Wanita Pengganti Idaman William - Bab 373 Apakah Sekarang Sangat Berbahaya

Mereka berdua tiba di rumah sakit, lalu dengan petunjuk dari suster, mereka menemukan kamar pasien tempat Moli berada.

"Tuan."

Awalnya Moli sedang diperiksa oleh dokter, akan tetapi saat ekor matanya menyapu kearah sesosok pria yang dikenalnya di depan pintu, dia seketika memanggilnya dengan gembira.

William mengangguk dengan dingin dan masuk ke dalam kamar pasien : "Bagaimana keadaanmu?"

Saat Moli mendengar perhatiannya, senyuman di wajahnya terlihat semakin cerah.

Tetapi sebelum dia sempat menjawabnya, senyuman di wajahnya seketika itu juga langsung membeku.

Dikarenakan dia melihat Jeanne yang berjalan keluar dari belakang tubuh William.

"Untuk apa kamu datang kemari?"

Penolakannya secara tidak sadar membuat dirinya menatap Jeanne dengan pandangan tidak senang.

"Aku dengar kamu terluka, jadi aku datang kemari untuk melihatmu."

Jeanne tidak mempermasalahkan nada bicaranya yang terdengar tidak senang itu.

Malahan William yang berada di sisinya yang mengerutkan keningnya.

Saat Moli melihat hal itu, dia tahu kalau reaksinya tadi sudah keterlaluan, dia segera berusaha menutupinya.

"Oh iya, tuan, ada hal yang mau aku laporkan kepada anda."

Sambil berbicara, matanya menatap kearah Jeanne, seperti sedang mempertimbangkan apakah harus mengatakannya di depan Jeanne atau tidak.

William melihatnya sekilas dan berkata dengan suara yang berat : "Tidak apa-apa, orang sendiri."

Saat mendengarnya, Moli merasa sedikit tercekik, tetapi dia tetap mengatakannya.

"Kemarin malam kami pergi menangkap mereka, karena kami melakukan serangan secara tiba-tiba, jadi mereka tidak mempunyai persiapan apapun, kebanyakan dari mereka sudah ditangkap, namun ada satu yang kabur."

William menyipitkan matanya, "Apakah kamu sudah mengirim orang untuk mengejarnya?"

Moli mengangguk : "Sudah, namun sampai sekarang masih belum ada kabar, aku khawatir dia bersembunyi dan nantinya akan kembali lagi."

William tampak tenggelam di dalam pikirannya dan mengangguk, "Aku akan menyuruh orang untuk memperhatikannya, kamu rawat lukamu dulu saja."

........

Saat ini, di waktu yang bersamaan, Pamela juga mendapatkan informasi dari bawahannya.

"Tidak kusangka gerakan pria ini begitu cepat, dalam waktu yang singkat langsung menghancurkan sebuah organisasi."

Dia bertopang dagu dan duduk di atas sofa, lalu berkata.

Sedangkan beberapa bawahan yang berada di sampingnya merasa sangat cemas setelah mendengar perkataannya.

"Nona, pemikiran William ini tidak seperti orang kebanyakan, cara yang dia gunakan juga kejam, takutnya anda berada berada dalam bahaya jika berada di sisinya."

"Benar sekali, Nona, bagaimana kalau kita mendekatinya dengan cara lain."

Beberapa bawahannya berusaha untuk membujuknya, Pamela menatap mereka dan tidak mengatakan apapun.

Bawahannya yang lain juga berspekulasi.

"Selain itu, William ini selalu bersikeras menolak setiap wanita yang berusaha mendekatinya, tetapi terhadap Nona malah terlihat tidak jelas, tidak menolak juga tidak menerima, aku takutnya dia sudah menyadari sesuatu."

Saat Pamela mendengar hal ini, dia tertawa menghina.

Dia mengangkat dagunya dengan angkuh, serta berkata dengan dingin : "Setelah bertahun-tahun menjadi seorang pembunuh, kapan aku pernah gagal? Kali ini juga tidak akan gagal, dia hanyalah seorang pria, semua pria adalah binatang yang berpikir dengan tubuh bagian bawahnya."

Beberapa bawahannya saling melihat satu sama lain, mereka tidak mampu menyangkalnya.

Pamela berkata lagi : "Selain itu aku sudah mendapatkan informasi kalau pria ini mempunyai penyakit takut gelap......asalkan kita menggunakan hal ini sebagai senjata untuk melawannya, untuk apa takut kalau rencana kita tidak berhasil?" begitu bawahannya mendengar hal ini, rasa cemas yang terlihat di mata mereka perlahan-lahan menghilang, lalu berubah menjadi keterkejutan.

"Pria ini ternyata mempunyai penyakit yang aneh seperti ini."

Pamela tersenyum jahat, "Yang penting nanti kalian mengikuti saja apa yang kuperintahkan, itu sudah cukup."

Sedangkan William dan Jeanne tidak tahu menahu tentang hal ini.

Setelah mereka menjenguk Moli, mereka berencana untuk pergi.

"Tuan....."

Melihat hal itu, Moli segera memanggil William.

Moli tidak ingin membiarkan dia pergi.

"Ada apa?"

William tidak tahu, dia mengira kalau Moli masih ada hal lain yang ingin dibicarakan dengannya.

Bahkan Jeanne juga melihat ke arahnya.

Moli juga tidak tahu bagaimana cara mengatakannya, dia menatap Jeanne dengan benci.

Dia berpikir pasti karena wanita ini, sehingga membuat tuannya tidak ingin tetap tinggal disana.

Jeanne menyadari tatapan benci Moli terhadapnya, dia rasanya ingin memutar bola matanya.

Jika awalnya dia masih belum tahu kenapa wanita ini begitu tidak suka kepadanya, maka sekarang dia sudah sangat mengerti.

Tetapi meskipun demikian, dia juga tidak akan mungkin berkata kepada William untuk tinggal disini.

Biar bagaimanapun dia sudah memutuskan untuk menghabiskan sisa hidupnya dengan William, jadi dia tidak akan mungkin mengalah sedikitpun.

William tidak menyadari pertarungan diam-diam yang dilakukan oleh kedua wanita itu, saat dia melihat Moli sudah memanggilnya tetapi tidak mengatakan apapun, dia mengerutkan keningnya.

"Jika tidak ada masalah lainnya, maka kami pergi dulu, Jika kamu ada masalah, maka suruh bawahanmu untuk mengurusnya, pulihkan dirimu dengan baik."

Saat Moli mendengarnya, dia sama sekali tidak mampu menahannya, jadi dia hanya bisa melihat mereka pergi dari sana tanpa mampu berbuat apapun.

"Sialan!"

Begitu mereka sudah menghilang dari kamar pasien, Moli memukul selimutnya dengan marah, karena hal itu, lukanya juga ikut terbuka kembali, membuatnya merasa sangat sakit sampai hampir menangis.

Setelah William dan Jeanne meninggalkan rumah sakit, mereka berdua naik mobil dan pulang ke rumah.

Dalam perjalanan, Jeanne teringat akan perkataan Moli tadi, wajahnya terlihat sangat tegang.

"William, apakah saat ini sedang dalam keadaan bahaya?"

William tahu apa yang dia bicarakan, dia mengulurkan tangan dan menepuk-nepuk punggung Jeanne, lalu menenangkannya : "Tenang saja, tidak akan ada masalah, aku akan mengaturnya dengan baik."

Jeanne merapatkan bibirnya, terlihat seperti tidak begitu percaya kepadanya.

William tertawa, "Sudahlah, jika kamu masih tidak tenang, aku akan menyuruh Mogan untuk mengirim lagi beberapa orang kemari."

Jeanne memiliki kesan yang cukup lumayan terhadap Mogan, begitu dia teringat dengan pria yang kuat dan berotot itu, barulah kekhawatiran di dalam hatinya sedikit berkurang.

Dia tidak mengatakan apapun lagi, hanya mengingatkan William untuk berhati-hati jika sedang berada di luar.

William mengangguk.

Tidak lama kemudian, mereka berdua sudah tiba di rumah keluarga Sunarya.

William mengantar Jeanne ke rumah yang baru, lalu dia pergi ke ruang baca untuk mengurus masalah yang belum selesai.

Seperti yang Moli katakan, jika ada 1 orang yang lari, maka besar kemungkinan dia bisa kembali lagi, dia perlu mengatasinya dengan benar, agar tidak melibatkan orang-orang rumah.

"Mogan, kamu mengerti tentang masalah yang dihadapi Moli bukan?"

Dia menghubungi Mogan dan bertanya kepadanya.

Mogan mengatakan sekali lagi tentang segala sesuatu yang dia ketahui kepada William secara singkat.

"Kak, bagaimana jika aku untuk sementara kembali kesana dulu untuk melindungimu?"

Akhirnya dia mengusulkan pendapatnya.

William menolaknya tanpa berpikir sama sekali.

"Tidak perlu, kamu lanjutkan saja pekerjaan yang sedang kamu kerjakan, kamu kirimkan saja beberapa orang untukku disini."

Mogan ingin mengatakan sesuatu, tetapi dipotong oleh perkataan William selanjutnya : "Orang yang kamu utus kemari, tidak perlu datang melapor kepadaku, suruh mereka langsung pergi ke rumah keluarga Sunarya, dan juga ke nyonya muda untuk melindungi mereka secara diam-diam."

Mogan hanya bisa menyetujuinya.

Kemudian mereka berdua juga berbicara sedikit mengenai rencananya yang lain, setelah itu barulah dia mengakhiri panggilan teleponnya.

Dua hari selanjutnya, malah sangat tenang.

Bagaikan ketenangan sebelum datangnya badai.

Jeanne juga sudah melepaskan kekhawatirannya karena ketenangan yang terjadi selama 2 hari berturut-turut.

Apalagi seiring dengan semakin banyaknya pekerjaan, dia juga perlahan-lahan melupakan hal ini.

Hanya saja di saat mereka merasa tenang, Moli malah tidak merasa tenang sedikitpun.

Awalnya dia mengira karena dirinya terluka, maka tuannya akan datang setiap hari untuk melihatnya.

Tetapi selain hari pertama, tuannya tidak pernah datang lagi.

Tentu saja dia tahu kalau tuannya sangat sibuk, tetapi hatinya tetap merasa tidak terima.

Biar bagaimanapun dia pernah melihat sendiri bagaimana tuannya menyelesaikan segala urusannya demi menemani wanita itu.

Kenapa begitu giliran dirinya, tuan tidak dapat melakukan hal yang sama?

Dia berpikir di dalam hatinya dengan sangat cemburu, lalu dia semakin melemparkan segala kesalahan kepada Jeanne.

Pasti wanita itu yang mengganggu tuan, sehingga membuat tuan tidak ada waktu untuk mempedulikannya.

Semakin dipikirkan, dia semakin merasa seperti itu, hatinya juga semakin merindukan tuannya.

Novel Terkait

My Secret Love

My Secret Love

Fang Fang
Romantis
5 tahun yang lalu
After Met You

After Met You

Amarda
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Greget Husband

My Greget Husband

Dio Zheng
Karir
4 tahun yang lalu
Cinta Di Balik Awan

Cinta Di Balik Awan

Kelly
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
4 tahun yang lalu
Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
5 tahun yang lalu