orang yang lebih baik.”

Kata-kata William itu, tak susah diragukan adalah sebuah penolakan lagi, yang membuat orang dari kediaman keluarga Alexa tak bisa membalas lagi.

Kalau tidak artinya orang-orang kediaman keluarga Alexa seperti merasa kalau putri mereka tidak pantas untuk yang lebih baik.

Wajah Tante Lexi langsung jadi muram, raut wajah Alexa juga tak mungkin terlihat baik. Malahan om Reiner, orang yang cerdik. Meskipun dalam hatinya ia juga tak senang tapi ia masih ikut dengan alurnya, membiarkan topik tersebut berlalu.

“yah benar juga katamu, Alexa kami itu dari kecil sudah patuh dan pintar, sama sekali tak pernah membuat kami orang tuanya khawatir.”

Mendengar kata-kata tersebut, nyonya Thea menjawab dengan senang.

“memang benar, anak ini paling patuh dan pintar, juga selalu tahu budi pekerti, baru saja ia pergi dari rumah kami, 2 hari ini aku sudah merasa tak terbiasa, malam juga tidak bisa tidur nyenyak, mau bagaimanapun, Alexa yang selalu ada di sisiku selama bertahun-tahun, tiba-tiba pergi, hatiku terasa kosong melompong, selalu saja rasanya seperti ada yang kurang.”

Thea sama sekali tak menutup-nutupi rasa sukanya pada Alexa, selalu dapat membuat raut wajah Lexi jadi terlihat membaik.

Seiring dengan selesainya kalimat Thea, Deric ikut menambahkan: “kalau kamu kepikiran, nanti jemput saja Alexa pulang untuk menginap beberapa hari, lagian dekat juga dari sini.”

“benar juga kata-katamu” nyonya Thea merespon dengan anggukkan.

Mereka berdua bicara dengan orang-orang keluarga Alexa dengan senang, Jeanne mendengar pembicaraan mereka, matanya tak bisa tahan untuk mengolok-olok mereka.

Dari pembicaraan mereka itu, sudah bagaikan Alexa itu yang baru satu keluarga dengan mereka, sedangkan Jeanne hanyalah orang luar semata, sedangkan Jeanne mereka asingkan di luar.

Ya memang, sudut pandang mereka ini, dari awal sudah diketahui Jeanne. Karena itu, ia hanya mengamati mereka dengan celaan saja, kemudian kembali lagi jadi latar belakang yang diam-diam tenang saja.

Pada saat itu juga, tiba-tiba ada satu potong lauk yang bertambah di mangkok Jeanne. Saat Jeanne sedang bengong, di telinganya terdengar suara William yang berkata: “aku lihat kamu makannya tidak terlalu banyak, makan banyakan.”

Jeanne kemudian baru sadar dan mengangkat kepalanya, setelah melihat perhatian yang terpancar dari mata William saat itu, seketika itu juga hatinya terasa hangat.

“ya.” Jeanne menganggukkan kepalanya, segera setelahnya baru memakan lauk yang William beri untuknya.

Orang lain yang melihat adegan tersebut, raut wajahnya semua berbeda-beda.

Raut wajah Alexa sudah berada di puncak yang paling buruk, matanya dipenuhi dengan rasa cemburu.

Raut wajah tante Lexi juga tak bisa sebagus itu. Sudah jelas kalau tindakan William kali ini pada dasarnya sama sekali tak mendengarkan kalimatnya tadi.

Meskipun begitu, makan-makan tersebut akhirnya sepenuhnya selesai.

Mereka semua pergi setelah pamit dengan pasangan dari kediaman keluarga Alexa tersebut.

Baru saja keluar dari rumah besar kediaman keluarga Alexa, nyonya Thea tak bisa menahan diri lagi dan memanggil William

“barusan apa-apaan itu sikap kamu? Tahu tidak kalau hampir saja kamu menempatkan kita semua dalam posisi sulit.”

William mengernyitkan alisnya karena caci maki yang tidak jelas itu, kemudian ia bertanya dengan nada dingin: “apa yang salah dengan sikapku? Kalau bukan karena mama punya pemikiran yang tidak sesuai dengan kenyataan, mana mungkin menempatkanmu dalam posisi sulit?”

Mendengar balasan William, nyonya Thea dipenuhi dengan amarah.

“kamu masih punya logika kan, kamu jelas-jelas tahu kalau Alexa su……”

Awalnya Thea mau bicara soal perasaan Alexa terhadap William, tapi saat kata-katanya belum selesai ia bicarakan, sudah dipotong oleh Deric.

Deric terlihat memperhatikan Jeanne sekilas, kemudian berkata dengan tidak senang: “ributin apa sih kalian? Tidak bisa berhenti dulukah, ini kita baru saja keluar dari rumah orang!”

nyonya Thea tidak rela, ia mempelototi Jeanne yang ada di sampingnya, berkata dengan tidak senang juga: “jangan kira karena kamu sudah mengusir Alexa, artinya kamu sudah menang, ia masih,bisa kembali!”
Selesai bicara, Thea juga tak mempedulikan raut wajah Jeanne dan William, langsung saja naik ke mobil, pergi jauh-jauh bersama Deric.

Melihat tampak belakang mobil Thea yang beranjak pergi, Jeanne menekan bibir tipisnya erat-erat, hatinya terasa tak nyaman namun tak berdaya juga.

William mengamati ekspresi di wajah Jeanne, mendekat dan menggenggam tangan Jeanne, bicara menghibur: “jangan pedulikan kata-kata mama, kita pulang saja yuk.”

Jeanne terdiam sejenak, terutama dengan kata-kata “pulang” itu, membuat ia semakin gugup.

Jeanne memaksa dan memendam rasa aneh yang ada di dalam hatinya, mengangguk dan pergi bersama William. Seiring dengan kepergian mereka, Alexa melihat mereka yang pergi sambil bergandengan tangan dari lantai dua, mukanya sampai menekuk saking cemburunya

tante Lexi yang melihat dari sampingnya, tahu pemikiran putrinya, ia lantas saja menghibur dan berkata: “Alexa, tidak masalah kok, kamu juga bukannya tidak punya kesempatan, sekarang-sekarang ini papamu naik jabatan, keluarga William juga pasti merasa kalau tidak bekerja sama dengan keluarga kita, rugi.”

Novel Terkait

This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
3 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
3 tahun yang lalu
Dark Love

Dark Love

Angel Veronica
Percintaan
5 tahun yang lalu
Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
3 tahun yang lalu
Love at First Sight

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
4 tahun yang lalu