Wanita Pengganti Idaman William - Bab 12 Istri Yang Menyembunyikan Sesuatu

Bab 12 Istri Yang Menyembunyikan Sesuatu

“kamu baik-baik saja kan”

Melihat kedua orang itu yang sudah pergi, William baru melihat Jeanne dengan penuh kekhawatiran.


Untung saja William tanpa sengaja melihat Jeanne hari ini, kalau tidak ia tak akan tahu betapa buruk perlakuan yang akan diterima Jeanne.


“tidak apa-apa kok, terima kasih ya kamu sudah membantuku lepas dari situasi tadi.”

Jeanne tetap pura-pura rileks sambil bertanya: “kalau kamu? Kenapa kamu bisa tiba-tiba pulang ke rumah?”


“mau ambil dokumen!” William menjawab sembari mengayun-ayunkan kunci mobil.

“oh kalau begitu sana ambil!”Jeanne menganggukkan kepalanya ke William, mengambil nafas dalam dalam, lalu membungkuk dan memunguti pecahan vas bunganya yang bercecer di lantai.


William baru saja mengernyitkan alis dan mau menyuruh Jeanne untuk tidak memungutinya, saat itu ia malah mendengar suara rintihan Jeanne. Melihat kembali, jari tangan Jeanne sudah tertusuk pecahan beling, sedikit demi sedikit darahnya menetes di lantai keramik. Tak disangka Jeanne malah terdiam.“gimana sih, segitunya kamu tidak hati-hati.”


William melangkah kembali dan menarik menjauhkan Jeanne dari pecahan-pecahan itu, sambil memberi perintah pada pembantu yang terdiam karena kaget: “masih diam saja bukannya cepat ambil kotak obat.”


“ya!” pembantu itu juga tidak berani bergerak lambat, dalam sekejap mata ia langsung kembali dengan membawa kotak obat di pelukannya.


Jeanne melihat William sekilas, kemudian tertawa sambil berkata, “cuma terluka sedikit saja, tinggal dibalut pakai kain kasa saja sudah oke, mana perlu kotak obat segala?”


“harus pakai dulu antiseptik untuk mensterilkan lukanya baru pakaikan obat, kalau tidak nanti lukanya akan infeksi, apa kamu tidak paham?” William bertanya dengan agak galak, sambil bicara ia sambil menyuruh Jeanne duduk diam di kursi, lalu menjulurkan tangan dan mengambil barang-barang dari dalam kotak obat.


Jeanne tidak mampu menjawab, ia juga bukan Jessy, mana bisa ia bersikap manja.

Namun melihat William yang begitu bersikeras, ia terpaksa bergantung padanya.


William dengan hati-hati menjepit kapas dan meneteskan sedikit alkohol medis ke kapas itu, kemudian perlahan William membalurkannya di luka Jeanne.


“ah——”Jeanne kelepasan merintih.

“sakit sekali ya? Tahan sedikit saja, sebentar lagi juga selesai.” William menjawab dengan wajah yang sangat serius.

William memperhatikan dengan seluruh konsentrasinya tertuju pada jari tangan Jeanne itu, dengan hati-hati ia membalurkan obat ke lukanya.


Dengan posisi mereka yang sangat amat dekat, Jeanne bahkan mampu merasakan hangatnya nafas William di jari tangannya. Tanpa sadar hatinya terasa hangat, sejak kecil sampai sekarang ini, mana ada orang yang sesabar itu mempedulikannya?


Jeanne tidak bisa menahan diri dan melihat William beberapa kali, kali ini William membuatnya tercengang. William sangat rupawan, garis-garis wajahnya terukir dengan begitu jelas, kulitnya yang sangat putih, bola mata yang hitam dan terlihat begitu dalam, sedang menatap tangan Jeanne tanpa berkedip, bibir yang tipis namun seksi, sedikit bergerak dan meniup-niup luka yang sedang ia bungkus.


Jeanne menatap wajah William terus terusan, bengong, kenapa bisa ada orang yang setampan ini?

Sambil William mengurus luka Jeanne hatinya juga merasa khawatir.


Bukannya ia tidak pernah mencaritahu latar belakang Jessy, tapi orang yang dihadapannya sekarang ini, jelas-jelas bukan orang yang sombong dan manja seperti yang tertera di data.Apa jangan-jangan Ia mau menarik perhatian William? Sengaja menunjukkan sisi baiknya? Ditambah lagi semenjak kepulangan William, ia tidak pernah melihatnya melakukan suatu apapun yang di luar batas.


Sambil William membungkus luka Jeanne ia terus berpikir, tiba-tiba tangan William terhenti, ada kulit mati.

Sejak dulu Jessy hidup dengan dimanjakan, kenapa bisa ada kulit matinya?

William berpikir keras namun tidak kunjung menemukan jawabannya, ia diam-diam jadi ragu dalam hati.

“kenapa?” Jeanne baru kembali sadar setelah menyadari keanehan pada William.

Untung saja William tidak menyadarinya, kalau tidak Jeanne akan jadi sangat malu.


“oh hm, tidak apa-apa kok, sudah terbungkus rapih.”William berdiri, “beberapa hari ini jangan biarkan lukamu terkena air.”


“aku masih ada kerjaan di kantor, pergi duluan ya.”

Jeanne menganggukkan kepalanya, melihat Jeanne begitu patuh, William baru naik ke lantai atas mengambil dokumen dan buru-buru kembali ke perusahan.


Pemandangan yang ada di luar kaca mobil lewat dengan cepat. William agak termenung sambil menggenggam dokumen, supir yang duduk di depan tidak berani mengganggu suasana itu, takut kalau ia akan mengganggu pemikiran William.


Baru saja mobil William sampai di pintu masuk perusahaan, langsung saja ada asisten yang khusus datang menjemput.

Segera setelahnya datang Hans yang menyapa, “direktur!”


William menjawab sepintas, sambil jalan ia sambil mendiskusikan rencana kerja, sampai mereka berdua masuk ke kantor William baru mereka berdua berhenti berjalan.

Hans menyeduhkan segelas kopi yang sudah disesuaikan dengan lidah William dan menaruhnya di meja kerja ruangan William.

Tangan William yang sedang membolak-balik data terhenti, “Hans, data yang waktu itu kamu berikan padaku tentang Jessy, apa itu sungguhan?”


Hans terdiam, segera menjawab, “seratus persen sungguhan, sebelum anda kembali, nona muda memang punya segerombol teman-teman yang berpengaruh buruk, tapi nampaknya semua hanya teman minum alkoholnya saja. Kalau untuk hubungannya......tidak dapat diketahui.”


Melihat William yang tidak bicara apapun, ia tak bisa tetap tenang

“direktur? Apa ada yang tidak benar?” tanya Hans.

“ah tidak kok, beritahu bagian perencanaan, malam ini sebelum pulang kantor harus sudah serahkan di meja kerjaku rencana finalnya.”


“baik.” Hans kemudian menutup pintu ruang kantor William.

Dari balik meja William berdiri dan berjalan ke depan jendela yang besar, kedua tangannya ia masukkan ke kantong, lalu mengambil nafas dalam-dalam.

Apa mungkin ia berpikir terlalu banyak?

Apakah benar malam itu kali pertama Jessy, ia dapat merasakannnya, membedakannya dengan jelas. Tapi pada akhirnya fakta tetaplah fakta.


Nampaknya ada perlunya ia mengenali dan memahami istrinya lebih dalam! Malam harinya, William akhirnya menyelesaikan kerjaannya hari itu. Saat ia sudah pulang, Jeanne sudah tertidur pulas.


William menatap wajah kecil Jeanne yang manis sejenak, baru mengganti bajunya dan turun ke lantai bawah.


Di lantai bawah sudah ada banyak pembantu yang berdiri, di sana mereka semua menyapa dan melayani William dengan penuh hormat.


William menganggukkan kepalanya pada pengurus rumah. Melihat William masuk ke ruang belajar, membuat pengurus rumah berkata dengan suara rendah, “nanti kalian masuk satu per satu, apapun yang tuan muda tanyakan harus dijawab dengan jujur!”


“ya, dimengerti!” para pembantu itu menjawab dengan rapih.


Mereka semua sudah diberitahu dari awal, hari ini tuan muda mau bertanya soal nona muda, mereka semua tidak perlu sungkan dan menahan diri, boleh bicara sebebasnya.

……

“nona muda sering sekali pulang larut malam, kadang juga ia mabuk habis minum-minum.

“nona muda suka minum alkohol, kadang kalau suasana hatinya sedang tidak baik, ia akan mencari orang untuk melampiaskannya, bekas luka di kepalaku ini disebabkan oleh pukulannya!”seorang pembantu menunjuk dahinya sendiri.


“nona muda sering kali membantah nyonya Thea, membuat marah nyonya Thea, ibu Tuan muda sampai dada nyonya terasa sakit.”

“nona muda sangat suka menindas kami para bawahannya, setiap kali ia tidak senang pasti akan mencari ribut dengan kami.”

“kadang nona juga suka tidak pulang semalaman……”


Setelah ronde pertanyaan-pertanyaan itu, wajah William agak redup. Di rumah ada begitu banyak pembantu, tanpa disangka semuanya melaporkan kesombongan dan kezaliman Jessy.


Melihat ekspresi William yang nampak seperti ada yang salah, pengurus rumah takut ia akan marah, sentak ia memanggil dengan khawatir, “tuan muda ?”

Jari William yang mengetuk-ngetuk meja dengan ringan, kebiasaan William kalau sedang berpikir.


“baiklah sudah cukup, masalah hari ini tidak boleh dibocorkan siapapun.”

“ya!” pengurus rumah segera merespon.

Novel Terkait

Don't say goodbye

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
5 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
Kakak iparku Sangat menggoda

Kakak iparku Sangat menggoda

Santa
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
The Gravity between Us

The Gravity between Us

Vella Pinky
Percintaan
5 tahun yang lalu
Excellent Love

Excellent Love

RYE
CEO
4 tahun yang lalu
Marriage Journey

Marriage Journey

Hyon Song
Percintaan
4 tahun yang lalu
Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Paling Mahal

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
4 tahun yang lalu