Wanita Pengganti Idaman William - Bab 487 Kamu Masih Hidup

Jeanne agak tergerak atas usulan Danil, tapi Jeanne berharap pada hari-hari akhirnya ia bisa tinggal di tempat dimana ia bisa melihat William.

“Terima kasih atas niat baik Tuan Danil, tapi aku masih belum kepikiran untuk pindah ke perusahaan lain, kalau nanti terpikir, aku akan mempertimbangkan perusahaan Bonhem duluan.”

Mata Danil terlihat kecewa, tapi juga tidak bicara apapun.

Mereka berdua lanjut berbincang, malaman, karena Danil ada urusan kantor, ia pergi duluan.

Jeanne tidak langsung pergi, duduk sebentar di kafe.

Jeanne melihat jalanan yang sangat macet melalui jendela gaya Perancis, pikiran dan perasaannya perlahan melayang jauh.

Pembicaraan singkat barusan, malah mengingatkan Jeanne akan 1 hal, melihat sisa waktu Jeanne semakin lama semakin sedikit, apa Jeanne sungguh mau lanjut membuang waktu seperti ini bertengkar dengan William?

Tidak, Jeanne tidak ingin!

Jeanne secara reflek lari keluar pergi dari kafe, sekalian menghentikan sebuah taksi dan langsung memberitahu alamat kediaman Sunarya.

10 menitan kemudian, Jeanne berdiri di pintu kediaman Sunarya, malah lambat laun tidak masuk.

Jeanne melihat pemandangan yang familiar, tadi refleknya yang bergejolak seperti melepaskan bola amarah, membuat Jeanne mondar-mandir di pintu depan ragu-ragu.

Setelah masuk, kalau melihat William, dia mau bilang apa, melakukan apa?

Jeanne berulang kali bergumul, bahkan sampai beberapa kali ingin berbalik badan pergi, tapi pada akhirnya kalah dengan pemikiran dalam hatinya.

Jeanne mengambil nafas dalam-dalam, melangkah dengan berat dan berpikir untuk berjalan ke arah rumah baru.

Saat Jeanne melewati jalan yang panjang, bersiap belok masuk ke ruang tamu, di sisi telinganya terdengar suara Moli.

“Tuan, ini sup suplemen yang aku khusus minta dapur buatkan untukmu, cepat diminum mumpung masih panas.”

Jeanne melihat mengikuti suaranya, langsung melihat di taman bunga Moli memegang sebuah mangkuk kecil sambil berjalan ke sisi William.

William melihat Moli sekilas, bersender di kursi dan tidak bergerak, “taruh di meja saja.”

Moli membuka mulutnya ingin bicara, tapi William sama sekali tidak mempedulikan Moli, menutup dan mengistirahatkan mata.

Karena kemarin Julian bilang akan mengantar Jessy kembali, William secara khusus mengambil cuti sehari untuk istirahat dan menunggu di rumah.

Moli tidak rela, Moli mengira awalnya berhasil mengusir Jessy dari kediaman Sunarya, ia berdua dengan Tuannya itu jadi bisa menumbuhkan perasaannya.

Tak menyangka, wanita itu memang sudah pergi, tapi Tuan seperti juga kembali seperti sebelumnya, berubah jadi sedingin es tanpa alasan.

Moli menggigit bibirnya, tidak berani melawan perintah, terpaksa meletakkan sup dan berjaga di belakang William.

Jeanne seperti tergila-gila melihat tampak belakang William, juga hanya pada saat ini, Jeanne baru bisa melampiaskan rasa cinta yang dia tahan.

Jeanne melihat dan mengingat rasa cinta Moli, melihat lagi ke William di hadapannya yang tidak berperasaan sedikitpun, hatinya seperti panik dan ada yang mengganjal.

Bisa terlihat, William merasa sangat tenang bersama Moli, kalau tidak sorot mata Moli yang penuh hasrat, William yang setajam itu mana mungkin bisa tidak menyadarinya.

Jeanne harusnya terpikir dari awal, Moli bisa terus mengikuti di sisi William, menjadi bawahan yang terpercaya, tentu berbeda.

Jeanne tanpa disangka dengan polos mengira, dirinya sendiri itu istri William, berbeda sama sekali dengan orang lain, tentu saja harusnya kepercayaan William pada Jeanne sedikit lebih banyak.

Sekarang adegan ini, intinya membuat Jeanne melihat jelas posisinya sendiri.

Jeanne memandang William dengan dalam, berbalik badan pergi.

Setengah jam kemudian, Jeanne kembali ke kota lama.

Saat Jeanne berbelok masuk ke gang kecil, langkah kakinya terhenti, seperti tersandung sesuatua, langsung terjatuh ke depan.

Masih tidak menunggu Jeanne terkejut dan berteriak, Jeanne langsung jatuh ke sebuah benda lunak, mengeluarkan suara kesakitan yang ditahan.

“Ah——”

Jeanne terkejut, melompat bangun dari tanah, terus mengambil beberapa langkah mundur.

Menunggu Jeanne menstabilkan suasana hatinya, baru berani menggunakan cahaya lampu malam melihat ke sana, langsung melihat di tempat Jeanne barusan jatuh terbaring seorang pria,

Pria itu rambutnya berantakan juga berlumpuran jadi tidak terlihat tampang detilnya, dengan pakaian yang sangat kotor dan berantakan, bau amis darah yang kental tercium dari pria itu tubuh.

“Hei, kamu masih hidup?”

Jeanne sangat takut, tapi masih memberanikan diri bertanya.

“……”

Pria itu tidak merespon, terkapar di lantai tidak bergerak.

Jeanne tidak punya cara lain, terpaksa hati-hati mendekat.

“Hei, bangun!”

Jeanne mengulurkan tangan menyentuh sedikit pria itu, tetap saja tidak bereaksi.

Gang ini tidak jauh dari rumah Jeanne, dengan pikiran menyelamatkan 1 nyawa lebih berharga dari masuk surga langit ke 7, Jeanne memakai seluruh tenaganya menyeret pria itu berjalan pergi ke arah rumah sewa.

Pria itu terpentok sana sini diseret Jeanne, sepanjang jalan, tubuh pria itu jadi bertambah banyak luka baru.

Saat mereka susah payah kembali ke rumah sewaan, Jeanne sudah lelah sekali, jatuh terduduk di lantai mengambil nafas besar.

Cukup lama Jeanne baru bisa santai, menyeret pria itu ke sofa, mengambil air, bersiap membersihkan luka pria itu.

Untung juga di dalam rumah masih ada obat sisa dulu, belum kadaluarsa, kalau tidak Jeanne tidak tahu bagaimana harus menyelamatkan pria itu.

1 jam kemudian, Jeanne akhirnya selesai membereskan pria itu, selesai mengurus luka di tubuhnya.

Dibawah cahaya lampu, pria itu wajah tampannya tajam dan terukir jelas tidak biasa, malah karena kehilangan darah dan perban, setengah tubuhnya tidak pakai baju, masih menempel pula banyak sekali perban yang aneh, terlihat sangat “lucu”.

Identitas pria itu seharusnya tidak biasa kan?

Jeanne duduk di sisi sofa, secara detil memperhatikan dan membilas pria itu, berpikir sepertinya dulu pernah lihat di TV.

Pada saat ini juga, Jeanne baru akhirnya sadar dan bereaksi, diri sendiri memungut masalah dan pulang.

“Tidak tahu sekarang masih sempat membuang orangnya atau tidak.”

Jeanne secara samar-samar menatap pria itu, pada akhirnya masih tidak bisa kejam, “aku biarkan kamu tinggal di sini semalam, besok pagi kamu bangun, kamu pergi sendiri dengan baik-baik!”

Selesai Jeanne bicara, mengambil dan menyelimuti pria itu, segera setelahnya berbalik badan masuk ke kamar dan istirahat.

Saat tengah malam, Jeanne kebingungan mendengar suara benda jatuh ke lantai, menakuti Jeanne, gemetar dari ranjang langsung terduduk.

Jeanne terdiam, baru bereaksi pada suara yang terdengar dari ruang tamu itu, tiba-tiba kepikiran pria yang diletakkan di ruang tamu, Jeanne segera turun dari ranjang, memakai sendal dan berjalan ke luar.

‘BRUK’ suaranya, Jeanne menyalakan lampu, langsung melihat pria yang seharusnya tiduran di sofa itu jatuh ke lantai, wajah yang putih pucat muncul kemerahan yang tidak normal, dahinya penuh keringat, tubuhya juga gemetaran.

Jeanne sangat terkejut, buru-buru berjalan ke sana, “hei, kamu tidak apa-apa kan?”

Jeanne berencana memapah pria itu ke sofa, akhirnya baru tahu punggung tangan pria itu, menyadari suhu tubuhnya terlalu tinggi sampai menakutkan orang.

“Panas sekali.”

Jeanne terkejut dan menarik tangannya kembali, buru-buru memapah pria itu ke atas sofa, baru mau berbalik badan dan pergi cari obat pereda panas, pergelangan tangannya malah ditangkap.

“Jangan pergi ……jangan pergi ……”

Pria itu menggenggam Jeanne dengan erat, dengan kekuatan yang besar, membuat Jeanne kesakitan.

“Aku tidak pergi, kamu tenang saja, hanya pergi ambilkan kamu obat, kamu sakit.”

Jeanne tidak tahu pria itu menganggap Jeanne sebagai siapa, sekarang di situasi ini terpaksa menghiburnya seperti itu.

Untungnya pria itu setelah mendapat janji Jeanne, perlahan melepaskan tangannya.

Langsung terlihat pergelangan tangan Jeanne yang awalnya putih muncul bekas merah yang melingkar, Jeanne juga tidak keberatan, berbalik badan mencari obat pereda panas.

Setelah pria itu minum obat, Jeanne mengambil lagi air dingin, untuk menurunkan suhu fisik tubuhnya.

Sibuk berusaha keras di tengah malam, demam tinggi pria itu turun, Jeanne lelah sampai langsung terkapar dan tertidur di sisinya.

Novel Terkait

I'm Rich Man

I'm Rich Man

Hartanto
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
King Of Red Sea

King Of Red Sea

Hideo Takashi
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Cinta Di Balik Awan

Cinta Di Balik Awan

Kelly
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Excellent Love

Excellent Love

RYE
CEO
4 tahun yang lalu
Mendadak Kaya Raya

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu
Beautiful Lady

Beautiful Lady

Elsa
Percintaan
4 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
4 tahun yang lalu