Wanita Pengganti Idaman William - Bab 19 Kita Lihat Saja Nanti

Bab 19 Kita Lihat Saja Nanti


Jeanne berusaha meloloskan diri beberapa kali, malah akhirnya ia sepenuhnya tertekan tubuh William, tangan William menggenggam pergelangan tangan Jeanne yang kurus, sedangkan tangannya yang satu lagi malah merobek pakaian Jeanne dengan bertenaga.


“William, apa yang kamu lakukan?”Jeanne mencoba bertahan dengan tubuhnya, ia sudah jelas bukan lawan sepadan untuk William. Bau alkohol yang pekat semakin tercium, nampaknya William memang sangat mabuk.


Tubuhnya sekejap jadi terasa dingin, seluruh bulu kuduk Jeanne berdiri, segera setelahnya kulit William yang hangat tapi juga dingin itu menempel di tubuh Jeanne, kemudian dengan sangat kejam masuk ke tubuh Jeanne.


Jeanne kesakitan sampai ia menekuk tubuhnya ke belakang, tapi ia malah ditahan kuat-kuat oleh William, disiksa tanpa henti. Berkali-kali William melakukannya seperti mau Jeanne memohon ampun saja. Jeanne terpakasa telentang, saat itu tangannya juga menunjukkan beberapa macam tanda kesetiaan. Waktu terus berjalan, sedetik semenit, tidak tahu selama berapa lama, Jeanne sampai hampir mau pingsan.


“ingatlah baik-baik malam ini, mulai hari ini kamu tidak diijinkan untuk punya hubungan apapun dengan laki-laki lain!” William berkata tepat di samping telinga Jeanne tanpa ampun. Baru saat mendengar teriakkan William dengan suara rendahnya itu, akhirnya pertempuran selesai.


Tanpa tahanan laki-laki itu, Jeanne sekejap mata seakan-akan lumpuh tak bisa bergerak. Badan laki-laki yang tadinya menutupi tubuhnya seperti tersadar tiba-tiba, ia berbalik badan dan keluar kamar.


Hanya tersisa Jeanne seorang diri di dalam kamar, seluruh sisi ruangan masih tersebar aura pasangan yang baru saja bercinta. Seluruh tubuh Jeanne seperti diasah, badan Jeanne gemetar saking sakitnya. Mana pernah ia menerima perlakuan semacam ini sebelumnya, tanpa sadar ia terkapar dan menangis di ranjang.


Di sisi lain William rebahan di ranjang kamar tamu, ia juga sudah lumayan sadar dari mabuknya. Ia jarang sekali setidak sabaran dan sekasar ini, hati kecilnya jadi merasa menyesal.


“apakah ini sudah keterlaluan?”

“apa Jeanne akan menyalahkan aku?”


William membolak-balikkan badannya, tidak, ini bukan salah William. Jelas-jelas Jeanne duluan yang tidak jelas dengan Bernard, ia hanya ingin memberi Jeanne pelajaran saja. Benar, begitu. Hanya saja hati William masih gundah tiada tara, semalaman itu William tidak tidur dengan nyenyak.


Keesokan harinya William bangun lebih pagi dari biasanya, juga tidak menyantap sarapan di rumah dan langsung buru-buru keluar rumah. Pembantu di rumah melihat suasana hati William yang buruk juga jadi tidak berani mendekatinya.


……


Semalam sudah tersiksa seperti itu, membuat Jeanne baru bangun saat matahari sudah hampir berada tepat di atas. Ia merapihkan diri sekilas lalu mengenakan baju santai turun ke lantai 1.


Para pembantu buru-buru menyiapkan sarapan untuk Jeanne, sedangkan Jeanne malah duduk kursi meja makan dan bengong saja. Nampaknya suasana hatinya juga sangat buruk.Semua orang di rumah jadi terheran-heran sendiri, “hari ini tuan muda dan nona muda kenapa ya? Kok semuanya aneh gini sih.”


Setelah beberapa lauk pauk yang ringan tersajikan di meja, seorang pembantu kemudian mengambilkan sebuah mangkuk kecil terbuat dari porselin berwarna putih. “apa ini?” Jeanne melihat sekilas, dulu tidak ada yang seperti itu.


Pembantu itu tersenyum dan berkata, “untuk nona musa, ini sup yang bergizi dan bisa menjaga kesehatanmu. Saat tuan muda pergi keluar, ia secara khusus memerintahkan untuk memastikan anda meminumnya. Katanya sih sangat berkhasiat untuk wanita.”


Jeanne membuka tutup mangkuk kecil itu, wangi yang samar-samar manis tercium, kelihatannya lumayan sekali. Saat dibuka di atas mangkuk kecil itu juga masih beruap-uap, nampaknya baru saja dibuat.


Melihat pembantu itu terus menatap dirinya, Jeanne mencoba seteguk sup, menganggukkan kepalanya ke pembantu tersebut.

“sebentar lagi juga akan aku habiskan.” kata Jeanne

Pembantu itu akhirnya pergi dengan senang, Jeanne baru tiba-tiba menyadari. William itu merasa bersalah atau gimana? Mau mengembalikan nutrisi tubuhku?


Sesungguhnya Jeanne tidak nafsu makan, tapi yah karena niat baik juga. Ia mencibirkan bibirnya, mengambil sendok dan memaksakan diri untuk meminumnya.

……

Rumah besar keluarga William, seorang pembantu diam-diam masuk, sepasang matanya tidak berhenti melihat ke sekeliling, seakan takut ketahuan.


“di sini.” ada orang lain yang menyambutnya, “kenapa kamu baru datang hari ini, nona muda sudah lama sekali menunggumu.”


“tadi ada sedikit urusan yang menahanku” pembantu tersebut menjawab.


Orang yang satunya bertanya, “ada urusan apa? Kamu sampai datang sendiri ke sini.” pembantu itu menutup mulutnya rapat-rapat dengan senyuman saja.

Orang yang satu lagi menghela nafasnya dan berkata, “tidak mau bicara, jangan bilang takut hasil kerjamu direbut?” sembari mereka berdua berbicara merekapun sampai ke kamar Alexa.


Alexa sedang santai sendirian, ia sedang memakai cat kuku. Cat kuku berwarna merah muda membuat jarinya semakin terlihat panjang ramping dan putih, mendengar suara-suara di pintu, Alexa berkata dengan datar, “sudah datang?”


“nona Alexa” pembantu itu namanya Siti, ia mendekati Alexa dengan sopan, matanya menatap Alexa dengan agak gugup dan juga agak takut. Orang yang di sisi mereka itu inisiatif pergi ke luar, menutup pintu kamar.


Sekarang hanya tinggal mereka berdua saja di kamar, saat itu Alexa baru bicara tanpa ekspresi, “bukankah sudah aku beritahu kamu, jangan sembarangan datang mencariku? Ya sudahlah, ada kabar apa bilang saja? Ada gosip apa lagi dari rumah baru itu?”


Pembantu ini sudah bekerja sama dengan Alexa untuk waktu yang cukup lama, saat ini Siti memberitahu Alexa soal bagaimana William pergi ke kamar Jessy, kemudian pergi tidur semalaman di kamar tamu.


Semakin lama Alexa mendengar matanya semakin bersinar, “jadi maksudmu, kemarin malam kak William dan wanita rendahan itu, tidur di kamar terpisah?”


Alexa kemudian mengesampingkan botol cat kuku, berdiri dengan perasaan senang kemudian berkata, “Jessy juga cuma segini saja kan? Aku kira dia sangat berkemampuan. Berapa lama ia bisa mengikat kak William di sisinya.”


Pembantu itu semakin menundukkan kepalanya, kalimat seperti itu tidak seharusnya ia dengar. Pikiran Alexa masih belum kegirangan, tangannya meraih dan menggenggam rahang pembantu itu, mengangkat wajahnya kemudian memastikan, “kamu yakin apa yang kamu lihat itu benar?”


“benar, bisa dijamin seratus persen akurat.” pembantu itu menjawab dengan penuh hormat.

“baiklah, kerjamu cukup bagus. Pada saatnya nanti aku jadi nona muda, kerja baikmu tidak akan aku lupakan” kata Alexa.


Alexa mendengar kabar seperti ini, seketika itu juga perasaannya senang dan lega. Sambil Alexa berbicara, ia sambil mengeluarkan cek 5 juta rupiah dan melemparnya ke pembantu itu, berkata, “ini untuk kerja kerasmu! Teruslah mengamati! Jangan sampai ketahuan orang.”


“terima kasih nona Alexa, tenang saja.” pembantu itu buru-buru berterima kasih, Alexa melambaikan tangannya, baru pembantu itu segera meninggalkan kamar Alexa.


Alexa mendorong sedikit dan membuka jendela kamar, ia merasa hari ini cuacanya sangat indah. Apa akhirnya kesempatan ia datang juga? Jessy, kita lihat saja nanti!

……

Dua hari Jeanne tidak tidur dengan pulas di rumah, siang hari itu ia hanya ingin tidur sejam saja, eh taunya malah ketiduran sampai malam.


Karena siangnya sudah terlalu lama tidur, malamnya Jeanne membolak-balikkan badannya di ranjang, bagaimanapun ia tidak bisa tertidur. Malampun masih panjang, sekarang saja baru jam 10 malam.


Perut Jeanne mulai berbunyi karena lapar, awalnya ia masih ingin menahan diri saja. Tapi karena perutnya terus-terus berbunyi dan rasa lapar yang semakin menjadi, Jeanne tidak tahan lagi. Ia mengelus perutnya dengan pasrah, “ah sudahlah, aku lihat saja di dapur ada makanan apa.” memutari dapur sebentar, ternyata di dapur tidak ada makanan instan apapun yang bisa dimakan, karena William selalu mementingkan kesehatan.


Untungnya masih ada sedikit mie, Jeanne terpaksa merebus mie dengan kuah bening.

“apa ini?” baru saja Jeanne menaruh mangkok mienya di meja makan dan baru mau mulai makan, ia melihat di meja makan ada berkas-berkas yang menumpuk.

Novel Terkait

Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Awesome Guy

Awesome Guy

Robin
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Gadis Penghancur Hidupku  Ternyata Jodohku

Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku

Rio Saputra
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu
Get Back To You

Get Back To You

Lexy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu
Dipungut Oleh CEO Arogan

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Kamu Baik Banget

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu