Wanita Pengganti Idaman William - Bab 225 Tidak Tega Pergi Darinya

Jeanne tidak tahu Jessy menelepon lagi.

Setelah bangun di pagi hari, dia pun langsung berangkat ke perusahaan.

Kemarin toko mulai beroperasi, banyak pesanan yang masuk, tidak sedikit masalah yang menunggu dia urus selama beberapa hari ini.

Saat dia sudah sibuk dari pagi, tidak mudah bisa bertahan sampai siang untuk makan dan istirahat, tapi malah mendapatkan panggilan telepon dari Julian.

"Aku berada di Cafe seberang perusahaan kalian, kamu datang sebentar.”

Dia menyelesaikan ucapannya dengan dingin, juga tidak peduli apakah Jeanne sibuk atau tidak, langsung mematikan telepon.

Jeanne melihat telepon dengan tatapan gelap.

Dia tidak ingin bertemu Julian, karena setiap kali pria ini mengajak dia keluar selalu bukan mengenai hal baik.

Hanya saja, realita sama sekali tidak memberinya pilihan.

Akhirnya, dia juga berjalan keluar dari perusahaan, datang ke cafe yang ada di seberang.

“Katakanlah, apa masalahnya?”

Dia langsung duduk, tidak memesan kopi, bertanya secara terang-terangan.

Julian memandangnya sekilas, dengan tidak peduli, berkata dengan nada berat: “Dua hari lagi, Jessy akan pulang.”

Hanya sepatah dua kata itu, malah membuat Jeanne terpaku, hatinya terasa berat.

"Kenapa begitu cepat?”

Dia secara naluriah bertanya, selesai berkata barulah dirinya menyadari bahwa tampak sedikit kehilangan kendali, bertanya terlalu tergesa-gesa.

‘Ehhemm’… ...maksudku, bukankah batas waktunya setahun? Ini belum setahun, kalian ingin melanggar kontrak, berencana tidak memberiku biaya pengobatan ibuku lagi?”

Dia memaksa diri untuk tenang, tapi tangan yang diletakkan di kaki gemetaran tak terkendali.

Meskipun dia menutupi dengan baik, tapi Julian bisa terlihat kepanikannya.

Namun, dia mengira Jeanne takut ibunya tidak dapat meneruskan pengobatan, sehingga begitu kehilangan kendali.

“Apa yang kamu khawatirkan? Jessy hanya pulang untuk lihat-lihat, dia cuma main beberapa hari lalu akan kembali ke luar negeri.

Dia marah dengan nada tidak baik, Jeanne malah tidak tahan untuk merasa lega.

Hanya main dua hari, bukan menyuruhnya pergi.

Memikirkan ini, dia teringat satu hal lagi, secara tidak sadar mengerutkan alis dan memperingatkan.

“Kalau begitu, kamu harus ingat memberi tahu Jessy, saat pulang nanti, dia harus berhati-hati, jangan sampai ketemu dengan orang-orang keluarga Sunarya!

Julian sedikit tidak senang dengan caranya berbicara, tidak sabar: “Hal semacam ini memang perlu kamu ingatkan, Jessy lebih tahu dibanding kamu.”

Jeanne melihatnya membahas Jessy langsung menampakkan seorang ayah yang sayang dan membelanya, meski sudah tahu jelas sejak awal, tapi hatinya masih sangat tidak nyaman.

“Kalau tidak ada masalah lain, aku pulang dulu, sore masih ada kerjaan.”

Dia berdiri dengan wajah dingin, Julian tidak menghentikannya, dia pun langsung pergi.

Jeanne kembali ke kantor, otaknya masih berpikir kabar Jessy yang akan pulang.

Apalagi saat dia teringat pembicaraan tadi, dia menyangka Julian akan mengusirnya pergi, dan menempatkan Jessy ke posisi semula.

Momen itu, seluruh benaknya penuh dengan William, dia tidak rela pergi, lebih tidak rela meninggalkannya.

Dia...apakah dia jatuh cinta?

Kenapa bisa begitu?

Dia jelas sudah membatasi diri dengan baik!

Dia tidak berani membayangkan jika kedepannya dirinya harus pergi, bagaimana dengan dirinya?

Sesaat itu, Jeanne menjadi kacau.

Terutama ketika berpikir dirinya tetap harus pergi baik cepat atau lambat, meninggalkan William, hatinya seperti dicengkeram oleh tangan besar yang tak terlihat, sakit hingga sulit bernapas.

Bahkan sesaat, dia sangat harap alangkah baiknya jika dirinya bisa selamanya menjadi Jessy.

Namun, pikiran ini dia hanya berpikir sejenak dan langsung menghempaskannya, dirinya juga kembali sadar.

Seumur hidup ini, dia tidak mungkin seterusnya bisa menjadi Jessy...

Memikirkan ini, dadanya semakin pengap, pikirannya pun menjadi jengkel

Namun, meski begitu, hidup tetap harus dijalani.

……

Dua hari kemudian, bandara Internasional.

Melihat jalur keluar tamu VIP, keluar seorang gadis cantik memakai kacamata hitam yang menutupi setengah wajahnya.

Wajah sebesar telapak tangan itu tertutup setengah, tapi tidak bisa menutupi wajahnya yang luar biasa.

Ujung hidung yang mancung, bibir yang dioles dengan lipstik merah, diikuti kuncir kuda yang longgar, seluruh penampilannya terlihat begitu pamer.

Apalagi kemeja lengan pendek dan celana pendek yang dikenakannya, menampilkan bentuk tubuhnya yang tidak ada cacat, terlihat seksi, warnanya terlihat cerah dan berani.

Dia melihat sekeliling dengan angkuh, segera terlihat sesuatu, bibirnya sedikit terangkat, langsung berlari kecil ke sana.

Hanya terlihat dia pergi ke depan mobil hitam yang mewah, membuka pintu mobil dengan tidak bisa menyembunyikan kesenangannya.

“Ayah, aku sangat merindukanmu!”

Setelah naik ke mobil, dia segera memberi Julian pelukan besar.

Iya, orang yang pulang adalah Jessy.

Dia melihat Julian dengan teliti, kiri kanan atas bawah, berkata dengan manja: “Ayah, apakah kamu tidak makan tepat waktu, rasanya kamu lebih kurus dibanding sebelumnya!”

Julian mendengar suara yang dibuat-buatnya, wajahnya penuh dengan kasih sayang dan kepuasan.

“Bagaimana mungkin? Ayah selalu mendengar kata-katamu, makan dengan baik.”

Jessy mengerutkan hidungnya, berkata dengan menggertakkan gigi: “paling bagus jika begitu, kalau tidak lihat bagaimana aku marah padamu.”

Julian melihat situasi, hanya bisa menyerah, dan mengalihkan topik.

“Oh iya, aku sudah menyuruh orang untuk membersihkan villa yang ada di gunung Xian, kali ini karena pulang diam-diam, perjalanan kamu harus dirahasiakan, jadi dua hari ini kamu tinggal di villa sana.”

Jessy juga mengerti, dia pun tidak membantah.

“Aku tahu.”

Julian melihatnya tidak terlihat tidak senang, barulah melanjutkan: “Dan juga, setelah kamu pulang, usahakan jangan bertemu dengan orang-orang dulu, terutama keluarga Sunarya sana.”

Jessy mendengar perintah ayahnya, tiba-tiba tidak sabar mengomel di mulutnya.

“Ayah, jangan katakan lagi, kamu terus saja bicara, seperti orang yang dipenjara tidak boleh keluar rumah, hanya pulang rumah pun harus sembunyi-sembunyi, perasaan ini benar-benar sangat tidak nyaman.”

Julian melihat wajahnya tidak senang, segera mengalah: “ini karena tidak ada solusi, sekarang situasinya beda, baik, baik, aku tidak mengatakannya lagi, lagipula ada Jeanne yang mengurus masalah di keluarga Sunarya, bahkan kalau terjadi sesuatu juga dia yang menanganinya.”

Jessy melihat dia menyebut Jeanne, dan teringat rencana mereka, secara tidak sadar tersenyum.

“Bukankah begitu, ini bukan masalahku, jadi ayah tidak perlu mengomeli aku lagi.”

Sambil berkata, dia sepertinya teringat sesuatu, perlahan-lahan mengangkat bibirnya dengan lembut.

“Boleh dibilang, aku seharusnya bangga punya kakak perempuan seperti ini, kalau tidak aku tidak bisa melakukan hal-hal yang ingin aku lakukan, ayah, lain kali kita cari waktu, biarkan aku makan bersama dengan kakak perempuanku yang baik itu.”

Selesai berkata, rasa dingin di matanya tidak sebanding dengan kebaikan yang dikatakannya.

Julian tentu saja juga tahu bahwa dia tidak sesederhana hanya ingin mentraktir Jeanne makan, takutnya dia ingin mengambil kesempatan ini untuk memperingatkannya.

Namun, walaupun dia tahu, dia juga tidak berencana menghalanginya.

Karena bagaimanapun selama ini, sikap Jeanne padanya sudah seharusnya diberi pelajaran.

“Iya, aku sudah tahu, lain kali aku akan mengajaknya keluar.”

Jessy senang, mengatakan kata-kata baik terhadap depan Julian.

“Aku tahu kalau ayah paling sayang padaku.”

Julian melakukan TOSS di telapak tangannya, wajahnya penuh dengan kebahagiaan.

“Siapa lagi yang aku pikirkan selain kamu? Kamu ini, jangan merusuh terlalu besar-besaran nantinya, jangan lupa sekarang masih perlu mengandalkanya untuk membantu kita di keluarga Sunarya.”

Meskipun Jessy tidak senang, tapi demi menjaga rencana dengan baik, dia terpaksa setuju.

“Aku tahu, aku tetap ingat batasan.”

Novel Terkait

The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
4 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
Gadis Penghancur Hidupku  Ternyata Jodohku

Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku

Rio Saputra
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Nikah Tanpa Cinta

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
4 tahun yang lalu
Pernikahan Kontrak

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
5 tahun yang lalu
Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
4 tahun yang lalu
Perjalanan Selingkuh

Perjalanan Selingkuh

Linda
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
4 tahun yang lalu