Wanita Pengganti Idaman William - Bab 165 Tidak Berani Tidur Sendirian

Bab 165 Tidak Berani Tidur Sendirian

Ketika William mendengar itu, dia menatapnya dengan seksama. Melihat bahwa dia benar-benar tidak memiliki keengganan di wajahnya, jadi dia mengambil kembali pandangannya.

"Jika kamu memang tidak keberatan, ya sudah, ini sudah malam. Naik ke atas dan mandi dan istirahatlah lebih awal."

Jeanne mengangguk dan bertanya spontan, "Bagaimana denganmu?"

"Aku masih punya pekerjaan yang harus dilakukan."

William hanya menjawab dengan santai.

Jeanne mendengar itu dan merasa sedikit kecewa.

"Oh, jadi ….... aku akan naik duluan.”

Dia berbicara dengan lemah, tetapi tidak bergerak.

William memandang matanya dengan ringan, secara alami tidak melewatkan kekecewaan di matanya, dan maju kearahnya dengan senyum nyaris tak terlihat.

"Kenapa, tidak berani tidur sendirian?"

Jeanne terkejut dengan pendekatannya yang tiba-tiba dan tanpa sadar mundur.

Namun, sosok William yang besar tinggi William layaknya gunung besar, telah membuat banyak tekanan untuknya, terutama hormon pria yang keluar dari hidung mancungnya, membuatnya panik tak karuan.

"Siapa yang tidak berani tidur sendirian?"

Dia dengan malu-malu menyangkalnya, mengulurkan tangan untuk mendorong pria di depannya.

Tapi begitu dia mengulurkan tangannya, William langsung menarik tangannya dan kemudian dengan kekuatan itu, dia langsung jatuh ke pelukan William.

Tiba-tiba, tangannya yang kuat sudah meraih pinggangnya .

"Benarkah? Kok aku merasa kamu tidak mengatakan yang sebenarnya?”

Suara berat William terdengar di telinganya.

Dan suara yang penuh dengan daya tarik ini, membuat Jeanne tidak dapat menahan diri dan menggigil.

Untuk sesaat, terlintas gambaran yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata dalam benaknya, pipinya menjadi panas seketika, dan seluruh badannya mulai melembut dan mulai menempel pada William.

William memperhatikan perubahan tubuhnya, menatap warna menawan di matanya, cahaya melintas di matanya, seolah-olah ada sesuatu yang membuatnya tersadar.

Lalu dia menundukkan kepalanya dengan tajam dan meraih bibir merah yang menarik itu.

Aroma harum Jeanne memenuhi seluruh mulutnya, hanya untuknya, membiarkan dia menguasainya, menginginkannya lebih banyak.

Jeanne tidak membuat perlawanan dan membiarkannya mencium dirinya.

Mereka berciuman satu sama lain sampai napas mereka hampir habis, bibir mereka baru lepas.

Pada saat ini mata mereka sudah penuh dengan nafsu.

William mengubah ide sebelumnya, meraih pinggang Jeanne dan menggendongnya menuju ke kamar.

Dan semuanya terjadi dengan sendirinya.

Jeanne seperti kapal tunggal yang mengambang di laut, terbawa ombak.

Dia mendengarkan desahan pelan di telinganya, dan awalnya terlena, sekarang pelan-pelan mulai sadar.

Napas yang berat, setiap kali mendesah, seperti ada air mengalir tiada henti ke jantungnya.

Rasanya seperti akan dicap dalam hatinya, membuatnya tiba-tiba merasa sedikit panik.

Karena dia menyadari bahwa dia memainkan peranan sebagai Jessy, makin lama makin meresapi dan terlalu mendalami perannya , tapi …..... Dia akan segera meninggalkan tempat ini!

Dia tidak bisa tidak menghitung waktu, kurang dari sepuluh bulan lagi.

Dia tahu bahwa begitu saatnya tiba, dia harus meninggalkan pria ini.

Tiba-tiba, hatinya terasa seperti ditusuk jarum, dan napasnya terasa sakit.

Pada saat ini, William memperhatikan dan merasakan Jeanne yang sedang di bawahnya, sepertinya terganggu dan tidak fokus, Dia berhenti dan bertanya,

"Ada apa?"

Jeanne tersadar, dia melihat wajah tampan di depannya, dengan ekspresi yang tak terlukiskan di wajahnya.

William menyadarinya, dan ingin bertanya lagi, tapi Jeanne tiba-tiba mengambil inisiatif.

Dia meraih William kebawah dan dengan kikuk mempelajari gerakannya sebelumnya dan mencium bibirnya.

Keterampilan menciumnya masih terasa kaku, ditambah dengan inisiatif langka Jeanne , William hanya bisa diam pasrah membiarkan Jeanne untuk sementara waktu, dan biarkan Jeanne yang aktif bergerak diatas badannya. Ketika dia menyadarinya, dia juga tidak ingin memikirkan gangguan kecil tadi lagi. Dia hanya ingin bergumul dengan sepuasnya dengan orang yang sangat dicintainya ini.

Malam yang penuh gairah, sampai akhirnya bagaimana, Jeanne tidak ada kesan apa-apa.

.........

Keesokan harinya, ketika Jeanne bangun, seluruh tubuhnya sakit seolah-olah dia barusan ditabrak mobil.

Dia tahu itu adalah efek dari hubungan seks yang berlebihan, untungnya dia tidak harus pergi ke perusahaan hari ini, jadi dia bisa bermalas-malasan sebentar di tempat tidur.

Tepat ketika dia memikirkan kegilaan semalam, jantungnya berdetak tak terkendali, bahkan berdenyut lebih kencang.

Namun, kegembiraan itu tidak berlangsung lama, dia memikirkan tentang kenyataan, dan untuk sesaat suasana hatinya langsung berubah.

Dia menelan kepahitan di mulutnya dan terus menghipnotis dirinya sendiri.

Jeanne, jangan pikirkan itu lagi, itu hanya sebuah kesepakatan!

Pikirkan tentang ibu yang masih membutuhkan bantuan kamu.

Jeanne tidak tahu apakah hipnosisnya efektif atau tidak. Hatinya yang kacau perlahan-lahan menjadi tenang.

Dan dia langsung pergi mandi membersihkan diri supaya tidak membiarkan dirinya berpikir berlebihan dan yang bukan-bukan lagi.

Saat dia selesai mandi dan turun untuk makan, Merry datang.

"Nyonya Muda, aku datang membawa pesan dari rumah utama. Nyonya Muda diminta kesana sebentar."

Jeanne mengangguk untuk menunjukkan bahwa dia mengerti.

Tapi dia tidak beranjak pergi, masih makan dengan pelan-pelan.

Karena pada saat ini siapa yang mencarinya, dia tidak perlu berpikir keras itu siapa, tidak ada orang lain selain Nyonya Thea.

Dan tidak pernah ada niat baik kalau orang ini mencarinya.

Sesudah makan, dia baru akan menuju ke rumah utama.

Dengan cara ini, dia akhirnya selesai makan, dan kemudian pergi ke rumah utama dengan wajah lesu dan malas-malasan.

Di rumah utama, Nyonya Thea memandang Jeanne yang telat datangnya, dan seperti biasanya kemarahannya langsung meledak.

"Jessy, kamu pikir kamu itu siapa. Kamu membiarkan aku menunggumu begitu lama. Apakah kamu berpikir karena William mendukungmu, kamu tidak mengganggap aku lagi di matamu?"

Dia membentak dengan galak dan Jeanne hanya menjawab dengan senyum yang nyaris tak terlihat: "Mama salah. Aku tidak bermaksud membiarkanmu menunggu lama. Aku baru saja makan ketika mama memintaku untuk datang. Jika aku tidak makan dan datang langsung, kalau-kalau aku kelaparan, dan merusak persiapan kehamilanku, tentu saja itu tidak baik . "

Nyonya Thea tercekat, dia tidak menyangka Jeanne akan menggunakan alasan ini untuk melawannya.

Dia menggertakkan giginya dan menatap Jeanne. Dia tidak bisa menemukan serangan balik untuk sementara waktu. Akhirnya, dia menarik napas dalam-dalam dan bergumam, "Lupakan saja, aku tidak akan membuat perhitungan denganmu kali ini."

Jeanne melihat situasinya, dan menjawab dengan dingin: "Terima kasih atas kemurahan hatinya, aku tidak tahu mengapa mama memanggil aku kesini hari ini?"

Ketika Nyonya Thea mendengar ini, dia teringat sesuatu dan terbatuk ringan. "Aku sudah membuat janji dengan dokter. Jika kamu setuju, ikut aku ke rumah sakit untuk pemeriksaan sekarang."

Jeanne agak terkejut.

Dia pikir pemeriksaan akan berlangsung beberapa hari kemudian, tetapi wanita itu mengaturnya hanya dalam semalam.

Sejenak, dia memandang Nyonya Thea dengan ragu, dan tidak tahu apa maksud dan tujuan tersembunyinya.

Tetapi cepat atau lambat dia harus pergi, dan dia tidak bermaksud menolak, jadi dia mengangguk dan berkata, "Ya."

Kemudian mereka datang ke rumah sakit. Setelah nama mereka dipanggil, seorang perawat membawa mereka ke kantor kepala dokter bagian ginekologi.

"Dr. Jina, pasienmu ada di sini."

Perawat itu mengetuk pintu dan membawa keduanya masuk dan kemudian pergi.

Di dalam kantor, seorang wanita berusia sekitar empat puluh tahunan menatapnya dengan penuh kasih sayang. Dia kelihatan sangat cocok dan ramah dalam mantel putihnya.

"Inikah yang anda bilang ingin diperiksakan kesini?"

Dia mengambil inisiatif untuk menyambut Nyonya Thea dan menganggukkan kepalanya.

"Tolong bantu periksa dia."

Setelah selesai, dia menoleh ke Jeanne dan berkata, "Ini teman aku yang ahli ginekologi. kamu ikut dia pergi check up."

Novel Terkait

Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
5 tahun yang lalu
Pengantin Baruku

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
4 tahun yang lalu
Beautiful Love

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Half a Heart

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
4 tahun yang lalu
Adieu

Adieu

Shi Qi
Kejam
5 tahun yang lalu
Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu
Kakak iparku Sangat menggoda

Kakak iparku Sangat menggoda

Santa
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
My Secret Love

My Secret Love

Fang Fang
Romantis
5 tahun yang lalu