Wanita Pengganti Idaman William - Bab 220 Menggugurkan Anak

Marina tersenyum dingin sekilas melihat Sierra, merasa jengkel dengan sikapnya yang santai bagai tidak terjadi apa-apa.

“Heh, aku rasa Nona Sierra masih belum bangun, bicara terlalu besar hati-hati lidah tergigit.”

Dia menyindir dengan dingin, selesai berkata, dia tidak peduli apakah Sierra ingin berkata sesuatu, langsung berdiri dan pergi.

Saat pergi, dia juga tidak lupa memarahi Alexa di dalam hatinya.

Wanita bodoh ini, beraninya melakukan hal memalukan seperti ini, bahkan berbohong padanya dan masih ingin menuduh William!

Jangan melihat bahwa dia biasanya bergaul amat baik dengan Alexa, tapi saat benar-benar terjadi sesuatu, bagaimanapun juga dia adalah anggota keluarga Sunarya, akan tetap berdiri di sisi rumah Sunarya.

Alexa tidak tahu setelah rencananya gagal, dia juga kehilangan satu tangan kanannya yang kuat.

Saat ini, dia kembali ke rumah Delores bersama kedua orang tuanya, dia pun tidak bisa menahan ketidakpuasan yang di hatinya, meledak.

“Ayah, bukankah kamu mengatakan tidak akan gagal? Kenapa hasilnya menjadi seperti ini?”

Suara jeritannya membuat raut muka ayah Alexa memburuk sampai pada puncak.

Namun, dia tidak ada waktu untuk marah pada Alexa, teringat masalah yang terjadi di rumah Sunarya, dia mengeluarkan teleponnya dan menghubungi Sando.

“Sando, ini aku, bukankah aku menyuruhmu membantu aku untuk mengubah hasil laporannya, kenapa hasilnya bisa begitu?”

Dia bertanya dengan nada berat.

Mendengar ini, mata Sando terpintas kekagetan.

“Aku jelas sudah memerintahkannya… ...kamu tunggu dulu, aku pergi tanya.”

Selesai itu, telepon hening.

Ayah Alexa juga tidak mematikan telepon, menunggu dengan diam.

Setelah beberapa menit kemudian, terdengar lagi suara Sando.

“Reiner, sangat maaf, murid aku barusan menemukan, laporan yang sudah kita tukar itu ditukarkan lagi oleh orang lain.”

Ayah Alexa terbengong, matanya dilintasi cahaya gelap.

Dia tidak menyangka ada orang yang lebih cerdik, mengakali mereka semua.

“Aku sudah tahu, masalah ini telah merepotkan kamu.”

Dia sadar kembali, setelah mengobrol beberapa kata sopan, dia pun mematikan telepon.

Saat bersamaan dengan dia mematikan telepon, Alexa dengan tidak sabar maju ke depan untuk bertanya.

“Ayah, apa yang dikatakan paman Sando? Kenapa bisa menjadi seperti ini?”

Ayah Alexa melihat kecemasan di wajahnya, agak jengkel dengan anaknya yang tak dewasa ini, serta komprominya terhadap realita.

“Alexa, masalah ini jangan diungkit lagi, kedepannya kamu juga tidak usah berharap lagi, terjadi masalah seperti ini, rumah Sunarya tidak mungkin akan terima kamu lagi, apalagi membiarkan kamu menikah dengan William.”

Pada akhirnya, dia tetap tidak tega memarahi putrinya, berkata membujuknya.

Ketika selesai berkata, dia teringat lagi satu masalah lain, melihat Alexa dengan mengerutkan alis.

“Oh iya, siapa ayah dari anak di perutmu itu? Sekarang rencana sudah gagal, minta pertanggungjawaban dari pihak ayah anak ini, atau gugurkan anak ini.”

Alexa belum selesai mencerna perkataan sebelumnya, langsung terdengar perkataan ini, seluruh tubuhnya pun terbengong.

Benaknya secara tidak sadar terpintas sebuah wajah tampan, tidak tahan menggigil kedinginan.

Jika diketahui oleh pria itu bahwa perutnya hamil anak dia, apakah dia akan menyetujuinya untuk menggugurkan anak ini?

Dia berpikir dengan alis mengerut, hati penuh kekesalan

Hanya merasa bahwa ini merupakan satu masalah menyusahkan lainnya!

……

Sore hari, Jeanne menyelesaikan pekerjaan di tangannya, dia pun tepat waktu pulang kerja.

Saat ini, William sudah mengemudi mobil dan menunggunya di depan perusahaan.

Jeanne berjalan sampai luar, langsung terlihat mobil milik William.

Tiba-tiba, dia berjalan ke arah William dengan tergesa-gesa yang bahkan dirinya pun tidak menyadarinya.

Setelah dia duduk, William barulah melajukan mobilnya.

“Ke mana kita?”

Jeanne secara naluriah bertanya. “Bukankah sebelumnya kamu bilang ingin makan di restoran Korea? Aku sudah menyuruh orang memesan tempat.”

William meresponsnya dengan senyum.

Jeanne termenung sejenak, senyuman di wajahnya perlahan-lahan melebar.

Dia tidak menduga, perkataan yang hanya sembarang dibicarakan, pria ini terus mengingatnya.

Lagipula, restoran Korea sebagai restoran terkenal di Ibukota, tidak mudah untuk bisa memesan tempat.

Namun, dia tidak bertanya banyak, hanya mengingat kebaikan ini di dalam hatinya.

Tidak lama kemudian, mereka pun tiba di restoran Korea, William dengan gentleman membukakan pintu mobil untuk Jeanne, merangkul tangannya turun dari mobil.

Jeanne mengangkat kelopak, terlihat halaman bangunan berbau tradisional di depannya.

Boleh dikatakan bahwa restoran Korea bisa begitu terkenal di Ibukota, tidak hanya karena makanannya, juga karena desainnya.

Menggabungkan khas desain tradisional dan modern menjadi satu, luar dan dalam merupakan dua dunia yang berbeda.

Jeanne hanya pernah melihat desain luar ini di majalah, ini adalah pertama kalinya dia datang ke tempat ini, barulah menemukan bahwa majalah memang tidak meninggi-ninggikan.

Apalagi dia juga mempelajari desain, meskipun desain sipil berbeda dengan desain baju, tapi banyak ornament gantung kuno di dalamnya yang memberi dia banyak inspirasi.

William menyadari kesenangannya, sambil memerhatikan dia untuk makan, sambil menceritakan informasi tentang restoran Korea padanya.

Makan malam ini, dilalui keduanya dengan harmonis.

Ketika topik pembicaraan mereka sudah sampai di ujung, Jeanne tiba-tiba teringat masalah yang terjadi di rumah pagi tadi.

“Oh iya, William, masalah pagi tadi, apakah akan mempengaruhi kerja sama antar keluarga Sunarya dan keluarga Delores?”

William terdiam sejenak, berkata dengan acuh tak acuh: “kurang lebih akan berpengaruh, tetapi keluarga Delores dan keluarga Sunarya memiliki banyak hubungan bisnis, jika mereka paham untung rugi, seharusnya tidak akan berbuat apa-apa, tapi ... jika mereka tidak paham, kerugian kecil ini, Keluarga Sunarya masih mampu mengatasi.”

Mendengar ini, Jeanne merasa lega.

Dia mengangguk dengan pikiran melayang, kemudian mengatakan beberapa kalimat lagi, lalu berdiri dan pergi ke kamar mandi.

Saat dia kembali, ditemukan meja makan mereka entah sejak kapan bertambah seorang wanita.

Wanita itu mengenakan seragam bebas abu-abu sehingga tampak berbakat dan berpengalaman, bentuk badan langsing.

Wajahnya dirias make-up anggun, tulang dan sudut rahang terlihat jelas, kurang sedikit kecantikan yang lembut, sedikit lebih heroik, penuh tampang keratuan.

Jeanne agak kaget, perasaannya lebih banyak merasakan kefamiliaran pada wajah samping wanita, dia terus merasa bahwa pernah bertemu dengannya di suatu tempat.

Dia mengerutkan alis dan berjalan ke sana.

William juga menemukannya, melambaikan tangan, menyuruh dia datang ke sisinya.

“Jessy, sangat pas kamu kembali, aku kenalkan kamu seorang senior.”

Dia merangkul Jeanne dan berkata dengan senyum: “ini adalah senior aku waktu kuliah, Celica Selis, sama seperti kamu mengambil jurusan desain baju, sangat terkenal di luar negeri, banyak dapat penghargaan, kamu mestinya pernah mendengar tentang dia?”

Jeanne terbengong sejenak, tiba-tiba ada kesan terhadap Celica, menoleh padanya dengan tatapan penuh kaget.

Dia memang pernah mendengarkan banyak berita tentang Celica.

Dengar-dengar, dia adalah desainer pertama yang menggabungkan banyak elemen klasik kuno dari dalam negeri dan barat, bahkan karya-karya yang dirancangnya sangat laris di negara-negara luar sana, banyak master internasional yang terkenal juga memujinya.

“Senior Selis, tidak sangka bisa bertemu anda di sini, sebuah kehormatan.”

Dia menyapanya dengan sopan, membawa kehormatan junior pada senior.

Celica terpaku dengan tingkahnya yang penuh hormat, matanya berkilauan dan sudut mulutnya terangkat.

“William, dari mana kamu dapatkan orang selucu ini?”

Mata cantiknya memutar memandang ke William dan bertanya, seolah-olah tidak terlihat gerakan mereka yang mesra.

William juga tidak menyadari keanehan pada kalimat ini, berkata dengan tersenyum: “bisa saja kak senior bercanda, dia adalah istriku, Jessy.”

Mendengarkan ini, raut muka Celica kaku sesaat, tapi dengan cepat kembali semula.

Dia menilai Jeanne keseluruhan, lalu bercanda: "Kupikir kamu akan terus lajang, tidak sangka menikah lebih cepat dariku."

Novel Terkait

Eternal Love

Eternal Love

Regina Wang
CEO
3 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Antara Dendam Dan Cinta

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
3 tahun yang lalu
Kembali Dari Kematian

Kembali Dari Kematian

Yeon Kyeong
Terlahir Kembali
3 tahun yang lalu
My Cold Wedding

My Cold Wedding

Mevita
Menikah
4 tahun yang lalu
Half a Heart

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
3 tahun yang lalu