Wanita Pengganti Idaman William - Bab 371 Harus Menangkap Semuanya

Di dalam ruangan VIP, William sama sekali tidak tahu kalau Jeanne berada diluar.

Setelah dia menerima minuman dari Pamela, dia tidak meminumnya sedikitpun, tetapi dia berteriak sekali lagi : "Jangan terlalu dekat denganku."

Pamela mengira dengan pria ini menerima minuman yang dia berikan maka itu artinya dia menyetujui dirinya mendekat, saat ini, begitu dia mendengar dia berkata seperti itu lagi, dia merasa sangat kesal.

Pria ini benar-benar aneh, tidak mudah untuk dilayani.

Pipinya berkedut, tetapi akhirnya dia menurut dan duduk di tempatnya semula.

Saat melihat hal ini, Hans menghela nafas lega.

Untung saja Presdirnya tahu batas, jika tidak dia benar-benar tidak tahu harus berbuat apa.

"Ini adalah pekerjaan, pekerjaan."

Dia tersenyum dan menatap Jeanne.

Jeanne tentu saja tahu kalau ekspresi Hans menunjukkan kalau dia takut dirinya salah paham.

Jeanne melihat keadaan di dalam ruangan VIP, lalu melihat Hans sekilas, ekspresinya sulit ditebak.

Akhirnya Jeanne tidak mempedulikan Hans dan menatap Zoey.

"Manager, bukankah kita juga harus masuk ke dalam ruangan VIP."

Zoey kembali bereaksi, dia menatap Jeanne, dia tidak tahu apa yang dipikirkan olehnya, dia hanya dapat mengangguk.

"Iya, kita memang sudah harus masuk."

Setelah dia berkata seperti itu, Jeanne berbalik dan pergi dari sana.

Saat Hans melihat punggungnya yang menjauh, dia meringis dan tidak tahu harus berbuat apa.

Dia tidak tahu apa yang nyonya muda pikirkan.

Apakah dia marah, atau tidak marah.

Setelah berpikir sebentar, dia berbalik dan masuk ke dalam ruangan VIP.

Di dalam ruangan VIP, orang-orang yang pada awalnya sedang berbicara, saat melihatnya datang, langsung berhenti seketika.

"Presdir, tadi nyonya muda lewat di depan."

Dia mendekati William dan berbisik di telinganya.

William tertegun dan tidak bereaksi untuk sementara waktu, untuk apa dia melaporkan hal ini.

Namun saat dia melihat tatapan mata Hans menyapu ke arah Pamela, dia kira-kira sudah mengerti apa yang ingin Hans katakan.

"Aku sudah mengerti, kamu keluar saja."

Hans melihat kalau Presdir sudah mengerti maksudnya, dia mengangguk dan pergi dari sana.

Saat William melihatnya pergi, dia mengisyaratkan para kliennya untuk melanjutkan topik yang belum selesai mereka bicarakan tadi.

Kelihatannya dia tidak begitu peduli.

Namun apa yang sebenarnya dia pikirkan, sepertinya hanya dirinya sendiri yang tahu.

Tetapi meskipun begitu, Pamela yang pandai mengamati seseorang dapat merasakan ketidaksabarannya.

Dia menatap William dengan bingung, dia menebak kalau perubahan suasana hati pria ini ada hubungannya dengan asistennya yang masuk tadi.

Sedangkan kenyataannya memang seperti itu.

Meskipun William terlihat tidak begitu peduli, tetapi yang awalnya masih ada negoisasi tawar menawar yang harus dibicarakan, langsung dibereskan olehnya dengan cepat.

Meskipun kliennya tidak puas, tetapi merasa tidak bisa melawan godaan dari keuntungan yang dijanjikan, sehingga mereka langsung menandatangani kontrak dengan sangat cepat.

"Kalau begitu kami berharap kita akan memiliki kerja sama yang baik."

Setelah mereka menandatangani kontrak, William langsung tidak sabar untuk segera pergi dari sana.

Kliennya juga tidak merasakannya, setelah mereka berbasa-basi sebentar, mereka melihat William meninggalkan ruangan VIP.

Saat Pamela melihat William pergi, dia segera mengikutinya.

"Tuan, anda mau pergi ke mana?"

William melihat wanita yang menghalangi jalannya, dia menyipitkan matanya dengan berbahaya.

"Hans, antar dia pergi."

Setelah berkata seperti itu, dia langsung pergi ke ruangan VIP tempat Jeanne berada tanpa melirik Pamela lagi, tetapi dia malah diberitahu kalau mereka sudah pergi 10 menit yang lalu.

Dia tidak berdaya, hanya bisa berbalik dan pergi meninggalkan tempat itu.

Saat dia tiba di rumah keluarga Sunarya dan baru saja mau naik dan kembali ke kamarnya, terdengar suara mobil yang sedang mengerem dari belakangnya.

"Tuan."

Saat Moli melihat William, dia turun dari mobil dan mendekatinya dengan gembira.

Tetapi saat dia mendekatinya, dia malah mencium wangi lembut dari tubuh William.

Wangi yang pekat itu membuat ekspresinya berubah.

Karena wangi parfum itu bukan parfum yang sering dipakai oleh Jessy.

"Apakah tuan baru saja kembali dari jamuan bisnis?"

Dia berusaha keras untuk bertanya sambil tersenyum.

William tidak menyadarinya, dia mengangguk dengan dingin dan bertanya : "Apakah kamu baru kembali dari luar?"

Moli menyadari kalau William tidak berniat untuk berbicara terlalu banyak, dia hanya dapat menahan diri untuk tidak bertanya lagi dan mengangguk.

"Belum lama ini aku mendapatkan sedikit informasi, tadi aku baru saja pergi memeriksanya."

Setelah berkata seperti itu, dia bagaikan teringat akan sesuatu, "Jika tuan tidak sedang buru-buru ingin kembali, ada beberapa hal yang ingin aku laporkan, informasi mengenai orang-orang itu."

Saat William mendengarnya, wajahnya berubah serius, dia memberi isyarat kepada Moli untuk mengikutinya ke ruang baca.

Mereka berdua masuk ke dalam ruang baca, William duduk di kursinya dan bertanya dengan dingin : "Apa yang sudah kamu temukan?"

Moli segera melaporkan informasi yang dia dapatkan.

"Tuan, kami sudah mendapatkan informasi kalau total ada tiga organisasi berpengaruh yang datang ke ibukota, salah satunya datang dari Negara Pulau, kelihatannya dia disewa oleh seseorang, saat ini setiap hari mereka hanya makan dan minum saja di markas mereka, kelihatannya tidak ada pekerjaan, tetapi mata-mata mereka sedang terus mencari peluang."

William terlihat muram, tetapi tidak memotong perkataannya.

Melihat hal itu, Moli hanya dapat meneruskan laporannya : "Selain itu ada 1 organisasi yang nampaknya dikirim dari Jerman, saat ini masih belum jelas seberapa banyak jumlah mereka, mereka datang dan pergi dengan sangat misterius, kita juga belum tahu dia disewa oleh siapa."

Saat dia mengatakan kalimat terakhir, dia menatap William dengan hati-hati.

Meskipun demikian, ekspresi William tetap tidak berubah.

Dia hanya dapat terus melanjutkan perkataannya.

"Organisasi yang terakhir adalah yang paling misterius, sampai saat ini orang-orang kita masih belum dapat menemukan informasi yang spesifik mengenai mereka, tetapi kami menduga kalau mereka kemungkinan adalah pembunuh bayaran, satu-satunya yang kami tidak yakin adalah kami tidak tahu mereka akan menggunakan cara apa untuk mendekati kita."

Setelah dia berkata seperti itu, ruang baca menjadi hening.

William mengetuk meja yang ada di depannya dengan ekspresi yang sulit ditebak.

Setiap kali suara 'tuk tuk tuk' itu berbunyi, bagaikan sedang mengetuk hati Moli, membuatnya berdiri dengan tidak tenang.

Tidak tahu setelah berlalu berapa lama, William terlihat seperti mempunyai ide, dia mendongak dan menatap Moli dengan dingin.

"Karena belum mendapatkan informasi yang jelas mengenai dua organisasi yang lainnya, maka kalian mulai bergerak dari organisasi dari Negara Pulau terlebih dahulu."

Dia mengaturnya dengan suara yang terdengar muram, Moli mengangguk dan mendengarkannya dengan seksama.

"Pasti kamu tahu tentang istilah menghabisi sampai ke akar-akarnya bukan? Jika kamu tidak mempunyai cukup orang, maka cari Hans, kamu harus menangkap mereka semua sekaligus!"

Kemudian mereka berdua membuat rencana sampai larut malam.

Di dalam kamar, awalnya Jeanne masih menunggu William kembali.

Tetapi seiring dengan malam yang sudah semakin larut, tetap tidak ada pergerakan apapun dari luar kamar.

Saat ini, yang terbayang di benaknya adalah adegan yang dilihatnya tadi saat di dalam ruangan VIP.

Dengan partner wanita yang begitu cantik seperti itu, mungkinkah malam ini dia tidak pulang.

Begitu memikirkan hal ini, hatinya bagaikan tertusuk sesuatu.

Saat dia sedang berpikir macam-macam, pintu kamar terbuka.

"Belum tidur?"

Saat William melihat wanita yang ada di atas ranjang belum tidur, dia tanpa sadar bertanya seperti itu, tetapi hatinya malah terasa hangat.

Karena dia tahu tidak peduli seberapa malampun, wanita kecil ini akan selalu menunggunya kembali.

Sambil berpikir seperti itu, dia tiba-tiba sangat ingin memeluknya.

Lalu dia berbuat seperti yang diinginkannya.

Jeanne melihat gerakannya, dia tahu apa yang ingin William lakukan, saat dia ingin menanggapinya, dia tidak menyangka kalau akan mencium wangi parfum yang kuat dari tubuhnya, wajahnya yang tadinya tersenyum simpul berubah menjadi tidak enak dilihat.

Dia langsung menghindar dari pelukan William.

"Kenapa?"

Saat William melihat gerakannya, dia bertanya dengan bingung.

Jeanne menjawab dengan wajah yang terlihat kaku dan dingin : "Bau!"

William terpana sebentar, setelah itu dia segera bereaksi kembali, apakah Jeanne tidak suka akan bau tubuhnya.

Sebelum dia sempat mengatakan sesuatu, Jeanne berkata sekali lagi : "Segera pergi mandi, kotor sekali!"

"Cemburu ya?"

William menatapnya sambil tersenyum.

"Siapa yang cemburu!"

Jeanne langsung menyangkalnya tanpa sadar, tetapi di bawah tatapan mengejek William, rasa cemburu yang berusaha Jeanne sembunyikan malah semakin terlihat jelas.

Jeanne menolehkan wajahnya ke samping dengan marah, tidak mau mempedulikannya lagi.

Melihat hal itu, William menggeleng dengan tidak berdaya, matanya penuh dengan senyuman sayang.

"Oke, aku pergi mandi, tunggu aku."

Novel Terkait

Love at First Sight

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu
Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
4 tahun yang lalu
My Cute Wife

My Cute Wife

Dessy
Percintaan
3 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
3 tahun yang lalu
Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
4 tahun yang lalu