Wanita Pengganti Idaman William - Bab 153 Melihat Cinta Pertama

Bab 153 Melihat Cinta Pertama

Meskipun Jeanne merasa terkesima, namun panik dan rasa khawatir dalam hatinya tidak dapat ditutupi.

Melihat situasi sekarang, ia sama sekali tidak boleh bertemu dengannya, jika sampai dikenali olehnya makan semua akan menjadi kacau.

Mengingat ini, ia refleks ingin bersembunyi, namun Bernard menghadang didepannya.

“Jessy, mau kemana?”

Bernard bertanya dengan alis mengangkat.

Jeanne terhenti, melihatnya lalu melihat orang yang berada tidak jauh dibelakangnya, menggigit bibir dan berkata, “Tidak perlu tahu.”

Setelah melemparkan kata-kata itu, menepis tangan Bernard yang menghadangnya lalu pergi dengan langkah besar.

Bernard diperlakukan seperti itu, ada rasa sedih terlihat di matanya, namun dengan cepat ia menghibur dirinya sendiri.

Dia merasa Jessy mungkin mempertimbangkan sekeliling yang banyak orang sehingga tidak berani berbicara dengannya.

Semakin ia berpikir merasa semakin masuk akal, lalu mengejar kearah Jeanne pergi sambil tidak berhenti meneriakkan, “Jessy, tunggu aku!”

Karena suaranya yang kencang, membuat tidak sedikit orang menengok.

Ivan juga ikut menengok, lirikan yang awalnya hanya ingin melihat ada apa, ketika melihat bayangan seseorang yang samar, membuatnya bergegas.

Tanpa memperdulikan disampingnya masih ada orang lain, melangkah dengan besar dan cepat kedepan, namun bayangan orang itu sudah menghilang.

“Tuan Ivan kenapa begitu tergesa-gesa, melihat orang yang dicintai?”

Teman disampingnya melihat sikapnya, bertanya sambil meledeknya.

Mendengar ucapan ini, Ivan menghalau perasaan aneh dalam hatinya.

“Manager Zoey bercanda saja, hanya salah lihat.”

Dia membalas sambil menutupi.

Mungkin dia memang salah lihat, jika benar ada Jeanne, tidak mungkin tidak menyapanya.

Teringat hal ini, wajahnya terlihat murung.

Sejak reuni waktu ini, dia tidak pernah berhubungan lagi dengan Jeanne, juga tidak tahu apakah malam ini dia akan datang atau tidak.

Awalnya ia tidak berencana ikut acara malam ini, namun karena melihat tema kali ini tentang desain dan para desainer akan hadir, dia berencana untuk mencoba peruntungannya.

Bagaimanapun Jeanne adalah seorang desainer, dia tidak akan melepaskan kesempatan untuk bisa berbaur dengan desainer lain seperti ini.

Membicarakan Jeanne yang melarikan diri, setelah ia berlari kebagian yang paling pinggir, disudutan yang tidak akan dilihat orang lain jika tidak diperhatikan, baru merasa lega.

Dia bersandar di tembok batu sambil terengah-engah.

Kelihatannya ia tidak bisa berada diacara ini lebih lama lagi, bisa menghindar satu kali namun belum tentu bisa menghindar untuk kedua kalinya.

Jika ia tetap ingin berbaur disini, pasti akan bertemu dengannya, dan itu akan menjadi masalah yang besar.

Tepat saat ia sedang membayangkan ini, Bernard mengejarnya sampai kemari.

“Jessy, kenapa kamu berlari secepat itu, apa yang terjadi?”

Jeanne terlihat pusing melihatnya sambil menempelkan handphonenya ke dahinya.

“Tuan Bernard, tuan muda Bernard, bisa tidak jangan terus mengikutiku.”

Bernard terlihat terluka oleh ucapannya.

“Jessy, apakah kau sangat membenciku?”

Jeanne melihat wajahnya, ingin sekali mengatakan iya, namun melihat tatapannya yang terluka diiringi kehati-hatian, ucapan yang sudah berada diujung lidah tidak dapat diucapkan.

Dia tahu jelas, pria ini menganggapnya sebagai Jessy, dan dia hanya berperan sebagai Jessy.

Sehingga ia tidak memiliki hak untuk menilai sikapnya.

“Tidak ada hal semacam itu.”

Dia menggigit bibir sambil menjawab dengan nada datar.

Seiring perkataan ini, wajah Bernard yang terlihat sedih seketika kembali bersinar.

Jeanne melihatnya salah paham, segera menambahkan.

“Kamu jangan salah paham, aku hanya menganggapmu sebagai teman, dan jujur saja, aku tidak suka terus diikuti olehmu, meskipun teman juga membutuhkan privasi.

Bernard mendengar perkataan ini, senyuman yang tadi sudah menghiasi wajahnya seketika membeku disana.

Terutama kata teman yang terus disebut oleh Jeanne, membuat hatinya seolah diremas oleh tangan yang sangat kuat, terasa sangat menyiksa.

Namun ia tidak dapat menunjukkannya.

Karena ia masih ingat peringatan yang pernah dikatakan oleh Jeanne, jika ia melampaui lebih jauh lagi, bahkan hubungan teman saja tidak akan mungkin ada.

“Aku… aku mengerti, kelak aku tidak akan lagi.”

Dia berkata dengan nada sedikit kecewa.

Jeanne tidak goyah oleh sikapnya, melihatnya sudah paham, ia berpamitan, “Sebaiknya begitu, aku masih ada urusan dengan tuan Santos, aku kesana dulu.”

Setelah mengatakannya, ia langsung berjalan kearah Santos.

Bagaimanapun, jika ia ingin pergi tetap harus berpamitan pada Santos.

Siapa sangka ia baru melangkah, Bernard juga mengikutinya di belakang.

Jeanne melihatnya dengan tatapan heran.

Bernard buru-buru menjelaskan, “Ehm.. Aku juga ada urusan dengan tuan Santos.”

Dia tahu Jeanne tidak suka diikuti olehnya, sehingga ia menggunakan alasan yang sama dengannya.

Jeanne mendengar ucapannya, ia tahu ini hanya alasan, namun tidak bisa melarangnya, hanya bisa mengajaknya dengan kepala pusing.

Santos sangat senang melihat Jeanne dan menggodanya, “Aku pikir kau tidak akan datang, sudah begitu lama belum juga melihatmu.”

Jeanne tertawa kecil.

“Sebenarnya sudah datang sesaat, awalnya ingin menyapa anda, namun melihat disekitar anda begitu ramai sehingga kesana untuk duduk sebentar.”

Dia menjawab dengan singkat, segera mengalihkan pertanyaan, “Bagaimana perusahaan malam ini? Sudah ada yang menarik minat anda?”

Mendengar pertanyaan ini, wajah Santos berbinar, “Memang ada beberapa yang aku suka dan terlihat lumayan.”

Jeanne melihat wajah sumringahnya, hatinya agak panik, namun tidak bisa menunjukkannya, ia menjawab dengan tersenyum, “Aku pernah mempelajarinya, memang ada beberapa karya yang lumayan….”

Santos mendengar ucapannya, menatapnya dengan wajah penuh ketertarikan.

“Kamu sejujur itu apa tidak takut aku memilih orang lain?”

Jeanne melihat reaksinya, bagaimana mungkin tidak tahu apa yang sedang ia pikirkan, berkata sambil tersenyum, “Aku belum menyelesaikannya, mengapa anda begitu terburu-buru?”

Dia berkata dengan penuh kepercayaan diri.

“Meskipun ada beberapa yang lumayan, namun milik kami yang paling bagus, jika anda tidak memilih kami, yang rugi adalah anda!”

Santos dibuat tertawa oleh gayanya yang sedang mempromosikan produknya.

Bernard melihat mereka berdua berbicara sambil bercanda seperti itu merasa tidak senang, sehingga ikut menimpali, “Tuan Santos apa kabar, saya Bernard dari Kikin Group.”

Santos sekarang baru menyadari keberadaan orang disamping Jeanne, menatap Jeanne dengan bingung.

“Kalian saling kenal?”

Dia berkata sambil menjabat tangan Bernard untuk meresponnya.

Tanpa menunggu reaksi Jeanne, Bernard menjawab, “Tentu saja kenal…”

Jeanne mendengar ucapannya, alisnya mengangkat sambil tersenyum tipis, “Tidak terlalu dekat.”

Santos melihat situasi ini, menatap keduanya sesaat, lalu mengedipkan mata kepada Jeanne.

Jeanne melihat reaksinya hanya membalikkan bola mata dengan ekspresi kehabisan kata-kata.

Dia juga malas menjelaskan, dan tidak ingin keadaan menjadi semakin rumit, Jeanne melihat ke sekililing, melihat kearah lain, namun sialnya ia melihat Ivan berjalan kemari.

Seketika ia menjadi sangat panik, ingin rasanya langsung kabur.

Namun sekarang bagaimana mungkin ia kabur begitu saja, masalah kerjasama belum selesai dibicarakan.

Tepat saat ia sedang bingung ingin tetap tinggal atau mencari alasan untuk pergi, Santos disampingnya bersuara.

“Oh iya Jessy, malam ini aku belum ada pasangan dansa, bagaimana jika nanti kamu yang menjadi pasangan dansaku dan menemaniku berdansa.”

Jeanne mendengar perkataan ini, wajahnya langsung terlihat murung.

Namun ia tidak bisa menolaknya, hanya bisa menyetujuinya dengan terpaksa.

Tepat pada saat ini, Ivan yang berjarak tidak jauh dari sana menyadari keberadaannya.

Novel Terkait

Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
5 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
After Met You

After Met You

Amarda
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
5 tahun yang lalu
Beautiful Love

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
4 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Everything i know about love

Everything i know about love

Shinta Charity
Cerpen
5 tahun yang lalu
Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Shuran
Pernikahan
4 tahun yang lalu