Wanita Pengganti Idaman William - Bab 5 Dia Yang Menipumu

Bab 5 Dia Yang Menipumu

Saat Jeanne sudah mau jatuh, tiba-tiba saja, ada kekuatan besar yang menyanggah di pinggangnya, berusaha sebisa mungkin menariknya ke sisi tubuh.


Dalam sekejap mata, Jeanne sudah sepenuhnya mendarat di pelukan yang hangat.


Pada saat itu, postur mereka berdua terlihat mesra.


Jeanne seperti burung kecil yang terperangkap dalam pelukan orang tersebut.


Suara detak jantung yang keras mulai terdengar telinga.


Hidungnya dapat mencium sepintas wangi padfum, segar seperti kayu, memabukkan orang.


Setelah bengong sesaat, Jeanne baru mengangkat kepala melihat ke atas.


Sekejap mata, wajah rupawan yang sempurna tanpa cela William bagaikan masuk dalam pandangan Jeanne.


Hanya saja pada saat itu, alisnya tampak emosi, dengan nada bicara yang agak dingin ia bertanya “apa yang kalian lakukan?”


“Kak William.”


Alexa terkejut, ia buru-buru menarik kembali tangannya, dengan ekspresi yang penuh kecanggungan dan rasa kagum ia berkata: “kami tidak sedang melakukan apapun... tadi aku lagi bercanda sama Jessy.”


Mendengar itu Jeanne langsung tidak tahan lagi tidak peduli kalau ia masih berada dalam pelukkan William, ia segera bersuara dan mencemooh, “siapa juga yang sedang bercanda? Kamu jelas-jelas tadi mau memukulku!”


Alexa geram dan marah, diam-diam mempelototi Jeanne, dan dengan agak takut melihat ke arah William.


“Kak William, kamu jangan dengar omong kosongnya, aku tidak memukulnya.” ia menjelaskan dengan perasaan takut ketahuan.


Setelah William melihatnya dengan tanpa ekspresi, ia bergumam, lalu ia membantu Jeanne berdiri dengan seimbang, sepasang bola mata yang hitam, mengamati kondisi Jeanne dengan melihatnya dari atas sampai bawah.


William merasa, istrinya ini, tidak terlalu sama seperti yang dirumorkan.


Apanya yang sombong dan kejam, sama sekali tidak terlihat seperti itu.


Malahan sekarang ini, dengan tampang mengadu seperti ini, jadinya lumayan imut pula.


Mata William sepintas terlihat tertarik, lalu tanpa ekspresi memperingatkan Alexa dengan satu kalimat “jangan sampai lain kali aku lihat hal semacam ini.” kemudian William menarik Jeanne pergi sambil berkata: “ayo ikut aku pergi.”


Melihat dari belakang bayangan kedua orang itu yang beranjak pergi, Alexa yang dikesampingkan jadi cemburu sampai rasanya hampir gila.


Kenapa kamu harus mempercayai wanita itu! Jelas-jelas ia yang menipumu!

……


Setelah turun dari bukit, William baru melepaskan tangannya dari jeanne


Jeanne menyembunyikan tangannya ke belakang tubuhnya dengan agak tidak bebas, dengan suara halus ia berkata: “terima kasih ya untuk yang tadi.”


“kebetulan saja kita tadi bertemu aku datang mencarimu, karena kakek ingin bertemu kamu, ada yang mau ia bicarakan denganmu.”


Nada bicara William seperti biasa datar tanpa perasaan, tapi suaranya memang sungguh sangat enak didengar.


Dengan suara yang rendah,bagaikan suara Cello, seksi, menggoda


Jeanne merasa kalau lama kelamaan seperti ini, telinganya mungkin bisa ikut hamil.


Butuh waktu yang lama sebelum ia kembali ke kesadarannya, bertanya: “ada urusan apa kakek ingin bertemu denganku?”


“kamu akan tahu kalau kalau kau menemuinya.” jawab William


Mereka berdua berjalan depan belakang kembali ke deretan villa.


Kali ini kediaman yang didatangi adalah villa yang utama.


Di sini biasanya hanya ada kakek dan pengurus rumah, juga tempat tinggal pembantu.


Katanya kakek suka sekali dengan kaligrafi, ia juga sangat suka koleksi barang antik, jadi semua hiasan dan dekorasi di dalam rumah ini terlihat begitu antik.


Setelah Jeanne melihat-lihat ke sekeliling, akhirnya ia bertemu dengan seseorang yang cukup berumur dengan tenaga yang masih kuat di ruang belajar.


Umurnya terlihat seperti sekitar 60, 70 tahunan. Dengan mengenakan pakaian tradisional, rambut putih di seluruh kepalanya, biar begitu wajahnya sehat berkilau, tatapan matanya tajam, dengan wibawa yang terkumpul sepanjang waktu, menciptakan sebuah aura yang sangat kuat memancar dari seluruh tubuhnta.


Orang ini tanpa diragukan lagi adalah kakek William yang sekarang, David.


Ternyata sama seperti data yang ada, ia adalah seorang kakek yang berwibawa.


Saat pikiran Jeanne agak sedikit kemana-mana, William sudah menyapa: “kakek, aku sudah membawa orangnya kemari.”David yang tadinya nampak galak, saat melihat kehadiranya Jeanne, dalam sekejap ekspresi itu menghilang tanpa jejak."


“Jessy, mendekatlah, biarkan kakek melihatmu.”


Ia tertawa sembari melambaikan tangan dengan ramah ke Jeanne.


Katanya juga, kakek ini adalah satu-satunya orang di keluarga William yang paling menyayangi Jessy.


Jessy biasanya sangat sombong, saat berhadapan dengan kakek, juga pasti sedikit banyak menahan diri.


Jeanne berjalan mendekat dengan patuh, lalu menyapa “kakek.”


Kakek David sangat duka melihat Jessy, sesaat ia melihat ke arah Jessy, lalu melihat lagi ke William yang ada di sampingnya, senyum di kedua ujung bibirnya naik tinggi, menganggukkan kepala dengan sangat puas “baiklah, bagus! Jessy, kali ini aku memanggil William untuk pulang, dan tak akan membiarkannya pergi lagi. Kalian ini lasangan suami istri yang sudah menikah selama setahun, tidak bagus kalau kalian terpisah terus, jadinya hubungan suami istri dapat mudah terpengaruhi. Maka dari itu, mulai hari ini kamu hidup dengan baik saja di sisi William, kalau anak ini mengganggumu, kasih tahu saja ke kakek, kakek akan mendukung di sisimu, mengerti?”


Jeanne tidak menyangka bahwa kakek akan bicara seperti itu, ia bengong sesaat, tiba-tiba hatinya terasa hangat.


Kakek tua ini sungguh berbeda dengan yang dirumorkan di luar sana!


Apanya yang bisa disebut kejam dan bertangan dingin sama sekali tidak terlihat di dirinya, malah cuma ada kehangatan dan keramahan!


Jeanne merespon dengan senyum dan anggukan, “paham, kakek.”


“baguslah kalau begitu, melihat kalian berdua berhubungan dengan akur, kakek juga jadi senang. Setelah ini kalian berdua harus berusaha lebih keras, berilah aku cicit lebih awal, dengan begitu hidup kakekmu ini tidak akan ada penyesalan lagi.”


Kakek lanjut bicara dengan senyuman di wajahnya, dengan janggut yang sudah mulai memutih, tertawa sampai tubuhnya bergetar.


Pergantian topik ini sungguh dadakan.


Jeanne hampir saja tersedak ludah sendiri.


Malahan William menjawab dengan tenang: “tentu kakek, aku akan “berusaha” dengan keras, supaya kakek bisa cepat-cepat menggendong cicit.”


Kakekpun tertawa dengan keras “bagus, hahaha, kakek akan menantikannya.”


Telinga Jeanne tanpa sadar semakin panas saking malunya.


Setelah susah payah menyenangkan kakek, William baru membawa Jeanne pergi.

Mereka berdua keluar dari kediaman utama, dan yang menyambut mereka adalah Alexa yang menunggu di luar……


Nampaknya Alexa sudah menunggu cukup lama di luar sini.


Sekalinya ia melihat William, ia langsung menghampiri dengan senyum lebar, berkata: “kak William, kamu akhirnya keluar juga”


Langkah William terhenti, dengan ekspresi datar ia bertanya “ada urusan apa?”Alexa mengangguk sambil tersenyum “kak William kemarin pulangnya terlalu malam, tadi saat kita bertemu juga agak tiba-tiba, kita belum sempat mengobrol dengan baik, jadi, aku 


memesan tempat di restoran Paulaner, dan khusus meminta koki untuk memasak makanan yang kakak suka, sebagai makan malam penyambutan kepulanganmu, aku harap kak William tidak akan menolaknya.”


Setelah mendengar itu William tidak terlalu merespon, tapi ia malah tidak menolak juga, ia langsung mengangguk dan menjawab: “boleh saja.”


Alexa nampak kegirangan, “kalau begitu kita pergi sekarang......”


Belum selesai kalimatnya, William menoleh ke arah jeanne dan berkata: “kamu juga ayo ikut.”


Untuk sesaat ekspresi wajah Alexa membatu, senyum yang baru saja mau ia tunjukkan, juga terhenti.


Jeanne menatap William dengan sedikit terkejut.

Padahal saat Alexa tidak menghiraukannya, ia sama sekali tidak peduli, berdiri aja di satu sisi, anggap saja tidak ada, ia tidak menyangka William akan berinisiatif menyebut dan mengajak dirinya ikut.


Jeanne melihat ekspresi wajah Alexa yang tidak terlalu senang, menjawab: “aku tidak usah saja ya?”


Jeanne mana mau melihat orang yang tampak tidak senang, bisa-bisa ia sakit perut.

Melihat ia sepertinya terganggu akan sesuatu, William lantas bertanya pada Alexa, “kenapa? Dia tidak boleh ikut pergi?”


Alexa marah dalam hatinya, ia tidak berhenti menggertakkan gigi.


Semua inikan demi kesempatan untuk berduaan saja dengan William, makanya ia merancang acara makannya, untuk apa juga si Jessy ikut?


Tapi sulit juga untuknya mengatakan semua hal ini secara langsung, ia terpaksa tersenyum sembari menjawab: “tentu saja boleh”


Hanya saja……Alexa tentu tidak akan membiarkannya pergi begitu saja.


Si Jessy ini, semenjak kak William pulang seperti berubah jadi orang lain sana, hari ini dia, bagaimanapun caranya topeng sok baiknya harus bisa terekspos!


Dengan pemikiran tersebut, sedikit ketidaksenangan dalam hatinya perlahan menghilang, dan digantikan oleh rencana licik!

Novel Terkait

Behind The Lie

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
3 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Marriage Journey

Marriage Journey

Hyon Song
Percintaan
3 tahun yang lalu
Nikah Tanpa Cinta

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
3 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
3 tahun yang lalu
PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

Chantie Lee
Balas Dendam
3 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Star Angel
Romantis
4 tahun yang lalu
Perjalanan Cintaku

Perjalanan Cintaku

Hans
Direktur
3 tahun yang lalu