Wanita Pengganti Idaman William - Bab 183 Jika Tidak Mau Pergilah

Bab 183 Jika Tidak Mau Pergilah

Jeanne tidak tahu dia malah menyebabkan Nathan curiga.

Saat itu dia mengikuti William duduk di atas mobil, suasananya membisu.

Wajah William dikencangkan, terlihat jelas masih marah.

Jeanne mengintip beberapa kali, hanya bisa mengakui kesalahannya lagi dan berkata : “Baiklah, aku tahu aku salah, kamu jangan marah lagi ya? Aku jamin, lain kali tidak akan keluar sendirian malam-malam.”

Dia selesai bicara, masih menggandeng manja lengan William : “Jangan marah lagi , ya,ya,ya?”

Melihat gerakannya, tubuh William membeku.

Dimana tidak ada wanita manapun yang berani seperti itu terhadapnya.

Nada suara yang lembut dan manja malah membuat hatinya merasakan yang berbeda, amarahnya sedikit berkurang, entah kenapa bisa termakan rayuan ini.

Dia mengiyakan dengan dingin, tetapi raut wajahnya berubah sedikit lebih bersahabat.

Jeanne melihatnya, merasa sedikit lega.

Di saat dia bersiap-siap mau berkata sesuatu, malah didahului oleh William.

Dia sedikit tidak suka dan berkata : “Apa yang terjadi dengan desainer RC ini? Sekali datang membuat masalah seperti ini?”

“Eh.. mungkin suasana hatinya lagi buruk.”

Dia mengingat kata-kata Santos kepadanya siang tadi, menghela nafas lagi.

Ini baru saja awal permulaan, selanjutnya baru dia mungkin lebih menderita.

Dia hanya berpikir dalam hati, dan tidak ada niatan untuk memberitahu William, di mana dia pernah bilang bahwa dia bisa mengurus masalah ini.

Dan William tidak mengerti, dan masih tidak bisa menerima jawabannya

Selanjutnya keduanya sampai di rumah Keluarga Sunarya, dikarenakan sudah larut malam, keduanya berganti baju, cuci muka, sikat gigi dan tidur.

……

Keesokan harinya, keduanya bangun bersama.

Karena sekarang Jeanne menjabat perwakilan Direktur, jadi tidak bisa seperti dulu beberapa hari sekali baru ke kantor.

Setelah keduanya sikat gigi dan mandi, lalu ke bawah sarapan.

William sambil minum kopi berkata : “Nanti aku antar kamu ke kantor.”

Jeanne tertegun sebentar, bingung melihatnya.

“Apakah hari ini kantor mau rapat besar?”

Karena hanya jika ada rapat besar, William baru akan datang ke kantor cabang.

“Iya, merek baru, baru saja didirikan, aku perlu melihat-lihat kesiapan kalian, juga perlu melakukan sedikit pengaturan.

Jeanne mengerti dan menganggukkkan kepala, dalam hati juga merasa dia muncul sebentar juga bagus, begini juga bisa memberitahu mitra kerja bahwa mereka sangat memperhatikan merek baru ini.

Setelah mereka selesai sarapan, bersama-sama pergi ke kantor.

Karena ada William, Jeanne tidak ingin orang lain mengetahui statusnya, seperti biasa turun di persimpangan pinggir jalan

Dia berjalan kaki ke kantor, setelah selesai absen berjalan ke arah departemen desain.

Saat dia mendekat baru menyadari semua orang di departemen desain hadir, dan suasananya sangat aneh.

Dan saat dia muncul, semua orang melihat ke arahnya, tatapan mengandung makna yang berbeda-beda.

“Ada apa ini?”

Dia mengkerutkan alis dan bertanya, semua orang berbalik melihat Sumi.

Jeanne memandangnya, menebak masalah ini ada hubungannya dengan wanita ini.

“Nona Sumi, apa ada yang membuat Anda tidak puas?”

Dia berusaha menahan ketidaksabaran dalam hati, bertanya.

Sumi mendengarkan, kedua tangannya memeluk dada dan bicara dingin : “ada, terlalu banyak.”

Jeanne menggertakan gigi, jika bisa tidak mengurusi masalah ini lebih baik, menarik napas menghela nafas dalam-dalam dan bertanya : “Jadi mohon Nona Sumi memberitahukan satu persatu kepadaku, aku akan memperbaikinya tergantung dengan situasi yang ada.”

Sumi melihat keadaan, dengan sombong mengangkat dagunya.

“Yang lainnya saya tidak membahasnya dulu, ruangan ini kamu harus segera menatanya kembali.”

Ketika dia berbicara, mukanya penuh dengan ketidakpuasan : “Perusahaan kalian itu miskin atau tidak mampu membeli tanah, yang diberikan kepadaku bagaimana bisa disebut ruangan? Dibandingkan dengan ruanganku yang dulu tidak sampai sepertiganya.”

Jeanne mendengar perkataannya ini, wajahnya tersentak.

Sumi berpura-pura seperti tidak melihat, dengan sombong menyuruh Jeanne : ”Aku sudah melihat denah departemen kalian, ruangan yang paling bagus yaitu ruanganmu, kamu bereskan barangmu, aku mau ruanganmu itu.”

Mendengar kata-kata yang diucapkan olehnya, reaksi semua orang berbeda-beda.

Ada yang marah, ada juga yang senang di atas penderitaan orang lain.

Di antaranya Albert yang termasuk senang di atas penderitaan orang lain.

Dia berdiri di samping dengan pandangan licik, sedang menunggu menonton pertunjukkan yang menarik.

Jeanne menyipitkan matanya, berkata dengan dingin : “Nona Sumi sebaiknya kalo bicara sopan sedikit, perusahaan baru saja didirikan, banyak tempat yang masih belum terstruktur dengan baik, jika kamu tidak suka dengan ruangan yang sebelumnya, aku bisa menyuruh orang untuk membersihkan lagi satu ruangan yang luas, hanya saja ruanganku tidak boleh.”

“Apa aku bicara tidak sopan?”

Sumi segera mencari alasan membantah , “Ada lagi, apa itu sikap bicaramu terhadapku? Jangan lupa, aku adalah perwakilan mitra kerja!”

Jeanne mendengar kata-kata ini, ketidakpuasan dalam hati langsung naik.

Dia tertawa dingin dan berkata : “Ternyata Nona Sumi masih tahu kalo dirinya kemari untuk bekerja, bukan untuk bersenang-senang.”

Sumi tersedak.

Di saat dia mau membalas lagi perkataannya, tetapi kata-katanya masih belum diucapkan, sudah dipotong.

“Jika Nona Sumi terhadap ruangan ini benar-benar ada komplain, maka aku tidak keberatan membantu Nona Sumi untuk menghubungi kantor pusat, agar mereka bisa mengirimkan desainer lain kemari, juga menghindari Nona Sumi merasa dirugikan di sini.”

Beberapa kata terakhirnya, Jeanne sengaja menekan kata-katanya.

Dan karena kata-kata ini, wajah Sumi tenggelam, tetapi tidak mengeluarkan satu kata pun untuk membantahnya.

Karena dia sangat memahami, masalah ini jika diributkan sampai ke kantor pusat, itu hanya menjadi masalahnya.

Dia mengertakkan giginya dan melotot ke Jeanne, terus terdiam.

Jeanne melihat keadaan, tahu dia sudah mengalah, mengangkat alisnya dan berkata : “Jika sudah tidak ada pendapat lagi, maka persiapkan diri, dengan saya pergi menghadiri rapat.”

Kata-katanya selesai diucapkan, dia sudah tidak mau mengurusi Sumi lagi, langsung berjalan lurus ke arah ruang rapat.

Sumi melihatnya meninggalkannya, wajahnya hitam seperti bisa meneteskan tinta, sampai wajah asisten yang dibawanya, juga tidak jauh lebih baik.

Keduanya enggan mengikuti di belakang Jeanne, datang ke ruang rapat paling atas.

Karena hari ini adalah rapat besar, makanya yang datang semuanya adalah petinggi perusahaan.

William sudah duduk di tempatnya yang paling atas, dan wibawanya luar biasa, mengejutkan semua petinggi yang ada di bawahnya takut untuk keluar, semuanya duduk lurus dan rapi.

Saat Jeanne mau membawa Sumi duduk di tempatnya, menyadari wanita ini malah berdiri tak bergerak, matanya menatap lurus William, tatapannya penuh dengan ketakjuban dan kekaguman, tidak bisa ditutup-tutupi, hampir semua orang menemukan keanehannya.

Jeanne melihatnya, alis berkerut.

Bukannya wanita ini menyukai Santos? Kenapa seperti tidak pernah melihat laki-laki sampai menatap William?

Dia berpikir tetapi tidak mengerti, dan tidak bermaksud untuk memikirkan lebih dalam, melihat wajah William semakin lama semakin tidak sabaran, dengan cepat menarik orang itu duduk di tempatnya.

“Nona Sumi, tolong jaga sikap Anda.”

Dia memperingatkan dengan dingin.

Sumi sama sekali tidak mendengarkannya, sebaliknya malah menanyakan info tentang William kepadanya.

“Siapa orang ini?”

Dia bertanya, bawah matanya seperti ada cahaya berburu cinta.

Jeanne melihatnya, hatinya tidak senang, ditambah lagi malas menanggapinya, berpura-pura tidak mendengarnya.

Sumi terlihat tidak senang hati dan cemberut, lalu segera seperti orang bodoh memandangi William.

William merasakan tatapannya, bagian bawah matanya seperti jijik.

“Apa semua sudah hadir? Sekarang mulai rapatnya.”

Rapat kali ini terutama membicarakan masalah kerja sama merek baru, maka William walau sekarang tidak bertemu dengannya, tetapi tidak bisa menghindari Sumi karena pada akhirnya perlu mendiskusikan masalah kerja sama dengannya.

Dan menghadapi pertanyaannya, Sumi menjawab dengan aktif, sampai rapat selesai dia masih berdiri di depan pintu tidak pergi.

Novel Terkait

Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
5 tahun yang lalu
Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu
Lelah Terhadap Cinta Ini

Lelah Terhadap Cinta Ini

Bella Cindy
Pernikahan
5 tahun yang lalu
My Lifetime

My Lifetime

Devina
Percintaan
4 tahun yang lalu
Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
5 tahun yang lalu
My Perfect Lady

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu
Menunggumu Kembali

Menunggumu Kembali

Novan
Menantu
5 tahun yang lalu