Wanita Pengganti Idaman William - Bab 18 Ada Yang Belum Ia Selesaikan

Bab 18 Ada Yang Belum Ia Selesaikan


Mendengar suara William, Bernard langsung bergemetaran, perlahan ia berbalik badan dan melihat wajah William yang sedingin es berdiri di belakangnya, Bernard mengernyitkan alisnya berulang kali, melihat William ada di sini sungguh di luar dugaannya.


Udara di sekitar mereka seperti jadi mencekam dalam sekejap, bahkan orang-orang yang menonton seru itu tidak berani bernafas kencang-kencang. Kedua laki-laki itu adalah pangeran peringkat satu dan duanya ibukota, mereka berdua memiliki wajah yang sangat tampan, juga adalah orang-orang pilihan yang berkuasa, saat ini mereka malah bertatap-tatapan karena seorang wanita.


“kedua orang itu sangat tampan ya, selera aku deh.”

“kayaknya sih mereka bertengkar karena wanita itu.”

Orang-orang di sekitar mereka mengoceh terus-terusan, pandangan mereka tertuju ke arah Jeanne.


Jeanne otomatis jadi sangat panik. Tapi nampaknya tidak mudah untuk Jeanne memotong dan ikut campur di masalah antara dua orang laki-laki. Seorang yang nampak kesal, mengisyaratkan aura adanya bahaya. Seorang yang matanya ia sipitkan seperti sama sekali tidak mau mengalah.


Dalam waktu singkat mereka bertatapan itu mereka sudah berselisih berkali-kali, seperti ada juga asap tak terlihat yang menyebar di antara mereka berdua. Namun bisa terlihat kalau aura William sedikit lebih kuat, dari dahinya bisa dilihat kalau ia tidak bisa mentoleransi hal ini.


“ternyata direktur William.”

Akhirnya tetap saja Bernard jadi yang pertama menarik kembali sorot matanya, ia tertawa mencela, “oh kamu akhirnya rela pulang? Aku kira kamu berencana membuat Jessy kesepian seumur hidupnya tau.” kedua tangan bernard yang ia taruh di kantungnya, ujung bibirnya terlihat seperti memiliki sedikit niat jahat. Karena sudah menantang secara terang-terangan, atmosfir di antara mereka berdua siap meledak kapan saja.


Semua orang di sana mau tidak mau mengambil beberapa langkah mundur, bahkan pengurus mall yang baru saja sampai juga tidak berani mendekati mereka sendiri. Siapapun dari antara mereka berdua yang mereka bantu itu pilihan yang salah.


Mereka malah penasaran sebenarnya wanita seperti apa yang tanpa disangka bisa membuat kedua orang hebat ini bertengkar. William sekilas meninjau Jeanne, dengan tawa dingin ia berkata pada Bernard, “karena Jeanne itu istriku, meski aku membiarkannya tinggal di rumahku seumur hidupnya juga bukan urusan orang lain sepertimu!”


Aura raja yang sudah William miliki sejak lahir, setiap langkah yang mendekatinya membuat orang jadi takut, mendengar ia bicara sepatah demi sepatah kata saat bertanya, “malahan ya direktur Bernard, aku tidak menyangka kamu punya minat dalam mendambakan istri orang lain, kalau saja hal ini tersebar, apa harga diri keluarga Bernard tidak akan terinjak-injak di lantai?” ekspresi William yang tenang dan sorot matanya yang penuh kebencian, ia terus menyerang Bernard.


“aku tidak peduli dengan harga diri” dalam sekejap mata Bernard sepertinya sudah dibuat William marah, tangan Bernard sudah mengepal dengan erat di sisi tubuhnya walau ia tidak membiarkan dirinya sendiri lepas kendali dan menyerang.


“William, aku kasih tahu ya, Jessy itu perempuan baik-baik! Orang yang tidak tahu cara menghargainya, tidak cocok untuk berada di sisinya!” Bernard sudah seperti landak yang mencuatkan durinya, seperti benda kesayangannya direbut orang. Matanya yang tajam menatap William, tidak mengalah sama sekali.


Jeanne dalam hati berkata gawat, tolong Bro tidak usah bicara lagi ya? Ia melihat ke kiri dan ke kanan, dengan gugup ia menatap William, ia sangat takut membuat marah tuan muda yang satu ini. Siapa sangka William tiba-tiba tertawa, dengan nada bicara yang santai ia berkata, “begitukah? Kalau begitu terima kasih ya direktur Bernard sudah mengingatkan, mulai hari ini aku akan menghargai! Jeanne! Sebaik! Mungkin!” suara William memang terdengar sangat ringan, tapi tangannya yang menggenggam tangan Jeanne, malah sangat keras.


Jeanne yang ditarik William sampai jalannya tidak stabil dan hanya bisa sempoyongan sambil mengikuti William jalan ke luar. Langkah William sangat besar, Jeanne hampir saja tidak bisa mengimbangi. Jeanne sebenarnya ingin meminta William untuk jalan lebih pelan sedikit, tapi karena merasakan aura bahayanya, Jeanne takut sampai tidak berani bernafas kencang-kencang, terpaksa ia mempercepat langkahnya sendiri.


Siapa sangka baru saja keluar dari mall, William langsung menghempas tangan Jeanne dengan kasar. Wajah William yang tampan walau dingin itu, semakin lama semakin terlihat muram, sorot matanya yang melihat ke arah Jeanne, seperti ingin mencabik-cabik Jeanne.


Jeanne mundur beberapa langkah ke belakang, hati kecilnya merasa keadaannya gawat. Ia tak bisa menahan diri untuk tidak menatap supir supaya cepat datang, di jalan pulang nanti ia pasti mau mencari kesempatan untuk memberi William penjelasan. Kalau tidak hidupnya setelah ini tidak akan baik, ia benar-benar menderita karena si brengsek Bernard itu.


Siapa sangka saat mobilnya baru saja sampai, William mendorong masuk Jeanne ke dalam mobil tanpa bilang apapun, ia memerintahkan pada supir, “antar nona muda pulang!”

“baik!” supir itu mana mungkin berani membalas kata-kata William, terlebih lagi aura si bos ini yang terlihat sangat tidak enak.


Jeanne menurunkan kaca mobil, baru saja mau bicara beberapa kata ke William. William sudah langsung masuk ke mobil lain di sebelah sana, dan mobil itu langsung tancap gas dan pergi.


Jeanne tidak mampu menahan diri untuk menghela nafasnya di mobil, kali ini ia benar-benar tidak bisa membersihkan namanya apapun yang terjadi.


Ini si Jessy benar-benar bisa menyusahkan dirinya sendiri ya. Supir itu sangat penurut, ia langsung mengantar Jeanne pulang ke rumah William. Jeanne yang awalnya masih ingin jalan-jalan lebih lama di luar, dalam sekejap mata sudah kembali ke rumah. Dalam sekejap itupun juga ia menjadi orang yang santai dan tidak ada kerjaan sama sekali.


Lagian sebagian besar waktu dia memang sendiri saja, nona muda dari keluarga kaya hidupnya kira-kira begini semua ya. Jeanne melihat-lihat internet sebentar, ia membaca beberapa berita yang menarik. Ia juga mengunduh beberapa permainan kecil dan memainkannya, setelah bermalas-malasan ia menyadari kalau hari sudah felap.


“sudah waktunya makan!” ia bangkit berdiri kemudian turun dan makan. Makan malam disiapkan sesuai yang lidah Jeanne terbiasa, hanya saja dibuat sedikit berbeda, tetap saja enak. Seselesainya Jeanne menyantap makan malam, ia perlahan-lahan naik, sekalian mandi air hangat.


Setelah selesai membuang-buang waktunya, hatinya baru terasa plong. Ia lalu mengenakan baju tidurnya dan pergi ke balkon seorang diri, melihat pemandangan malam hari yang penuh kerlap kerlip bintang, ketidaksenangannya karena Bernard hilang dalam sekejap.


Melihat pemandangan indah di depan matanya, tiba-tiba tangannya terasa iseng. Untung saja di rumah ada papan gambar yang sudah jadi, ia menyuruh pembantu untuk mencari dan membawakannya.


Langsung saja ia meletakkan papan gambar itu di bawah sinar rembulan di balkon. Tanpa ada yang dipaksakan ia melukiskan suasana hatinya sendiri di atas papam gambar, perasaan yang sulit diungkapkan dengan kata-kata, juga sepertinya sudah ia curhatkan dalam goresan-goresan gambarnya, gambar yang berantakan itu seperti mempunyai konsep kata-kata yang sulit terucap.


Saat menggambar Jeanne agak lupa diri. Kedua kelopak matanya seperti sedang berjuang lagi, ia mengusap-usap mukanya, dengan suara kecil ia bergumam, “sudah saktunya tidur, ngantuk sekali!”


Perlahan-lahan Jeanne masuk ke kamar tidur, baru saja mau mengunci pintu dan istirahat. Pintunya terbuka dengan suara kencang. “kamu sudah pulang?” tanya Jeanne, baru saja ia berjalan beberapa langkah mendekat, ia dapat mencium bau alkohol yang sangat tajam.


Melihat William yang mabuk parah, Jeanne jadi ingin membopongnya duduk. Belum jalan, William sudah mendekati Jeanne sambil sempoyongan, tanpa bicara apapun ia menekan Jeanne di atas ranjang. Ciuman William yang luar biasa bergairah mendarat, buru-buru dan kasar. Seperti mau mencabik-cabik Jeanne.


Jeanne jadi sangat ketakutan, ia buru-buru mendorong William, tapi jeanne bahkan tidak bisa mengguncangnya sedikitpun, “Wil——William! Kamu mabuk ya.”


William sama sekali tidak menggubris Jeanne, ia terus mencium Jeanne begitu saja, sambil tangannya melepas baju Jeanne. Ia terus menyerang bibir Jeanne sampai akhirnya beranjak turun seperti ada yang belum ia selesaikan, seluruh bagian tubuh Jeanne.

Novel Terkait

Mr Huo’s Sweetpie

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
3 tahun yang lalu
Be Mine Lover Please

Be Mine Lover Please

Kate
Romantis
3 tahun yang lalu
Unperfect Wedding

Unperfect Wedding

Agnes Yu
Percintaan
4 tahun yang lalu
Beautiful Lady

Beautiful Lady

Elsa
Percintaan
3 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Love at First Sight

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu
Awesome Husband

Awesome Husband

Edison
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu