Wanita Pengganti Idaman William - Bab 489 Membuatnya Menyesal

Alis Willy agak naik, karena namanya Willy?

“Apa ada orang yang kamu suka?”

“Ini apa hubungannya denganmu, ingat baik-baik kata-kataku! Setelah lukamu sembuh langsung pergi!”

Jeanne dengan tidak senang menatap Willy.

Willy memonyongkan bibirnya, “tenang saja, tunggu luka tuan muda sembuh, pasti tidak akan malas dan tidak pergi.”

“Sebaiknya begitu!”

Jeanne menghembuskan nafas kecil, berbalik badan pergi dapur dan membawa mie kuah.

“Wanita bodoh, aku juga lapar, buatkan aku sedikit makanan.”

Willy melihat pergerakkan Jeanne, memerintah tanpa rasa sungkan.

Jeanne tanpa mengangkat kepala membalas, “aku juga bukan pembantumu, mau makan ya cari cara saja sendiri!”

“Duh, wanita bodoh, kalau aku punya cara, apa aku masih perlu tinggal di tempat kamu ini?”

Willy ribut, di saat yang sama mulai meragukan diri sendiri.

Apakah daya tariknya berkurang, kenapa wanita ini sejak melihatnya, selalu tidak ada raut wajah yang bagus?

Jeanne menolehkan kepala menatap Willy sekilas, melihat raut wajahnya pucat, seluruh badannya senderan di sofa tidak bertenaga, seperti benar tidak berdaya.

“Kalau mau aku buatin kamu makan, juga bukannya tidak bisa, beli pakai uang, omong-omong, kamu mau tinggal di sini, juga harus bayar uang sewa rumah.”

Kemarin saat membereskan pria ini, Jeanne menyadari identitas dia seharusnya tidak biasa, bahan pakaian yang dikenakan pria ini harganya luar biasa.

Intinya bukan orang yang kekurangan uang.

Pada kenyataannya juga memang begitu.

“Boleh, kamu bicara saja berapa?”

Willy agak menurunkan dagunya, menunggu Jeanne menyebut angka.

Masalah yang Willy bisa selesaikan dengan uang itu bahkan tidak ia sebut masalah.

Jeanne mengangkat alisnya, “sehari 2 juta rupiah saja.”

Willy menyipitkan matanya, memperhatikan dan menilai ke sekeliling, dengan tidak suka berkata: “rumah kecil bobrok kamu ini juga seharga sehari 2 juta?”

Jeanne memutar bola matanya, tentu saja tidak seharga segitu, hanya saja Jeanne sengaja bicara tinggi, mau memaksa orang ini untuk pergi.

Jeanne tahu biasanya orang kaya, tidak ada yang akan memegang uang tunai.

“Ya sehari 2 juta, kamu kalau tidak punya uang, atau tidak senang, pintu keluar ada di sana, silakan pergi tanpa diantar.”

Selesai bicara, Jeanne seperti terpikir apa lagi, ujung bibirnya agak naik, “omong-omong, aku tidak menghitung totalan ya, sehari langsung bayar.”

Willy tertohok tidak mampu bicara, juga bisa menebak maksud Jeanne.

Willy dengan ekspresi tertekan, menyeringai, “tenang saja, uang sekecil itu tuan muda tidak keberatan.”

Saat sedang bicara, tidak tahu dari mana ia mengeluarkan setumpuk uang, lempar di meja kecil, “uang ini cukup Tuan Muda tinggal di tempat kamu setengah tahunkan, cepat pergi masak untukku!”

Jeanne terdiam, setelah kembali ke kesadarannya ia melihat Willy dengan merasa aneh.

Pantas saja kemarin malam saat Jeanne menggantikan baju pria ini, merasa berat bajunya tidak seperti biasanya, ternyata demi membawa uang tunai sebanyak ini.

“Tunggu!”

Jeanne menggertakan giginya, berbalik badan dan masuk dapur.

Willy menaikkan alisnya, melihat memperhatikan dan menilai sekeliling.

Bisa dibilang, toilet rumah ini lebih kecil dari di rumah Willy, tapi membuat orang merasa ada sejenis kehangatan.

Di sekeliling terletak perabot rumah yang bisa terlihat dipilih dan diletakkan orang dengan sepenuh hati.

Gorden warna biru muda berkibas seiring tertiup angin, di dekat jendela ada satu pot anggrek.

Di luar jendela meski agak berisik, malah karena jarak tetangga sekeliling di sekitar rumah dekat, bukannya membuat orang jadi tidak suka, malah bertambah hangat.

Beberapa menit kemudian, Jeanne memegang mie kuah dan sekali lagi keluar dari dapur.

“Makan!”

‘TAK’ suaranya, mie kuah diletakkan di depan wajah Willy.

Kuah yang bening dan wajahnya yang putih, ditambah telur di atasnya, berhias sedikit daun bawang, wangi yang tidak kuat menyebar, melihat saja membuat orang bernafsu makan.

Tapi Willy hanya melihat sekilas, langsung dengan tidak suka melihat ke arah Jeanne, “gini ya, kamu sehari minta aku 2 juta, hanya kasih aku makanan tidak bergizi seperti ini?”

“Suka, makan, tidak, jangan dimakan.”

Jeanne tidak menggubrisnya, setelah bicara kalimat itu, mengangkat mie kuah miliknya sendiri dan mulai makan.

Willy melihat Jeanne makan seperti enak sekali, perut yang awalnya lapar rasanya semakin lapar.

“Pemeras!”

Willy menggertakan giginya, pada akhirnya tetap mengangkat mangkuknya.

Boleh dibilang, mie ini juga enak.

Willy memperhatikan Jeanne sekilas, makan dengan perlahan.

Jeanne melihat Willy makan dengan elegan, pandangan matanya mendalam.

Willy seperti tidak sadar, tiba-tiba melaporkan sederet nama masakan, “wanita bodoh, siang aku mau makan ayam rebus tanpa tulang, jamur dimasak dengan kuah daging, tumis potongan ikan, bihun goreng, bebek peking……”

Sorot mata Jeanne jadi kaku, ini bukannya benar-benar menganggap Jeanne sebagai pembantu?

“Tidak bisa buat.”

Willy pada dasarnya memang sengaja mencari-cari kesalahan, mau menarik kembali adegan yang mempermalukannya barusan.

“Tapi kamu sudah terima uangku!”

Willy menaikkan alisnya melihat Jeanne, dengan postur seperti bosnya dan harus menuruti kata-katanya.

Jeanne tertawa ‘hehe’, “aku juga tidak berniat melayanimu, uangnya aku kembalikan ke kamu, kamu pergi dari rumahku ya?”

Willy tertohok tidak mampu membalas, marah dan muram: “wanita bodoh, kalau punya kemampuan jangan pakai kata-kata untuk mengancam aku.”

“Aku tidak punya kemampuan.”

Kelopak mata Jeanne bahkan tidak terangkat, Jeanne selesai bicara, juga selesai makan mie, bangkit berdiri membereskan, di saat yang sama juga membereskan mie yang belum Willy selesai makan.

“Hei, wanita bodoh, kamu sedang apa?”

Willy terlambat mau melindungi makanannya.

“Aku lihat kamu bertenaga seperti ini, kelihatannya sudah kenyang.”

Jeanne tersenyum di permukaan saja dan melihat Willy sekilas, berbalik badan masuk ke dapur.

Willy melihat tampak belakang Jeanne, marah sampai mulutnya gatal.

“Wanita bodoh, berani memperlakukan aku seperti ini, kamu yang pertama.”

Jeanne memutar bola matanya, tidak mempedulikan Willy, setelah membereskan semuanya, membawa tas pergi ke arah pintu keluar.

“Wanita bodoh, kamu mau pergi kemana?”

Willy mau menahan Jeanne, apa daya luka di tubuhnya tidak membiarkan Willy, kembali tiduran dengan kesakitan di sofa.

Jeanne melihat tampang Willy kesakitan, memonyongkan bibirnya, “aku ada urusan mau pergi sebentar, kamu kurang-kurangi menyiksa diri, diam dan bersikap baik sajalah.”

Selesai bicara, Jeanne berbalik badan ‘BUK’ suara pintu tertutup.

Willy memandang tajam pintu yang tertutup rapat, seperti mau membolonginya hanya dengan menatap, hatinya sangat suram.

Willy belum pernah menerima perlakuan seperti ini, bagus sekali wanita ini, dia sudah ingat baik-baik!

Menunggu dia sedikit pulih, dia harus memberi pelajaran pada wanita ini, membuat Jeanne menyesal memperlakukannya seperti ini!

……

Di saat yang sama, saat bersiap pergi melihat ibunya, Jeanne menerima telepon Celica.

“Desainer Jessy, tolong datang ke kantor.”

Telepon terhubung, langsung terdengar suara Celica yang dingin.

Jeanne mengernyitkan alisnya, masih tidak menunggu Jeanne bertanya ada masalah apa, telepon langsung dimatikan.

Tidak sampai 10 menit kemudian, Jeanne sampai di lantai bawah kantor.

Jeanne naik lift, langsung pergi ke kantor Celica, malah diberitahu untuk pergi ke ruang rapat.

Jeanne tidak paham, tapi masih pergi ke arah ruang rapat.

Di dalam ruang rapat, sudah penuh sekali, Jeanne mengetuk pintu dan masuk, “maaf, aku terlambat.”

Semua orang melihat Jeanne, pada sibuk berbisik satu sama lain.

Celica juga seperti senang atas kesialan orang lain saat melihat Jeanne.

Tidak tahu kenapa, Jeanne merasa agak tidak tenang, dengan penuh kebingungan melihat Zoey.

Zoey tidak merespon, bangkit berdiri menepuk-nepuk tangan, “sudah, sekarang semuanya sudah sampai, kita mulai rapat.”

Semua orang jadi diam, menunggu kelanjutan dari Zoey.

“Untuk rapat kali ini, utamanya membahas masalah pesanan perusahaan komunikasi.”

Novel Terkait

Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
4 tahun yang lalu
Pengantin Baruku

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Cute Wife

My Cute Wife

Dessy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Half a Heart

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
4 tahun yang lalu
Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Predestined

Predestined

Carly
CEO
5 tahun yang lalu
Unlimited Love

Unlimited Love

Ester Goh
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Terlarang

Cinta Yang Terlarang

Minnie
Cerpen
5 tahun yang lalu