Wanita Pengganti Idaman William - Bab 515 Aku Temani Kamu

Hari itu, karena khawatir dengan putranya Jessy, terus berada di rumah sakit. Malam harinya, Julian juga segera ke sana, “Jessy, ada apa dengan cucuku? Dokter bilang apa?”

“Radang usus akut, peradangannya sudah berkurang, tapi masih perlu tinggal di rumah sakit untuk pengamatan. Aku berencana beberapa hari ini tinggal di rumah sakit merawat putraku.”

Jessy mengatakan rencananya, Julian juga tidak menentang.

Anak itu sekarang seperti ini, mereka semua tidak tenang, “Em, kalau begitu kamu jaga di rumah sakit saja, untuk keluarga Sunarya, bilang saja ayahmu ini sedang sakit, dua hari ini kamu pulang untuk merawatku.”

Jessy mengangguk.

Petang hari, William pulang dari kantor.

Dia melihat ruang tamu tenang dan kosong, secara reflek merapatkan ujung bibir.

Juga tidak tahu apa dia sudah memanjakan Jessy dengan cara yang salah, sekarang dia pulang juga tidak melihat Jessy keluar menyambut, mengatakan “sudah kembali ya”, merasa pasti ada yang tidak benar.

Juga tidak tahu gadis kecil ini bisa kesal sampai kapan.

Sorotan matanya agak murung, berencana malam ini mendiskusikan dengan baik ke Jessy.

Berpikir seperti ini, dia berjalan naik ke atas.

Kemudian dia juga tidak menemukan Jessy di kamar.

“Pengurus rumah, kemana nyonya muda?” William memanggil pengurus rumah dan bertanya.

Pengurus rumah dengan hormat menjawab: “Tuan muda, nyonya muda dari pagi pergi belum pulang.”

William mengerutkan alis, dia mengambil ponsel menelepon ke Jessy.

“Ada urusan apa?”

Suara Jessy sangat dingin di telepon.

William mengunci alis dengan erat, “Di mana kamu sekarang?”

“Aku di rumah keluarga Gunarta, beberapa hari ini papaku tidak enak badan, aku perlu tinggal di sini untuk menjaganya.”

Jessy mengatakan alasan bagus yang dari awal sudah disepakati dengan Julian.

“Pulang dan tidur di sana lagi?”

William agak percaya tapi curiga, merasa kecil kemungkinan Julian sakit, lebih merasa Jessy masih kesal dengan dirinya.

Mengingat tadi pagi dia masih mendengar bahwa Julian bertemu dengan direktur perusahaan Nogo Shop.

“Jessy, jangan kesal lagi, kamu pulang kita diskusikan dengan baik.”

Dia menurunkan harga diri, mencoba membujuk Jessy untuk pulang.

Meski Jessy terkejut atas sikap William, tapi masih bersikeras tidak ingin pulang, “Di tempat papaku sini dia hanya seorang diri, aku tidak tenang, kalau kamu sungguh ingin diskusi denganku, nanti tunggu papaku membaik saja, kita pulang dan diskusikan.”

Setelah mengatakan, wanita itu langsung memutuskan telepon.

Julian melihat dia sudah memutuskan telepon, baru dari samping berjalan menghampiri, “Telepon dari William?”

Jessy mengangguk: “Memintaku pulang, bilang ingin diskusi denganku.”

Berbicara sampai sini, sepasang matanya agak menyipit, dalam mata terlihat cahaya yang murung: “Pa, kelihatannya Jeanne wanita itu juga bukan tidak ada keahlian apapun, setidaknya sudah membantuku mengikat pria dengan erat.”

Julian seketika tidak mengerti, tidak paham dan melihat ke Jessy, “Kenapa bisa bilang begitu?”

Jessy tertawa kecil, tersenyum kecil, “Pa, apa kamu tahu? William tadi memintaku pulang dengan nada suaranya lebih seperti berkompromi, kalau dia sungguh mencintaiku, aku rasa kali ini kita bisa mendapatkan tidak sedikit keuntungan dari keluarga Sunarya!”

…….

Di waktu yang sama, di villa keluarga Suntar.

Di ruang tamu yang disinari lampu dengan terang, Willy duduk dengan santai di sofa.

Dan di hadapannya berdiri seorang anak buah, yang dengan hormat melapor sesuatu.

“Tuan muda, Jeanne yang mau kamu cari sudah ditemukan, dia dan mamanya dikirim oleh Julian ke negara I.”

Alis Willy terangkat, melambaikan tangan ke anak buah, “Ambil datanya ke sini untukku lihat.”

Anak buah dengan hormat memberikan dokumen.

Willy membaca sampai selesai dengan cepat, tersenyum dengan lebar dan dalam, “Suruh orang beli tiket pesawat yang pergi ke negara I yang paling awal.”

Jeanne juga tidak tahu posisinya sudah terlacak oleh orang.

Beberapa hari ini, dia setiap hari menemani ibunya terapi di rumah sakit, sibuk keluar masuk, dia sangat lelah, namun melewati hari dengan sangat bermanfaat.

Beberapa hari ini, dia juga jadi jarang sekali terpikir akan William.

Tentu saja dia bukan sudah melupakan William, tapi menyimpan orang ini di lubuk hatinya, mungkin tunggu dia sudah tidak ada kerjaan, baru kembali merasakan lagi rindu yang begitu mendalam yang merasuki tulang itu.

Hari ini, setelah Jeanne menemani mamanya terapi, bersiap untuk pulang ke kontrakan untuk menyiapkan makan siang.

Namun baru saja dia berjalan keluar dari pintu utama rumah sakit, langsung kelihatan seseorang yang tak terduga olehnya, dia jadi terdiam, “Kenapa kamu bisa di sini?”

Jeanne menahan kuat matanya yang kaget melirik ke atas, dengan datar berkata: “memangnya apa ada hubungannya dengan kamu?”

Setelah dia mengatakan, bersiap untuk melewati Willy dan pergi, terakhir terpaku di tempat karena sepatah kata dari Willy.

“Tidak ada hubungan denganku, tapi aku penasaran sekali, aku sebenarnya harus memanggilmu Jeanne atau Jessy?”

Willy bercanda dan memandangi bayangan Jeanne.

Jeanne dengan cepat membalikkan badan, ekspresi wajah jadi sangat dingin dan berat, “Kamu memeriksaku.”

Willy tidak membantah, dengan sangat terang-terangan mengangguk, “Benar, bagaimanapun juga kamu adalah penolongku bukan?”

Nafas Jeanne tersedak, sepasang pandangan matanya melihat Willy dengan erat, sedikit saja tidak percaya bahwa karena alasan ini Willy sampai memeriksa dia.

“Apa yang sebenarnya ingin kamu lakukan?”

“Gadis kecil, jangan takut, aku hanya mau membalas budi.”

Willy berkata, tiba-tiba tertawa sebentar, “Kamu jangan menganggapku sama seperti William yang bodoh itu, pasangan sudah diganti saja tidak tahu.”

Jeanne kedengaran dia menyebut William, tiba-tiba hati jadi sakit sebentar.

“William terus dibohongi, keluarga Sunarya juga merancang dengan baik, kalau itu kamu juga tidak mungkin tahu.”

Wanita itu menatap tajam Willy, untuk membela William.

Willy melihat wanita itu terus, sepasang mata menyipit, terakhir juga tidak berdebat dengan wanita itu tentang hal ini.

Dia menggoyangkan pundak: “Baik, kita tidak bahas masalah ini, sekarang kamu mau kemana? Aku temani kamu.”

“Tidak perlu, aku tidak perlu kamu balas budi.”

Setelah Jeanne selesai berkata, membalikkan badan dan pergi.

Willy melihat bayangan wanita itu pergi, mengangkat alis, “Gadis kecil, begitu inginnya memutuskan hubungan denganku, aku tidak akan mewujudkan keinginanmu.”

Dia bergumam, dengan erat mengikuti Jeanne dari belakang.

Jeanne tentu saja tahu diikuti oleh pria itu, agak mengerutkan alis.

Dia mempercepat langkah kaki, ingin menyingkirkan orang di belakangnya, tidak peduli bagaimana dia menyelinap ke gerombolan orang di plaza, orang yang di belakang masih tetap saja mengikutinya.

“Willy, sebenarnya apa yang kamu mau?”

Terakhir, Jeanne tak tahan lagi di satu lorong menghentikan langkah kaki, balik badan dan marah memandang Willy yang berjarang tidak jauh.

Willy terlihat Jeanne yang meledak, sama sekali tidak peduli, tersenyum ceria menerobos ke depan Jeanne, “Tadi bukannya aku sudah bilang, mengikutimu untuk membalas budi.”

Melihat paras wajah orang ini di hadapannya menjadi lebih genit daripada seorang wanita, tiba-tiba Jeanne menjadi terpaku sebentar.

Setelah dia sadar kembali, dia mundur dengan cepat, dengan mata yang mengandung amarah mencela: “Willy Suntar!”

Novel Terkait

The Winner Of Your Heart

The Winner Of Your Heart

Shinta
Perkotaan
5 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
5 tahun yang lalu
Anak Sultan Super

Anak Sultan Super

Tristan Xu
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu
After Met You

After Met You

Amarda
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Beautiful Lady

Beautiful Lady

Elsa
Percintaan
4 tahun yang lalu
Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu
Don't say goodbye

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
5 tahun yang lalu