Wanita Pengganti Idaman William - Bab 244 Aku Suapi Kamu

Setelah William selesai mendengarkan penyampaian Julian, serasa masih tidak begitu percaya.

Walau bagaimanapun, Jessy bukanlah anak kecil berusia 3 tahun, sebandel apapun tidak mungkin menabrakkan dirinya sendiri ke pecahan kaca itu.

Dia menoleh ke arah Jeanne, dan menemukan entah sejak kapan Jeanne telah memejamkan matanya, seolah-olah tertidur, sehingga keraguan di dalam hatinya hanya bisa dia simpan untuk sementara waktu.

"Perlu rawat inap?"

Dia menoleh dan bertanya kepada perawat.

"Butuh rawat inap dua hari untuk diperiksa lebih lanjut, lukanya sangat dalam, takutnya nanti bisa infeksi."

Perawat menjawab, William menganggukkan kepala, dan ia segera meminta Hans yang berdiri di depan pintu kamar untuk mengurus kebutuhan administrasi rawat inap.

Lalu ia menuju ke arah Jeanne dan memeluknya.

Jeanne merasa ada yang menyentuh tubuhnya, sontak tubuhnya membeku, namun ia mengenali aroma tubuh yang sudah tidak asing lagi baginya, sehingga jiwanya yang tegangpun segera kembali tenang.

Dia tetap menutup matanya, membiarkan William memeluknya, napasnya semakin stabil, dan kemudian ia tertidur.

William merasakan adanya perubahan sosok yang ada di pelukannya itu, sejenak ia merasa aneh namun tidak diekspresikan di wajahnya.

Ia menyapu pandangannya tanpa meninggalkan jejak dan melihat Julian yang sedang tersenyum, lalu berpaling dan memeluk Jeanne menuju kamar pasien.

Nalurinya berkata, hubungan ayah dan anaknya ini tidak seperti yang ia dengar selama ini.

Julian mengerutkan dahinya ketika melihat William pergi dengan memeluk Jeanne.

Ia merasa hubungan antara William dan Jeanne tidak biasa. tetapi dengan cepat ia meninggalkan perasaan khawatir ini.

Memangnya kenapa jika hubungannya tidak biasa, William tidak tahu apa-apa, setelah Jessy pulang, maka semuanya akan menjadi milik Jessy.

Sembari beripikir demikian, ia mengikuti belakang William.

Saat memasuki kamar pasien dan berencana untuk menanyakan tentang biaya dengan William, belum sempat ia membuka mulut, ia melihat William telah selesai mengamankan Jeanne dan berkata dengan lembut : "Jessy disini ada aku yang rawat, kamu kalau sibuk jangan sungkan."

Perkataannya yang begitu langsung ini, membuat senyum di wajah Julian membeku dan sedikit marah. Dia bahkan lupa sudah berapa kali ia diremehkan William.

Namun dikarenakan saat ini ia membutuhkan William, ia belum sanggup menunjukkan sikap yang mengesalkan dan hanya bisa menahan kejengkelan tersebut.

"Baik, kalau begitu merepotkan kamu, suami anakku."

Ia tidak menyebutkan nama William, namun memanggil dengan sebutan status keluarga untuk mengingatkan William akan statusnya.

William memahami makna perkataan ini, ekspresi wajahnya tidak berubah dan mengantar kepergian Julian dengan tatapan matanya yang tetap dingin.

Tidak lama setelah Julian pergi, Jeanne sadar karena merasa sakit. Ia menghirup udara dingin dari AC dan menarik perhatian William yang sedang bekerja di sampingnya.

"Kamu sudah sadar."

William mengerutkan dahi sambil memapah tubuhnya agar bisa duduk bersandar.

"Kamu masih di sini?"

Jeanne sedikit terkejut melihat keberadaannya, dan tanpa ia sadari, ujung bibirnya naik.

William menatapnya dan berkata: "kalau aku tidak di sini, kamu berharap siapa yang di sini? Julian?"

Senyuman di wajah Jeanne serasa membeku setelah mendengar perkataan tersebut.

Perubahan ekspresi ini disadari oleh William, dan ia semakin bisa memastikan dengan apa yang ia pikirkan di keadaan tadi, dan dengan mata berbinar-binar seolah-olah tanpa sengaja ia bertanya: "Ada apa denganmu hari ini? Mengapa tiba-tiba jatuh di pecahan kaca?"

Setelah mendengar kata ini, Jeanne membayangkan kembali kejadian sebelumnya di kantor. Ia menurunkan kelopak matanya.

"Tidak ada apa-apa, hanya kurang berhati-hati"

Dia tidak mungkin mengutarakan hal yang sebenarnya kepada William, oleh karena itu ia tidak menjadikan Julian sebagai alasan.

Tentu William tahu jelas ia sedang berbohong. Walau demikian, ia tetap tidak menanyakan lagi kepada Jeanne. Di saat ini juga, suara keluar dari perut Jeanne. Suara yang terdengar jelas ini membuat Jeanne menjadi malu. Wajahnya yang pucat perlahan memerah. Dan kelihatan tambah menarik.

William tertawa ringan dan berkata: "Aku belikan makanan dulu." Ia langsung keluar setelah selesai berbicara.

Melihat punggungnya saat ia pergi, Jeanne merasa malu sekaligus hangat.

Tidak lama kemudian William datang dengan membata kotak makanan.

Mencium aroma makanan yang wangi membuat Jeanne terasa semakin lapar.

Dia melihat William menyusun perlengkapan makan untuknya, setelah mengucapkan terima kasih, ia berencana makan dengan tangannya yang tidak terluka.

Namun ia bukan seorang kidal, bagaimana ia menggunakan sumpit, aneh rasanya. jangankan makan nasi, ia juga kesulitan menjepit sayuran.

"Pcak.."

Sayur yang dijepit dengan susah payah, jatuh begitu saja di kotak makanan.

William yang duduk di sampingnya tertawa. Mendengar tawanya, dengan malu Jeanne berkata: "Apa yang kamu tertawakan?"

William melihat dia seperti kucing yang kewalahan, tanpa ia sadari dengan tatapan memanjakan ia berkata : "aku suapin kamu."

setelah berkata demikian, dia merebut sumpit dari tangan Jeanne, menjepit sayuran dan menyuapkannya ke mulut Jeanne.

Jeanne yang masih belum sepenuhnya menanggapi perkataan William sebelumnya, dan melihat sayur yang di telah di depan matanya, membuat ia tercengang. Tanpa tindakan apa-apa ia melihat ke arah William, wajah tampan dalam jarak beberapa inci saja, membuat hatinya yang tidak tenang menjadi lebih bergejolak dan denyut jantungnya tidak karuan.

"Kenapa, kamu tidak suka sayur ini?"

Dahi William sedikit mengerut melihat dia yang tidak membuka mulut.

Jeanne tersentak dan buru-buru menggelengkan kepala.

"Bukan, aku hanya tidak terbiasa begini."

Mendengar alasan ini, William mengerutkan dahinya lagi: "tidak terbiasa? Apakah kamu berencana mati kelaparan?"

Jeanne kehilangan kata-kata dan dengan pasrah menerima suapan darinya.

Setelah selesai makan, Jeanne berniat mandi. sebelumnya darah yang berceceran di badannya, membuat ia tidak nyaman.

"Tenang, aku tidak akan membuat luka ini tersentuh air" Ia menjamin kepada William.

William memahami kalau dia suka kebersihan. Dan juga dengan jaminan perkataannya sendiri, William tidak menghalangi dan memapah ia menuju kamar mandi. "Hati-hati"

Jeanne menganggukkan kepala, dan setelah melihat William pergi, ia mulai melepaskan pakaiannya. Hanya mengandalkan satu tangan untuk melakukan hal ini sangatlah sulit baginya. Walaupun sulit, akhirnya bisa ia lakukan.

Setelah selesai mandi, barulah ia menyadari kalau ia lupa membawa masuk pakaian bersih. Ia mulai panik. Saat ia berniat meminta William mengantarkan pakaian yang bersih, tanpa hati-hati ia terjatuh karena lantai yang licin.

"Aaaa...."

William yang mendengar suara teriakan, segera menerobos ke kamar mandi, namun terlambat, Jeanne sudah terlentang di lantai dengan dahi yang berkerut. Karena kepanikannya, ia tidak sadar bahwa tidak ada sehelai benang pun di tubuh Jeanne. Dia segera memapah Jeanne, dan Jeanne pun berdiri. Di saat ini keduanya kaget.

Dengan serba salah Jeanne melihat pria yang berdiri di depannya, dan William juga tercengang melihat tubuh Jeanne, ibarat cahaya di musim semi.

Tubuhnya yang berwarna putih kemerahan setelah mandi, ditambah aroma yang semerbak. Membuat William membayangkan kembali masa-masa indah sebelumnya.

Tangannya terasa sentuhan yang halus dan lembut, membuat ia tak kuasa dan menelan ludah. Kelopak matanya sayu.

"Bodoh! Apa yang kamu lihat?"

Jeanne tidak menyadari gerakan nafsu William, ia malu, dan ingin segera menutup tubuhnya itu dengan tangannya.

Ia tidak menyadari bahwa tindakannya ini justru membuat orang akan lebih ingin menyerbu dirinya.

Novel Terkait

Mi Amor

Mi Amor

Takashi
CEO
4 tahun yang lalu
My Tough Bodyguard

My Tough Bodyguard

Crystal Song
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu
4 tahun yang lalu
Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
3 tahun yang lalu
My Superhero

My Superhero

Jessi
Kejam
4 tahun yang lalu