Wanita Pengganti Idaman William - Bab 14 Kita

Bab 14 Kita

Sore menjelang malam di keesokan harinya, di rumah William. Di bawah sorot lampu yang berwarna kuning, di hadapan meja makan yang bermodel China modern, beberapa pembantu sedang sibuk tanpa bersuara. Jarang sekali Jeanne dan William bisa duduk dan makan bersama.


Suasana yang amat sunyi di ruangan tersebut, rasa hangat yang samar-samar terasa mengalir di antara mereka berdua, sederhana saja, suasana yang hangat dan manis. Jeanne sangat suka perasaan seperti ini, beberapa hari ini ia selalu menahan diri sampai rasanya tercekik. Betapa senangnya ia kalau setiap makan malam ada orang yang menemani.


Jeanne bergumam sendiri, kemudian melihat seseorang yang masuk dari pintu utama, dan beberapa pembantu yang buru-buru menyapa dengan hormat pada orang itu.“baru jam segini sudah makan malam saja?” tanya Alexa.


Alexa sama sekali tidak ragu dan merasa mengganggu saat menarik kursi, duduk di tengah-tengah Jeanne dan William, seperti ia memang yang seharusnya menempati posisi tersebut.


Jeanne tanpa sadar melihat ke arah Alexa, hari ini suasana hati Alexa sepertinya lumayan baik, ia berdandan dengan amat cantik.


Gaun panjang berwarna ungu membuat kulit Alexa terlihat seputih salju, rambutnya yang sedikit dicatok dengan beberapa kepangan, sepasang matanya yang penuh perasaan, tertuju pada William dengan sembunyi-sembunyi. William nampaknya sama sekali tidak memperhatikan, ia lanjut bersikap tenang seperti biasanya.


Jeanne kurang lebih dapat merasakan kesengajaan Alexa, melihat sikapnya yang seperti itu, Jeanne jadi was-was. Dalam hatinya ia bertanya mengapa Alexa bisa datang kesini. Sekalinya wanita ini muncul, tidak ada hal baik yang akan terjadi. Jeanne meletakkan alat makan yang ia genggam, menunggu cukup lama, ia malah menyadari kalau Alexa tidan berniat mencari masalah dengannya, sejak memasuki rumah ini, pandangan Alexa hanya tertuju pada William saja.


William bertanya dengan nada dingin, “ada masalah?”

“ya.” jawab Alexa.

Alexa melihat William akhirnya bicara, tersenyum kecil, kemudian Alexa mengeluarkan sebuah undangan yang sangat indah dari tasnya, menaruhnya di hadapan William, wajahnya dipenuhi dengan ekspektasi. Menganggal Jeanne yang ada di sebelahnya hanyalah angin.


“apa ini?” tanya William.

William melirik amplop yang berwarna keemasan, bertanya tanpa terlalu peduli.


Melihat William yang merespon, senyuman di wajah Alexa semakin lama semakin lebar, ia memberitahu: “kak William, universitas X kita dalam waktu dekat ini mau mengadakan acara kumpul kumpul alumni, pada saat itu profesor Benjamin juga akan ikut serta. Kakak tahu kan kalau ia selalu menghargai potensimu, profesor terus merasa menyesal setelah kakak keluar negeri pada tahun kedua.”


“malahan ia mempercayakan aku untuk khusus menyampaikan undangan ini untukmu, ia ingin melihat murid yang pernah jadi kesayangannya dulu.”

Alexa sengaja menunjukkan kalau ia sepenuhnya akrab dengan William, saat itu nampak seperti siapapun tidak dapat masuk menyela di antara Alexa dan William, pandangannya berulang kali mengamati Jeanne.


Mendengar nama Benjamin, William seakan tak mampu berkata-kata, melihat lagi undangan itu, lalu akhirnya bertanya: “kapan?”

“besok malam!” jawab Alexa. Masalah tentang acara kumpul kumpul alumni ini, Alexa sudah mencaritahu sejak awal.


Dengan pemikiran besok Alexa akan datang menghadiri acara bersama dengan William, kali ini mendengar ia sempat menanyakan soal itu, matanya terlihat sungguh-sungguh menunggu jawaban William.


William mengangguk dan berkata: “kalau begitu aku juga akan ikut besok.” seumur-umur William tidak suka acara semacam ini, tapi Benjamin itu adalah senior yang sangat bijak dan bermartabat, yang menjaga junior-juniornya dengan baik. Ditambah lagi dulu mereka pernah melalui masa-masa yang menyenangkan bersama.


Dalam lubuk hati William, Benjamin itu selalu menjadi profesor yang sepenuhnya ia hormati. Justru karena niat baiknya ini ia berani mengirim undangan ke William. Melihat persetujuan William, Alexa semakin saja bangga, bahkan ia sampai memanas-manasi Jeanne dengan gerakan mulutnya.


Jeanne tampak sama sekali tidak peduli, William mau pergi kemana itu hak dia. Walau pada kenyataannya ia istri William, tapi ia malah tak pernah tertarik akan haknya ikut campur dalam masalah pribadi William.


Namun di mata Alexa, Jeanne nampak seperti sedang pura-pura tenang dan tidak terganggu saja, Alexa semakin merasa bangga.

……

Sore menjelang malam di keesokan harinya, di gedung perkumpulan internasional.

William dan Alexa masuk bersamaan, sudah ada banyak sekali orang yang duduk di dalam ruangan VIP itu. Saat ini banyak murid unggulan yang setingkat dengan mereka di universitas X sudah menjadi orang berpengaruh di berbagai area.


Melihat mereka berdua masuk, mata semua orang langsung jadi berbinar. Paduan antara laki-laki tampan dan wanita cantik, membuat banyak orang membincangkan mereka, ada juga orang yang memberhentikan Alexa dan bertanya: “kalian berdua bukan pasangan kan? Saat kuliah aku sudah merasa kalian berdua seperti sepasang laki-laki tampan dan wanita yang cantik, seperti sudah ditakdirkan bersama.”


Alexa tertawa tanpa bicara, semua orang menganggapnya mengakui hal itu. William orang yang terlalu malas untuk menjelaskan.


Bahkan Benjamin yang duduk di kursi utama setelah melihat mereka berdua juga menganggukkan kepalanya berkali-kali sambil berkata, “mereka memang benar-benar pasangan yang 

cocok!”

Benjamin mau bercerita soal masa lalu dengan William, beberapa wanita di sisi menarik Alexa untuk bicara soal gosip pribadi mereka.


Semua orang sangat iri Alexa bisa mendapat pacar setampan dan seberpengaruh William, ada juga orang yang mau menanyakan kondisi hubungan Alexa dengan William sekarang ini.

Hati Alexa jadi senang, setelah pesta perkumpulannya selesai, ia sudah minum terlalu banyak.


Melihat Alexa yang jalannya sempoyongan, karena berjalan saja tidak stabil, William terpaksa mengantarnya pulang duluan.


“Alexa, sadarlah, kita sudah sampai rumah”

Tangan William membopongnya keluar dari mobil, sedangkan tangannya yang satu lagi menghentikan tangan Alexa yang sembarangan meraba kemana-mana. Kalau bukan karena Alexa sudah mabuk, William sudah sangat ingin meninggalkannya di sini.


Alexa sepanjang perjalanan sudah seperti orang gila saja, terus-terusan ribut minta diantar ke hotel. Melihat mereka sudah masuk ke gerbang utama rumah, Alexa semakin lama semakin ribut, menyebabkan beberapa pembantu yang bertugas di malam hari berulang kali menatapnya


“tidak, aku tidak mau pulang. kak William, ayo kita ke hotel, ke hotel!” teriak Alexa


Keributan yang ditimbulkan Alexa semakin parah, William melihat ke rumah besarnya yang sudah gelap karena dimatikan kampunya itu, kalau ia memulangkan anak mabuk ini, pasti ia akan membuat masalah di rumah, sampai sampai papa mama tidak bisa tidur nyenyak. Baru setengah jalan, akhirnya William terpaksa membawanya pulang.


Jeanne awalnya sedang tidur dengan nyenyak, siapa sangka ia mendengar suara keributan dan suara gedor gedor pintu dari luar. Jeanne membolak-balil badannya karena tidak bisa tidur lagi, Jeanne lalu memakai jaket dan keluar untul melihat, siapa sangka sekalinya ia buka pintu ada bau alkohol yang tercium.


Alexa sedang ribut di depan kamar tidur Jeanne, “tidak! Aku maunya tidur di kamar ini, kak William, jangan usir aku ya?” kamar ini adalah kamar utama! Kamarnya William dan Jeanne!


“kamu sudah cukup buat keributan!” William berdiri di depannya dengan wajah pucat kelabu, tangannya seperti menjulur mau menghentikan Alexa. “kak William kamu jahat padaku!”


Alexa tiba-tiba jadi merasa sangat tersalahkan, saat mengangkat wahanya dan melihat Jeanne yang ada di pintu, ia menarik Jeanne sambil mengaum, “siapa kamu? Kenapa kamu ada di kamar kak William?keluar, keluar……”


Jeanne tidak siap didorong Alexa beberapa kali, badannya jatuh ke satu sisi karena tidak seimbang. “awas!” William buru-buru menjulurkan tangan dan menyanggah Jeannne. Di saat pikiran mereka tidak fokus itu, Alexa sudah terhuyunv dan rebahan di ranjang besar kamar mereka, dengan suara nafas yang merata.


William langsung tampak muram, ia sudah sangat tidak senang. Sejak dulu belum ada orang yang memancing batas kesabarannya separah ini, bisa dilihat ia segera mau masuk dan mengusir Alexa ke luar. Siapa sangka baru saja ia berjalan beberapa langkah, lengan bajunya ditarik Jeanne, yang kemudian menggelengkan kepalanya.


“kalau dia mau tidur, biarkan saja dia tidur”

“sudah selarut ini, tidak enak kalau kita sampai berisik dan membangunkan semua orang.”

Novel Terkait

Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
5 tahun yang lalu
 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Be Mine Lover Please

Be Mine Lover Please

Kate
Romantis
4 tahun yang lalu
Perjalanan Selingkuh

Perjalanan Selingkuh

Linda
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Chasing Your Heart

Chasing Your Heart

Yany
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Adieu

Adieu

Shi Qi
Kejam
5 tahun yang lalu
Awesome Guy

Awesome Guy

Robin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu