Wanita Pengganti Idaman William - Bab 493 Tidak Peduli Kamu Hidup Atau Mati Di Sana

Kemudian, ketika Willy selesai makan, Jeanne membereskan meja makan.

Ketika selesai membersihkan, Jeanne melihat pria itu main hp di sofa. Dia terlihat sangat santai.

Jeanne tidak bisa menahan cemberut di wajahnya, datang kepadanya, menatapnya, dan berkata, "Aku melihat kamu punya semangat yang tinggi. Kapan kamu akan pergi dari sini? Jangan tinggal di sini terlalu lama, oke?"

Mendengar ini, Willy tidak melihat ke atas dan berkata, "Buat apa buru-buru? Bukankah aku bayar? Jika tidak cukup, katakan saja padaku, aku banyak sisa uang kok. Selain itu, lukaku belum sembuh. Kalau tidak percaya, lihatlah sendiri."

Saat dia mengatakan ini, dia melepas pakaiannya dan menunjukkan bahunya yang diperban.

Noda darah masih terlihat di perban.

Jeanne tanpa sadar memalingkan wajahnya dan mengeluh: "Apa kamu tidak tahu etika tentang pria dan wanita? Kenapa buka bajumu begitu saja di depan wanita ? apa kamu psikopat yang suka mengekspos tubuh?"

"Apa? Aku masih belum buka semuanya kok ... Jangan konyol, sini bantu aku ganti perban. Lukanya berdarah lagi. Jika terus berdarah seperti ini, mungkin aku akan pendarahan terlalu banyak dan akan mati! "

Ketika dia selesai berbicara, dia mengatur postur tubuhnya. Dia tampak seperti pria yang harus dilayani.

Jeanne sangat marah sampai menggertakkan giginya. "Jika kamu bisa segampang itu mati, kamu sudah mati tadi malam."

Bagaimanapun, walau Jeanne mengomel sendiri, dia tetap pergi mengambil obat dan mengoles obat untuknya.

Jari-jari lembut dengan salep dingin dioleskan di punggung Willy, terasa nyeri sedikit dan membuatnya kesemutan, tubuhnya yang tadi relaks tiba-tiba menjadi kaku.

Dia tanpa sadar menatap Jeanne, wajah sampingnya yang putih dan halus dan fitur wajah yang sempurna. Bahkan jika tidak make up sekalipun, melihat wajahnya Jeanne sangat menyenangkan matanya dan makin dilihat makin nyaman rasanya.

Tiba-tiba, Willy tersenyum, "Kalau mengolesi obat tolong yang serius, jangan berpikir macam-macam, jangan berlama-lama melakukan ini, atau aku akan curiga kamu hanya mengambil keuntungan dariku sambil mengoleskan obat."

Tangan Jeanne yang penuh dengan salep obat. Dia ingin sekali menempelkan obat itu ke wajahnya.

"Diam!"

Jeanne menarik napas dalam-dalam. Dia tidak mau peduli dengan orang ini dan terus mengolesi obat.

"Sudah, pakai bajumu, dan jangan bersikap seperti preman, atau aku akan mengusirmu lebih awal!"

Beberapa menit kemudian, Jeanne selesai, memandangnya dengan dingin, berbalik dan pergi ke kamar mandi untuk mencuci tangannya.

Ketika Jeanne selesai mencuci tangannya, Willy sudah mengenakan kembali pakaiannya.

Tapi semakin Jeanne menatap pria itu, semakin banyak masalah yang dia rasakan.

Pertama kali melihat pria ini, jelas sekali Identitas pria ini tidaklah sederhana, atau malah musuh, dan Jeanne tidak tahu apakah pria itu akan membawa masalah untuknya apa tidak nanti.

Jeanne berpikir keras dan kegelisahannya bertambah.

"Yah, karena kamu tidak bisa bergerak, bisakah kamu meminta keluargamu untuk datang dan menjemputmu? Atau bisakah aku menghubungi keluargamu untukmu?"

"Kamu ingin aku pergi?"

Willy kelihatannya marah, wanita ini jelas sangat bertentangan dengannya. Dari tadi selalu menyindir dan ingin sekali mengusirnya.

"Kalau sadar ya baguslah, bagiku kamu adalah masalah."

Jeanne tidak menyangkal, dan sama sekali tidak menutupi niat aslinya.

Melihat ini, Willy sangat marah dan tidak tahu harus berkata apa.

Jika wanita ini ingin mengusirnya, dia malah makin tidak mau pergi.

Dia tiba-tiba jatuh terduduk di sofa dengan kepala di tangannya dan mulai menjerit, "aduh, kepalaku tiba-tiba sakit sekali. Sepertinya aku kehilangan ingatan. Di mana ini? Siapa aku?"

Jeanne melihat kemampuan aktingnya yang sangat buruk, dahinya berkerut dan emosinya memuncak.

"Sepertinya sudah terlambat untuk berpura-pura hilang ingatan?"

"Tidak terlambat sama sekali. Aku tidak bisa mengingat apa pun. Karena kamu telah menyelamatkan aku, kamu harus menjaga aku sampai aku ingat kembali."

Setelah Willy mengatakan ini, Matanya menyipit dan menatap Jeanne. Dia memberikan pandangan licik dan semakin keras kepala.

Jeanne menggertakkan giginya dan menatapnya. "Serius, aku sekarang benar-benar menyesal menyelamatkanmu. Kalau aku tahu akan begini, seharusnya aku membiarkanmu dan tidak peduli apakah kamu hidup atau mati di sana."

Sesudah itu, Jeanne mengambil tas tangannya dan akan pergi.

"Hei, wanita bodoh, sudah malam begini, kamu mau pergi kemana?"

Kepala Jeanne tidak menoleh. "Kamu ingin aku pergi kemana?"

Setelah itu, Jeanne berjalan keluar, pergelangan tangannya tiba-tiba tertahan.

Kemudian terasa ada sebuah kekuatan dari belakang, membuat Jeanne mundur kembali, jatuh ke pelukan hangatnya, suara napas terdengar di telinganya, Jeanne merespon, dengan cepat melepaskan dirinya, memelototi pria di belakangnya.

"Apa yang sedang kamu lakukan?"

"Seharusnya aku yang menanyakan itu padamu. Malam-malam begini, kamu itu seorang wanita malah masih mau keluar. Tidakkah kamu tahu itu berbahaya?"

Willy mengerutkan kening dan menatap Jeanne.

"Aku mau pergi kemana, Apa urusannya sama kamu?"

Jeanne terdiam. Pria ini terlalu banyak mencampuri urusannya .

"Kenapa bukan urusanku? Kamu sudah menerima uangku dan setuju untuk merawatku. Tapi kamu terlihat tidak betah disini. Apakah kamu masih berpikir itu bukan urusanku?" Willy mencibir dingin, memegangi dadanya, dan dia memang tidak mengatakan dengan jelas bahwa dia sebenarnya tidak akan membiarkan Jeanne pergi.

Jeanne menggertakan giginya. "Pertama-tama, aku terpaksa menjagamu. Kedua, aku memang tidak tinggal di sini. Karena kalau bukan karena kamu, aku setengah bulan pun belum tentu balik ke sini."

Setelah itu Jeanne menatap Willy dalam-dalam, "Aku tidak tahu mengapa kamu mau tetap tinggal di sini, tapi aku tidak suka ada masalah, jadi aku harap kamu meninggalkan rumah ini langsung setelah kamu merasa lebih baik, dan tidak perlu memberitahu aku."

Setelah mengatakan itu, Jeanne pergi tanpa menoleh lagi.

Willy memandangi punggung Jeanne dan terpaku.

Wanita ini memiliki hati yang cukup dingin, tanpa diduga Jeanne juga bisa menebak kalau dia memang sengaja mau tetap tinggal di rumah ini.

Juga pada saat ini, seorang pria keluar dari sudut gelap koridor dan bertanya,

"Tuan Muda, apakah Anda perlu aku untuk menangkap wanita itu kembali?"

"Tangkap apa, Ikut aku masuk."

Willy meliriknya dan berbalik ke ruang tamu.

"Yang aku minta kamu selidiki, sudah ada hasil?"

"Tuan Muda, mereka yang menyerang kita belum ditemukan. Mereka sangat berpengalaman dalam pekerjaan mereka, dan tidak ada kebocoran informasi sampai saat ini."

Wajah Willy suram, dan matanya dingin. "Jika kamu tidak dapat menemukan mereka, kamu harus memeriksanya terus sampai dapat. Tidak ada yang sempurna di dunia ini, pasti ada sesuatu!"

"Iya!" kata pria itu.

"Bagaimana dengan wanita ini, apa sudah tahu identitasnya?"

Willy memikirkan Jeanne dan sambil bertanya sambil memainkan korek api di tangannya.

"Kami menemukan bahwa wanita itu bernama Jessy, putri tertua keluarga Gunarta. Dia juga nyonya muda keluarga Sunarya."

"Dia sudah menikah?"

Jantung Willy bergetar, tanpa sadar wajahnya terlihat jengkel.

"Er ... Itu yang kami temukan."

Pria itu melihat wajah tuan mudanya berubah dan merespon dengan hati-hati.

Willy terus bertanya dengan wajah suram : "selain ini, apakah ada informasi lain?"

"Kami juga menemukan sesuatu yang menarik."

"Oh? Apa yang menarik?"

Willy jadi bersemangat. Untuk saat ini, dia hanya menekan rasa tidak nyaman dihati dan menatap pria itu dengan alis terangkat.

"Kami menemukan bahwa Jessy ini juga memiliki saudara kembar, bernama Jeanne. Namun, karena orang tuanya berpisah, dia selalu mengikuti ibunya, sehingga tidak ada seorangpun di luar yang pernah tahu bahwa ada anak perempuan lain yang bernama Jeanne. "

Novel Terkait

Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
3 tahun yang lalu
Love and Trouble

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Penyucian Pernikahan

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Cinta Setelah Menikah

Cinta Setelah Menikah

Putri
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Mendadak Kaya Raya

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu
Lelah Terhadap Cinta Ini

Lelah Terhadap Cinta Ini

Bella Cindy
Pernikahan
4 tahun yang lalu