Wanita Pengganti Idaman William - Bab 144 Bagaimana Mungkin Tega Memukulnya

Bab 144 Bagaimana Mungkin Tega Memukulnya

Jeanne memandangnya dengan wajah merah-marah, mengambil sumpit dimeja lalu memasukkan nasi kemulutnya dengan cepat, seolah melampiaskan rasa malunya melalui gerakan ini.

Namun ia tidak sadar, meskipun ia berusaha menutupi wajahnya, namun kedua telinganya yang memerah sudah mengkhianatinya.

“Jangan hanya makan nasi putih, orang yang tidak tahu akan mengira aku menyiksamu.”

William melihat wajahnya yang sedang malu tidak sanggup menahan perasaannya untuk menjahilinya, “Dan lagi, jika kamu kurus, yang tadinya tidak seberapa dagingnya akan semakin tidak nyaman saat dipeluk!”

Bersamaan dengan ucapan ini, perasaan Jeanne seketika meledak, kedua pipinya seolah mendidih.

“William, kamu jahat!”

Dia berkata sambil menggertakkan gigi, William segera mengambilkan sepotong lauk untuknya sambil menenangkannya, “Sudah, bercandanya cukup sekian, makanlah!”

Jeanne melihat daging di mangkuknya, hanya membalasnya dengan tatapan kesal.

Dia dengan cepat menghabiskan makanannya, tanpa menunggu reaksi dari William, melemparkan satu kalimat lalu langsung pergi.

“Aku sudah kenyang, dirumah masih ada desain yang harus kuselesaikan, aku pergi dulu”

William melihat ia pergi dengan wajah yang sangat kesal, tidak dapat menahan geli hingga tertawa.

Ketika mengalihkan pandangan ke tempat duduk Jeanne tadi, ia menemukan barang milik wanita ini diatasnya.

“Wanita ini, selalu saja sembarangan meletakkan barang.”

Dia menggerutu sambil mengambil handphone lalu berjalan kearah pintu.

Jeanne sama sekali tidak tahu kalau William menyusul keluar.

Setelah ia turun ke lantai bawah, tanpa sengaja bertemu dengan Julian yang datang dengan marah.

Dan dia bisa menebak alasan Julian muncul di tempat ini, tidak lain pasti karena masalah ganti rugi.

Mengingat hal ini, ia langsung maju menghadangnya.

“Untuk apa kamu datang kemari?”

Julian melihat Jeanne yang tiba-tiba muncul, awalnya tersentak, lalu tidak lama bertanya dengan nada kasar, “Menurutmu untuk apa aku datang? Aku tanya padamu, apa maksud William menuntutku? Apakah dia benar-benar tidak memandang hubungan kami? Jangan lupa, aku adalah ayah mertuanya!”

Setelah Jeanne mendengar perkataannya, ingin sekali membalikkan bola matanya.

“Hah, disaat seperti ini kau ingat kalau kau adalah ayah mertuanya, kenapa saat mencurangi perusahaan orang lain tidak mengingat hubungan kalian?”

Dia menyindir dengan dingin, “Tidak mengaca dulu perbuatan apa yang sudah kau perbuatan, malah dengan enaknya menyalahkan orang lain, sekarang perusahaan dibuat menjadi seperti ini olehmu, meminta ganti rugi padamu adalah sebuah keharusan!”

Julian belum pernah dikritik seperti ini sebelumnya, apalagi orang yang mengkritiknya adalah Jeanne yang paling dipandang rendah olehnya.

Saat ini, wajahnya sungguh tidak enak dilihat.

“Apakah ini sikapmu berbicara denganku? Memang benar-benar tidak pantas dikenal oleh orang, sama sekali tidak tahu tata krama!”

Dia memaki dengan perasaan marah dan malu, Jeanne juga tidak lemah menghadapinya, segera melawan.

“Wajar saja, sejak kecil ayahku seperti sudah mati, oleh karena itu tidak ada yang mengajari, bukankah itu sama saja artinya.”

“Kau… Anak durhaka!”

Julian mendengarnya menyumpahinya mati, emosinya langsung memuncak.

Wajahnya mengkerut, tangannya sudah dilambaikan untuk memukul Jeanne.

Tamparannya sudah hampir mendarat, sabuah tangan yang panjang dan jenjang muncul sambil menggenggam pergelangan tangan Julian.

“Tuan Julian, Jessy istriku sekarang, anda ingin memukulnya, bukankah harus minta persetujuanku dulu?”

William berkata dengan nada dingin, tatapannya sedingin gunung es.

Dia melempar tangan Julian dengan kuat, melirik Jeanne yang tercengang disampingnya, alisnya mengangkat, penuh dengan perasaan bingung.

Bukankah Julian sangat menyayangi Jessy, bagaimana mungkin tega memukulnya?

Julian adalah orang yang pintar, dia baru mengkerutkan alisnya, dia sudah bisa menebak apa yang dicurigai olehnya. Hanya melihat wajahnya berubah, wajahnya terlihat tegang dan segera berkata, “Williiam, kamu salah paham, aku sedang menyapa Jessy.”

Setelah ia mengatakannya, ia melirik Jeanne dengan tatapan memperingatkan, mengalihkan pembicaraan, “William datang tepat pada waktunya, kebetulan ada yang ingin kubicarakan.”

Jeanne tahu apa yang ingin ia bicarakan, tanpa mempedulikan peringatannya, berkata dengan emosi, “Ayah, kamu jangan keterlaluan, masalah ini sama sekali tidak ada yang perlu dibicarakan.”

Julian mendengar ucapannya, wajahnya terlihat marah, api kemarahan membara di matanya.

Jika bukan karena William berada disampingnya, dia benar-benar ingin menghajar anak yang tidak tahu diri ini.

William merasakan percikan api kemarahan diantara mereka, kedua matanya menyipit.

“Jessy, kamu pulanglah terlebih dahulu, kebetulan ada juga yang ingin kubicarakan pada direktur Julian.”

Dia menepuk bahu Jeanne menenangkannya.

Jeanne tidak tenang, baru akan mengatakan sesuatu, sudah dipotong oleh William.

“Tenang, aku tidak akan dirugikan, percayalah padaku, oke?”

Kata terakhirnya disertai nada membujuk, membuat Jeanne tidak mampu menolaknya, hanya bisa berbalik dan pergi dengan pasrah.

Setelah ia pergi, William memasukkan tangannya kedalam kantong celananya, menatap kearah Julian dengan tatapan dingin.

“Hans, ajak tuan Julian keatas.”

Dia berpesan dengan dingin, tanpa mempedulikan ekspresi wajah Julian, berbalik masuk kedalam lift.

Beberapa menit kemudian, keduanya berjalan masuk kedalam kantor.

William tidak mengatakan apapun, melainkan melanjutkan pekerjaan yang berada diatas mejanya, seolah menganggap Julian transparan.

Julian dibuat kesal oleh sikapnya.

Namun mengingat tujuannya datang kemari, mau tidak mau dia harus menahannya, memecah keheningan, “William, bagaimanapun keluarga kita masih berhubungan, kamu menuntutku seperti ini hanya akan membuat malu kedua keluarga kita, bagaimana kalau kamu tarik tuntutanmu, kita selesaikan secara kekeluargaan saja, bagaimana?”

William meliriknya dengan wajah datar, dalam matanya terpancar hawa dingin.

“Sepertinya direktur Julian lupa, aku orang yang tidak suka mencampur pekerjaan dengan kehidupan pribadi, bahkan Jessy sudah mengingatkan anda sebelumnya, jangan menggunakan bahan yang bermasalah, andalah yang tidak mengindahkan peringatannya, sekarang membuat nama baik perusahaan kami rusak, ganti rugi dalam berbagai aspek sudah mencapai jutaan dollar, dan seluruh kerugian ini diakibatkan oleh bahan dari anda, tentu saja semua kerugian ini harus anda yang menanggungnya!”

Mengatakan hingga akhir, nada bicaranya sangat yakin dan tegas, sama sekali tidak bisa diganggu gugat.

Wajah Julian dibuat merah olehnya, ingin membalas namun tidak dapat membalasnya.

William tidak mempedulikannya, melihatnya diam, ia kembali menegaskan posisinya.

“Direktur Julian, saya berharap kelak saat kta membicarakan masalah bisnis, jangan membawa masalah hubungan kita, saat membicarakan bisnis saya hanya akan membicarakan bisnis, saya rasa ucapan cukup jelas untuk anda, dan mulai saat ini, jika anda ingin membicarakan bisnis dengan saya, saya tidak akan menolaknya namun saya juga tidak akan menyetujuinya dengan mudah.”

Dia berkata sampai sini, berhenti sejenak, menunggu apa yang akan dikatakan Julian.

Ternyata, setelah ia berhenti, Julian mengkerutkan alis dengan wajah tidak puas, “Apa maksudmu berkata seperti itu?”

William meliriknya sesaat, berkata dengan nada dingin, “Tentu saja karena masalah kali ini, anda tentu saja tahu kalau perusahaan ini bukan hanya milik saya seorang, masih ada banyak pemilik saham perusahaan, hanya dengan melakukan hal ini saya baru bisa mempertanggungjawabkan masalah ini didepan para pemilik saham, dan jika anda masih ingin bekerjasama dengan saya, anda hanya bisa menerima persayaratan dari saya.”

Julian benar-benar marah, ini sama saja ingin memutus bisnis juga kerja kerasnya.

Namun jika ia tidak menyetujuinya, kerugiannya akan semakin besar.

Tepat saat ia sedang kebingungan, William berkata dengan nada sabar namun tegas, “Jika direktur Julian merasa kurang sesuai, anda dapat mempertimbangkannya terlebih dahulu, setelah mendapatkan jawaban, anda bisa menghubungiku kapan saja, sekarang saya masih ada pekerjaan, tidak dapat mengantar anda, Hans, antarkan tamu!”

Dia menelepon Hans, menyuruhnya masuk.

Julian dibuat kesal setengah mati oleh sikapnya mengusir tamu, namun ia tidak dapat berbuat apa-apa, hanya dapat berbalik lalu pergi.

Novel Terkait

Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
5 tahun yang lalu
Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
4 tahun yang lalu
 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Everything i know about love

Everything i know about love

Shinta Charity
Cerpen
5 tahun yang lalu
Cinta Yang Dalam

Cinta Yang Dalam

Kim Yongyi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu