Wanita Pengganti Idaman William - Bab 438 Tidak Bisa Merasakan Perhatian dan Kasih sayangnya

Jeanne mendengar kata-kata William seolah-olah untuk menenangkan dan mau berkompromi, dan ketidakpuasan yang terakumulasi dalam hatinya langsung hilang.

Saat ini, Jeanne tidak peduli Moli masih di sana, dengan wajah cemberut dan suara yang dalam: "Buka bajumu, aku mau melihat lukanya."

William mengangkat tangannya dan mulai membuka kancing bajunya.

Tidak bisa dipungkiri, sangat menyenangkan melihat orang yang tampan dalam melakukan apapun.

Jeanne tidak tahu apakah William sengaja menggoda. Saat dia menanggalkan pakaiannya, dia sedikit menggoda. Gerakannya sangat pelan, membuat Jeanne terobsesi dan napasnya menjadi tidak menentu.

Penampilan hati-hati ini membuat William tidak bisa menahan diri untuk tertawa.

Jeanne juga tersadar karena suara tawa dari William. Dia sangat malu ketika dia terpikir tentang apa yang baru saja terjadi.

"William!"

Dia berteriak memanggil namanya, wajahnya memerah, seperti apel yang matang, dengan aroma manis dan menarik.

Saat William memperhatikannya, jantungnya berdetak dan jakun di tenggorokannya bergulir tanpa sadar. Dia teringat kejadian tadi malam.

Bagaimana mungkin Jeanne tidak memahami perubahannya? Dia bahkan lebih malu dan, tentu saja mukanya makin merah.

"Jika kamu tidak serius, aku akan pulang!"

Dia bangkit dengan marah dan sepertinya ingin pergi.

Mengetahui bahwa dia sudah terlalu banyak menggoda, William dengan cepat meraih tangan Jeanne dan membujuknya dengan berkata, "Oke, aku tidak menggodamu lagi. Tolong beri aku obat. Aku merasa lukanya sangat sakit sekarang."

Ketika Jeanne mendengar lukanya terasa menyakitkan, tetapi juga karena rasa malunya, segera berbalik dan langsung melihat keadaan luka William.

Melihat luka di tubuhnya, yang awalnya sudah mengering, sekarang terbuka lagi, bahkan terlihat daging di dalamnya dan keluar sedikit darah dari dalam.

Terutama di sekitar luka ada beberapa goresan bekas cakaran, Jeanne secara alami tahu bagaimana bisa ada bekas cakaran itu dan hatinya marah dan merasa bersalah.

"Lihat, siapa suruh kamu sembarangan. Sekarang lukanya terbuka lagi."

Jeanne awalnya mau menekan luka William, tapi dia benar-benar tidak tega. Jari-jarinya yang halus hanya menyentuh bagian kulit tubuh William yang tidak ada lukanya.

Bagaimana mungkin William tidak bisa merasakan kesedihannya? Kelembutan yang terpancar di wajahnya Jeanne menjadi lebih nyata.

Moli memperhatikan dua orang di depannya, saling menggoda tanpa peduli ada orang disekitarnya dan kecemburuan dalam hatinya hampir tidak bisa ditahan lagi.

Dia menggigit bibir bawahnya begitu keras, dia ingin sekali berbalik dan berjalan pergi, karena kalau tidak melihat,maka hatinya akan lebih tenang.

Tetapi jika dia pergi, Jeanne yang genit itu takutnya akan mencoba untuk merayu Tuannya untuk melakukan hal-hal yang memalukan tanpa ada perasaan malu-malu lagi.

Bagaimana mungkin dia bisa memberikan kesempatan pada pelacur itu, dan akhirnya dia memutuskan untuk duduk tepat di hadapan mereka.

Gerakannya menarik perhatian William dan Jeanne.

William mengerutkan kening dan sangat tidak puas dengan Moli yang tidak patuh dengan perintahnya.

Hanya saja Jeanne tidak memberi William kesempatan untuk memarahi Moli, Jeanne mendorongnya untuk berbaring di sofa dan mulai mengoleskan obat.

Moli memperhatikan sentuhan jarinya Jeanne pada tubuh Tuannya, dan kecemburuan di matanya berubah menjadi lebih nyata, dan dari sorot matanya terlihat ingin sekali menggantikan posisi Jeanne.

Jeanne secara alami memperhatikan perubahan sikap Moli, tapi dia tidak peduli.

Karena dia ingin melihat, silahkan lihat dengan puas. Bagaimanapun, dia juga yang merasa tidak nyaman dan menderita.

Dia tiba-tiba terpikir sesuatu, dan tidak bisa menahan tawa.

Jeanne tidak menyangka bahwa suatu hari dia akan memiliki ide yang nakal.

Dia sambil memikirkan itu dan gerakannya tidak berhenti.

Butuh beberapa saat untuk mengoles obatnya sampai selesai.

"Kamu berbaring sebentar dan tunggu sampai salepnya sudah kering, kebetulan kamu juga bisa sambil istirahat."

Jeanne sambil membereskan barang, sambil mengawasi William.

Siapa sangka William tidak patuh, malah bertanya tentang waktu.

"Pukul berapa sekarang?"

Tidak menunggu jawaban dari Jeanne, Moli yang berada di sisi lain langsung menyambar dan berkata, "Tuan, sekarang sudah jam tiga sore."

Ketika William mendengar kata-katanya, dia menatapnya dengan dingin. Matanya yang dingin mengejutkan Moli.

Ketika dia ingin membuka mulut untuk mengatakan sesuatu, William mengalihkan pandangannya ke arah Jeanne.

" Jessy, tolong ambilkan dokumen di bagian kiri mejaku. Hans akan datang dan mengambilnya nanti. Aku harus membereskannya sekarang."

Walau William berbicara dengan lembut, tetapi Jeanne enggan untuk mematuhinya.

Pria ini terluka tapi tidak melupakan pekerjaannya.

"Tidak ."

Jeanne tidak tahu apakah karena dia belakangan ini sangat dimanjakan William, karena Jeanne menjadi sangat berani membantahnya.

William menatapnya. Bagaimana mungkin dia tidak melihat ketidakpuasan di mata Jeanne? Hatinya bahkan lebih lembut sekarang.

"Dengar, aku hanya akan sibuk sebentar saja. Aku akan berada di rumah mulai besok, dan aku tidak akan bekerja sampai lukanya benar-benar sembuh."

Jeanne menatapnya dengan penuh kasih sayang, tetapi masih tidak bergerak.

Karena pernyataan ini tidak begitu bisa dipercaya.

Lagipula, beberapa waktu lalu, William pernah berjanji kepadanya bahwa dia pasti akan merawat dan menjaga lukanya sampai pulih dengan baik. Tapi William dan Hans bersekongkol menipu Jeanne saat dia sedang sibuk bekerja.

Bagaimana mungkin William tidak melihat ketidakpercayaan di matanya Jeanne, tetapi juga mengingat masa lalu, wajahnya dipenuhi dengan senyuman yang manja.

"Yah, kalau kamu tidak mau. Aku akan mengambilnya sendiri."

Baru saja William selesai bicara, dokumen yang dia butuhkan sudah muncul di depannya.

"Tuan, ini dokumen yang Anda inginkan."

William melihat Moli berdiri di sampingnya dengan senyum yang menyenangkan, dan pada saat yang sama, Moli juga menatap tajam kearah Jeanne di mana William tidak bisa melihatnya.

Wanita ini ingin Tuannya yang agung itu memohon padanya. Apakah dia layak?

Meskipun Jeanne tidak tahu apa yang Moli pikirkan dalam benaknya, dia bisa menebak sesuatu ketika melihat pandangan tajamnya.

Ketika Jeanne baru mau membuka bibirnya ingin mengatakan sesuatu, melihat William sudah menerima dokumen dari tangan Moli, membuat dia agak tertekan.

Tetapi karena terpikir William yang saat ini bersikeras harus menyelesaikan dokumen itu, jadi Jeanne sementara tidak akan membantah dan membiarkannya dulu.

Setelah beberapa saat, Hans mengetuk pintu dan masuk.

"Presdir, aku mau mengambil dokumen yang tadi pagi aku serahkan."

Segera setelah Hans selesai berbicara, dia mendapati bahwa suasana di kantor itu tidak benar.

Dia tanpa sadar menatap ke arah Jeanne, lalu Moli.

Tetapi tidak peduli apa yang dia pikirkan saat itu, dia tidak melihat ada sesuatu yang salah.

Pada akhirnya, masalah pekerjaan yang dihadapi sekarang lebih penting. Dia pergi ke depan William dan menyerahkan dokumen di tangannya.

"Presdir, dokumen-dokumen ini juga membutuhkan tanda tangan dan persetujuanmu."

William mengangguk: "Berikan padaku. Kembalilah nanti dan ambil lagi dokumen ini."

Hans mengangguk dan pergi dengan dokumen yang diperlukan.

Setelah Hans pergi, William kembali fokus pada dokumen yang baru saja dikirim Hans.

Jeanne melihat dan menggertakkan giginya tanpa sadar.

"Ehem!"

Jeanne batuk pelan untuk menyadarkan William, yang sudah mulai bekerja lagi.

"Eh ... sekalian tadi, Aku lupa sejenak.”

William meletakkan penanya.

Sikap yang patuh dan mengaku salah itu sepenuhnya mengubah persepsi Moli tentang William.

Apakah ini masih pria yang dikenalnya?

Tuannya yang selalu dingin dan elegan, tidak peduli dengan perasaan siapapun.

Saat dia sedang bingung memikirkan perubahan William, Jeanne telah merampas dokumen di tangan William dan memeriksa salepnya.

"Hampir kering. Bangunlah dan berpakaian. Kita pulang."

William menatapnya dengan wajah kaku dan mata manja. Dia patuh dan langsung berdiri, tapi minta Jeanne membantunya berpakaian.

Mereka yang lengket dan mesra, sangat menyakiti mata Moli.

Moli bisa melihat bahwa Tuannya tidak akan pernah melihat wanita lain selama ada Jessy.

Sepertinya dia harus menghilangkan wanita ini, Tuannya baru akan meliriknya!

Novel Terkait

Cinta Yang Paling Mahal

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
4 tahun yang lalu
 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu
My Charming Wife

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
4 tahun yang lalu
Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu
Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
5 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Summer
Romantis
5 tahun yang lalu
Seberapa Sulit Mencintai

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu